Friday, July 13, 2007

Apakah Anda manusia Paranoia atau pronoia

BISNIS - Jumat, 06/07/2007 14:27 WIB

oleh : Anthony Dio Martin
Managing Director HR Excellency

"Anda menciptakan semesta Anda sendiri saat Anda memulainya." (Winston Churchill)

Perasaan takut dan khawatir itu lumrah dalam hidup. Tapi, kalau setiap saat selalu dihantui oleh rasa takut, itu namanya sakit.
Ada orang yang selalu dihantui rasa takut. Sejak bangun pagi, yang ada di dalam benaknya selalu kekhawatiran. Rentetan persoalan seolah sudah ada di depan mata. Hidup dirasakan sebagai beban. Tak heran, jika orang macam ini tidak pernah tersenyum di pagi hari atau bersyukur atas hari baru. Nah, orang yang selalu dihantui oleh perasaan cemas dan khawatir bisa bisa digolongkan dalam tipe manusia paranoia.
Orang-orang seperti itu bisa kita temui di banyak tempat. Di tempat kerja, kita pun bisa melihat banyak sekali manusia paranoia ini. Mereka selalu bertanya-tanya dalam dirinya, "Masalah apa yang akan saya temui hari ini?" Orang paranoid selalu disibukkan dengan pikiran-pikiran negatif.

Orang ini selalu memikirkan masalah. Bahkan, menganggap hidup adalah serangkaian masalah yang tak kunjung purna. Hidupnya pun tidak bersemangat. Keluhan selalu ada di mulutnya. Kreativitasnya pun tumpul. Termasuk, ia bisa menjadi orang yang sakit-sakitan lantaran psikosomatis.
Apabila masalah akhirnya menghampiri, pikiran orang paranoid akan segera mengamini. "Nah, apa saya bilang. Pasti ada masalah." Lantas, saat hari berlalu dan saat orang lain menyapanya, dengan lesu orang paranoid selalu berkata, "Seperti biasa. Banyak masalah yang tidak pernah selesai." Padahal, segala yang negatif itu datang karena pikiran negatif orang itu.

Dalam DVD dan bukunya The Secret, Rhonda Byrne menegaskan, pikiran mempunyai frekuensi dan daya timbal balik. "Pikiran yang sedang Anda pikirkan saat ini sedang menciptakan kehidupan masa depan Anda," katanya. Nah, pikiran negatif akan menarik hal dan kejadian negatif. Demikian juga sebaliknya.

Anda tetaplah manusia merdeka. Anda berhak memilih. Anda bukan budak dari pikiran-pikiran Anda itu. Nah, Anda pun bisa mengubah pikiran negatif menjadi sebaliknya. Lawan kehidupan penuh paranoia adalah pronoia. Rob Brosny mengembangkan gagasan ini dalam bukunya berjudul Pronoia. Beda dengan orang paranoia, orang pronia selalu memfokuskan hidupnya pada hal-hal baik. Ia selalu menguasai pikiran positif.
Menyukuri karunia

Saat bangun pagi, orang pronoia akan memikirkan, "Hal menarik apa yang akan saya alami hari ini? Kejadian menyenangkan seperti apa yang akan kujumpai?" Orang pronia selalu mengamini pergantian hari. Ia selalu tersenyum setiap hari baru tiba.
Hidupnya penuh syukur. Hidup adalah rangkaian keajaiban yang menyenangkan. Orang pronia juga menyadari masalah akan datang. Tapi, ia melihatnya secara positif. "Kalau ada masalah, baguslah. Ini akan menjadi pelajaran berhaga bagiku. Tapi, ada hal yang jauh lebih berharga ketimbang masalah itu, yakni mensyukuri karunia-karunia sepanjang hari ini," ungkapnya.
Orang pronoia selalu memandang semesta alam ini yang senantiasa mewujudkan kebutuhannya. Ia memandang alam semesta secara positif. Lisa Nichols, seorang penulis buku Chicken Soup for the African American Soul, mengatakan, "Biarkan semesta mengetahui apa yang Anda inginkan. Semesta selalu merespons pikiran-pikiran Anda," katanya.

Apa yang ada yang kita pikirkan akan terpancar ke alam semesta untuk direspon. Karena itu, memandang semesta sebagai yang patut disyukuri adalah hal positif. Orang pronoia senantiasa mensyukuri apa yang sudah disediakan semesta. Matahari pagi yang menghangatkan tubuh. Udara segar yang masih bisa dihirup. Transportasi yang mengantar ke tempat kerja. Air minum yang menyegarkan dan sebagainya. Bila ada masalah, orang pronia pun akan dengan bijak menyikapinya dengan optimis.
Mari kita lihat cerita berikut. Ada dua orang pelancong asal Swiss yang melakukan pendakian di sebuah gunung. Saat pulang, mereka terpaksa menumpang sebuah mobil rombeng. Jalannya tersendat-sendat karena mesin tuanya.
Sepanjang jalan, pelancong pertama sibuk mencemaskan kondisi mobil. Ia terbekap rasa khawatir kalau mobil itu mogok di tengah jalan. Ia khawatir kalau bensinnya habis dan tidak ada pom bensin di sana.

Sementara, pelancong kedua tampak santai-santai saja. Ia begitu menikmati pemandangan indah bukit-bukit di negeri cokelat itu. Bukit-bukit yang pucuknya dihiasi salju putih. Beberapa kali ia mengabadikan keindahan itu dengan kamera poketnya.
Setelah satu jam berlalu, akhirnya mobil uzur itu pun tiba di kota yang dituju. "Kok kamu sempat-sempatnya ambil gambar pemandangan itu? Apa kamu tidak cemas?" tanya pelancong pertama. "Apa yang perlu dicemaskan. Seandainya ada masalah, pasti ada jalan keluarnya. Aku suka dengan perjalanan tadi," kata pelancong kedua.
Kisah tadi memperjelas pemahaman kita tentang pronoia. Benar sekali kata seorang guru kebijaksanaan, "Kekhawatiran tidak akan menambah sejengkal pada usia kita." Memang, banyak orang hidup dalam emosi kekhawatiran dan cemas mengenai apa yang belum terjadi. Orang sering takut dan tidak tahu apa yang ia takuti. Akhirnya, orang yang seperti ini tidak bakalan menikmati kehidupan. Hidup hanya menjadi milik orang-orang yang mampu menikmatinya dengan penuh syukur.

0 comments: