Wednesday, May 30, 2007

'Pasar Modal Harus Gerakkan Ekonomi'

REPUBLIKA - Rabu, 30 Mei 2007

JAKARTA -- Wapres Jusuf Kalla berharap pertumbuhan pasar modal bisa menggerakkan ekonomi masyarakat. Bila ekonomi masyarakat bergerak, pasar modal baru bisa disebut memberi manfaat terhadap ekonomi bangsa.
''Pasar modal harus bisa menumbuhkan pasar riil. Kalau uang yang masuk dari pasar modal naik, terus masuk ke Sertifikat Bank Indonesia (SBI), itu sama sekali tak memberi arti bagi ekonomi bangsa ,'' kata Kalla dalam seminar Investor Forum 2 di Jakarta, Selasa (29/5). Tanda ekonomi bergerak, jelas Wapres, jika banyak perusahaan melakukan investasi dan ekspansi usaha. Memang, katanya, ada perbedaan mencolok antara pasar modal dan pasar riil.
''Jika harga saham di pasar modal naik, orang akan tepuk tangan. Tapi, bila harga beras dan minyak goreng di Pasar Senen atau Tanah Abang, semua orang akan marah dan menyalahkan pemerintah,'' katanya. Karena itu, menurut dia, pemerintah harus market friendly dan pasar modal friendly.
Kepala Bapepam-Lembaga Keuangan, Fuad Rahmany, mengakui investor asing masih menjadi penggerak utama pasar modal Indonesia. ''Pasar modal Indonesia didrive asing, sebab kepemilikan asing masih 67 persen,'' kata dia.
Meski investor asing mendominasi, perbandingan kepemilikan saham antara investor asing dan domestik masih seimbang. ''Kita bisa bilang fifty-fifty karena ada WNI yang tercatat warga asing,'' kata Fuad. Mengalirnya dana asing ke Indonesia, menurut Fuad, merupakan cermin makin membaiknya persepsi investor asing terhadap pasar modal Indonesia. ''Dampak positif pertama, rupiah menguat terhadap dolar AS dan akan meningkatkan stabilitas nilai tukar. Ini berdampak pada inflasi yang stabil.''
Menkeu, Sri Mulyani, mengungkapkan, 42 persen produk domestik bruto (PDB) atau sekitar Rp 1.400 triliun, disumbang pasar modal. Kontribusi pasar modal ini naik dibanding tahun lalu yang 37,4 persen terhadap PDB atau sekitar Rp 1.250 triliun.
Transaksi harian di BEJ juga menunjukkan tren naik, dari Rp 1,48 triliun per hari pada akhir 2006, kini telah menjadi rata-rata Rp 3 triliun per hari. Di acara yang sama, Dirut Telkom, Rinaldi Firmansyah, mengatakan, pihaknya akan mencari pinjaman Rp 2,5 triliun ke perbankan nasional. Dana sebesar itu digunakan untuk membiayai ekspansi usaha dan belanja modal perseroan, termasuk membiayai anak usahanya, Telkomsel.
''Sebagian dana akan digunakan untuk belanja modal Telkomsel guna menambah jangkauan layanan,'' kata Rinaldi. Dari total Rp 21 triliun - Rp 26 triliun belanja modal (capital expenditure) Telkom, sebesar Rp 15 triliun - Rp 18 triliun dialokasikan untuk Telkomsel. una/evy/ant

0 comments: