KOMPAS - Rabu, 01 Agustus 2007
Proses Pilkada Bisa Terancam
Jakarta, Kompas - Wakil Presiden M Jusuf Kalla mengaku telah berkomunikasi dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait jabatan Menteri Dalam Negeri yang "lowong" karena Moh Ma’ruf sakit sejak akhir Maret 2007. Kedudukan Mendagri itu akan diumumkan Presiden Yudhoyono pada Agustus 2007.
"Saya, kan, sudah bilang sebelumnya, waktunya satu bulan. Sebelum satu bulan, akan diumumkanlah," ujar Wapres seusai meninjau fasilitas di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong, Banten, Selasa (31/7).
Terakhir kali Kalla berkomentar mengenai "lowongnya" posisi Mendagri saat berada di Kuala Lumpur, Malaysia, 21 Juli 2007. Jika berpatokan pada komentar terakhir Wapres ini, Presiden Yudhoyono akan mengumumkan posisi Mendagri, yang kini dijabat ad interim oleh Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Widodo AS, sebelum akhir Agustus 2007.
Jika Ma’ruf pulih, dapat saja jabatan Mendagri itu tetap diembannya. Namun, jika ia masih belum sepenuhnya pulih, Presiden bisa saja menunjuk orang lain untuk menjadi Mendagri definitif untuk masa tugas dua tahun lebih ke depan.
Mengenai figur yang mengisi posisi Mendagri, jika Ma’ruf belum pulih, Wapres sambil tertawa minta agar masyarakat bersabar, menunggu saat pengumumannya agar semua pasti. Mengenai kapan berbicara dengan Presiden terkait posisi Mendagri, Wapres berujar, "Tiap hari kami, kan, bicara dengan Presiden."
Ditemui di Cikeas, Jawa Barat, Selasa, Juru Bicara Kepresidenan Andi Mallarangeng juga meminta pers bersabar mengenai kapan waktunya Presiden mengambil keputusan terhadap posisi Mendagri, apalagi sampai saat ini Ma’ruf masih sakit dan harus menjalani perawatan dan fisioterapi.
"Tunggu saja tanggal mainnya. Sabar," ujar Andi di kediaman pribadi Presiden di Puri Cikeas Indah, Gunung Putri, Bogor. Semua laporan terkait kondisi kesehatan Ma’ruf sudah ada di tangan Presiden, dan kini tinggal diputuskan saja.
Pilkada tidak sah
Dari Bandung, ahli hukum tata negara dari Universitas Padjadjaran, Gde Pantja Astawa, Selasa, mengingatkan, ketiadaan pejabat Mendagri definitif sangat mengganggu kinerja di daerah, terutama terkait penyelenggaraan pemilihan kepala daerah (pilkada). Bahkan, karena tidak ada Mendagri definitif, penyelenggaraan pilkada di suatu daerah bisa dipersoalkan dan dinilai tidak sah secara hukum.
Menurut Pantja, contoh paling dekat adalah Pilkada DKI Jakarta. Dengan adanya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang membolehkan calon perseorangan untuk mengikuti pilkada, efeknya bisa ke mana-mana. Dalam kondisi ini, Mendagri dapat menenangkan masyarakat.
Dengan tak ada calon perseorangan, besar kemungkinan sejumlah kalangan, setelah pilkada, akan mengatakan pesta demokrasi itu tidak sah karena tidak diikuti calon perseorangan. Karena itu, Mendagri harus secepatnya mengambil keputusan untuk menyusun dan mengatur perangkat hukum terkait pencalonan perseorangan itu.
Mendagri juga harus memberikan masukan kepada Presiden terkait pencalonan perseorangan itu. "Presiden juga harus mulai berpikir cepat, sebab di beberapa daerah penyelenggaraan pilkada juga akan berlangsung tidak lama lagi," kata Pantja lagi.
Di samping masalah itu, masih banyak hal lain yang harus diselesaikan Mendagri definitif. Dengan dibukanya wacana otonomi daerah, masalah yang kemudian timbul pun makin banyak. Jadi, tidak dapat hanya ditangani pejabat sementara.
Selain soal pencalonan perseorangan, Pantja menyebutkan, di Jawa Barat juga ada masalah yang harus segera diselesaikan Mendagri definitif, yakni terkait kedudukan Institut Pemerintahan Dalam Negeri dan kedudukan Agus Supriadi sebagai Bupati Garut yang kini menjadi tersangka kasus korupsi. "Ini jelas sangat mengganggu," kata Pantja.
Apalagi, banyak persoalan terkait politik dalam negeri yang membutuhkan penanganan cepat dari seorang Mendagri. Dikhawatirkan semakin lama posisi Mendagri secara definitif diambangkan, persoalan itu juga semakin menumpuk dan tak tertangani ketika ada seseorang yang menjabat Mendagri.
Mengenai figur yang tepat untuk posisi Mendagri saat ini, jika Ma’ruf tak bisa menjabat lagi, Pantja mengatakan, sebaiknya tak perlu memperhitungkan apakah orang itu orang dalam atau luar Depdagri. Harus dicari orang yang sesuai dan bisa melaksanakan tugas dengan baik secara cepat. Ini sekaligus pekerjaan rumah bagi Presiden agar benar-benar bisa mencari orang untuk mengatasi banyak persoalan dalam negeri. "Jangan sampai pemilihan Mendagri dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu," kata Pantja.
Di masyarakat sempat muncul nama yang disebut-sebut sebagai calon Mendagri, menggantikan Ma’ruf. Mereka antara lain Gubernur Jawa Tengah Mardiyanto, Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, Sudi Silalahi (Sekretaris Kabinet), dan Siti Nurbaya (Sekretaris Jenderal Depdagri). Namun, pengisian jabatan menteri adalah hak prerogatif presiden.
Di Semarang, Ketua Dewan Pengurus Wilayah Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Tengah Abdul Kadir Karding mengakui sudah lama mendengar isu Mardiyanto sebagai salah satu yang dicalonkan sebagai Mendagri.
(INU/HAR/CHE/WHO)
Wednesday, August 01, 2007
Mendagri Definitif Diumumkan Agustus Ini
Posted by RaharjoSugengUtomo at 11:08 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Kompas
pemilihan gubernur: Mencermati Kepribadian Calon Pemimpin Jakarta
KOMPAS - Rabu, 01 Agustus 2007
Niniek L Karim dkk
Pemahaman terhadap siapa yang akan menjadi pejabat publik sebaiknya dimiliki setiap anggota masyarakat. Sebelum memilih, masyarakat perlu tahu seluk-beluk dan sepak terjang calon pemimpin, termasuk profil kepribadiannya.
Seperti dikatakan Leslie Zebrowitz dalam buku Social Perception bahwa "... everybody is a naïve psychologist...", setiap orang akan seperti psikolog, cenderung menilai orang yang diamatinya. Begitu pula tentang calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta. Warga Jakarta yang tertarik tahu, pernah ataupun belum pernah kenal secara pribadi tokoh pemimpin tersebut, pada dasarnya punya kecenderungan untuk berusaha menilai mereka. Dengan kata lain, warga mencoba membentuk persepsi tersendiri akan tokoh tersebut.
Dalam buku Social Psychology, Baron, Byrne, dan Newcombe menyatakan, proses tersebut sebagai proses persepsi sosial. Di lain pihak, psikologi sebagai suatu disiplin ilmu telah menemukan beberapa metode yang didukung teori dasar psikologi kepribadian, untuk bisa menelaah dari "kejauhan" (berjarak) profil kepribadian tokoh politik dan pemimpin.
Kami, beberapa psikolog sosial dan kepribadian, dibantu tim survei 10 sarjana psikologi meneliti kedua hal itu. Pertama, "pemeriksaan jarak jauh" terhadap kepribadian tokoh calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta, sekaligus melihat kemungkinan kompatibilitas interpasangan. Kedua, usaha mendapatkan persepsi sosial masyarakat Jakarta tentang calon pemimpin, baik secara individual maupun sebagai suatu pasangan. Dengan memahami profil kepribadian calon, warga dapat mengenali secara lebih komprehensif calon pemimpin mereka.
Secara metodologi, kami merujuk kepada penelitian Post (2003) dalam The Psychological Assessment of Political Leader; Saddam Hussein and Bill Clinton, yang menggunakan metode pemeriksaan jarak jauh untuk mendapatkan profil kedua pemimpin negara itu.
Rujukan lain yang kami andalkan adalah buku yang ditulis Feldman dan Valenty (2001), berupa kumpulan penelitian psikologi politik berjudul Profiling Political Leaders; Cross-Cultural Studies of Personality Behavior, untuk memperoleh panduan teori dan metode dalam menganalisis kepribadian calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta.
Para ahli psikologi politik memberi pemahaman komprehensif tentang penelitian yang representatif pada berbagai latar belakang budaya bisa dilakukan untuk memperoleh profil kepribadian tokoh politiknya. Profil kepribadian di sini kami batasi pada traits (sifat-sifat) kepribadian. Untuk itu, secara lebih spesifik kami menggunakan teori traits kepribadian dari Costa dan McCrae (1985, 1992, 1994). Mereka memaparkan adanya sifat manusia dan kecenderungan perilakunya, khususnya tokoh politik atau pemimpin.
Berlandaskan teori ini disusun alat ukur untuk memperoleh profil kepribadian yang memaparkan sifat menonjol dari calon pemimpin Jakarta. Kami tambahkan dukungan lain berupa perpaduan beberapa metode-teknik mencakup analisis psikobiografi, dokumen politik, karya tulis, laporan wawancara atau observasi rekaman audio-visual, berita media massa, dan wawancara dengan orang-orang dekat. Dari semua itu kami usahakan juga analisis kompatibilitas interpasangan.
Pemahaman psikologi kepribadian setiap manusia selalu memiliki kecenderungan pada satu atau beberapa traits tertentu. Setiap individu memiliki traits yang akan bisa membantu dia pribadi serta membuat lingkungannya survive dalam hidup.
Namun, seperti tertera pada pepatah awam "tiada gading yang tak retak", tiap manusia juga punya kecenderungan yang bisa merugikan diri sendiri kadang pula lingkungannya. Karena itu, sangat diharapkan kearifan siapa pun setelah membaca penelitian ini agar tidak menghakimi calon dalam pemahaman yang ekstrem, atau dalam bahasa awamnya menganggap mereka "sakit", karena jika dilihat seperti itu, kita semua manusia pastilah juga akan terkategori "sakit".
Untuk mendapatkan gambaran persepsi masyarakat Jakarta tentang pasangan calon dalam Pilkada DKI Jakarta 2007, kami melakukan survei persepsi sosial anggota masyarakat di lima wilayah DKI Jakarta, yaitu Jakarta Pusat, Barat, Timur, Selatan, dan Utara, dengan varian karakter kelompok yang beragam.
Melengkapi survei tersebut, dilakukan juga diskusi kelompok terfokus yang secara intensif mencoba menelusuri pemahaman kognitif dan afektif, bahkan juga harapan serta kecenderungan peserta diskusi yang terdiri dari berbagai lapisan masyarakat DKI Jakarta, dalam memilih calon pemimpin secara individu ataupun sebagai pasangan.
Dalam diskusi ini terdapat pengamat politik, psikolog, wartawan, pengusaha jasa, pedagang beretnis China, dosen, pengamat seni budaya, pekerja sosial, dan mahasiswa. Ada pula ibu rumah tangga, wakil beberapa sopir truk angkutan barang, dai, karyawan rendah, seniman, sampai yang menyebut diri sebagai "pengelola pedagang kaki lima" yang mungkin secara awam dikenal sebagai "preman".
Survei dan diskusi kelompok merupakan usaha untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana masyarakat DKI memahami tingkah laku calon dalam kesehariannya serta gambaran sikap mereka terhadap calon.
Penggunaan berbagai metode dan teknik dalam usaha penelitian ini bertujuan memenuhi syarat obyektivitas, reliabilitas, dan validitas penelitian. Obyektivitas di sini didefinisikan sebagai tingkat keajekan dari suatu obyek untuk dipersepsi secara sama oleh kebanyakan orang.
Kami melibatkan beberapa kelompok sampling untuk memberikan penilaian dengan beberapa metode berbeda. Hasilnya diperbandingkan untuk melihat kesesuaian persepsi antara berbagai penilai dan beragam metode tersebut. Perbandingan ini sekaligus menjadi cara untuk menjaga reliabilitas hasil penelitian.
Validitas penelitian diperoleh dengan cara membandingkan hasil pengukuran dan penilaian terhadap traits kepribadian yang dikonstruksi dari rangkaian teori sebagai kerangka dasar penelitian. Kerangka pikir tersebut terdiri dari teori kepribadian yang mencakup traits, motif sosial, self presentation (presentasi diri), serta gaya kognitif.
Teori itu dikaitkan pada perilaku politik yang mencakup kepemimpinan, keterbukaan terhadap ide baru, belief (keyakinan) politik, dan visi politik. Dari kerangka teoretis dan melalui analisis dokumen ditentukan indikasi kepribadian dan karakter mereka.
Kesesuaian antara setiap hasil analisis dan hasil observasi merujuk pada kerangka teoretis itulah yang merupakan indikasi dari validitas penelitian. Setelah itu semua, disusunlah rangkaian beberapa tulisan yang memaparkan profil kepribadian calon gubernur dan wakil gubernur DKI serta persepsi masyarakat akan subyek yang sama secara individual atau berpasangan. Inilah yang kami sajikan kepada pembaca Kompas dalam dua hari ini.
Posted by RaharjoSugengUtomo at 11:06 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Kompas
Pascalongsor: Korban Harus Segera Direlokasi
KOMPAS - Rabu, 01 Agustus 2007
Bandung, Kompas - Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah meminta agar korban dan pengungsi banjir serta longsor di sejumlah desa di Morowali, Sulawesi Tengah, dan Luwu, Sulawesi Selatan, segera direlokasi. Ia juga menegaskan bahwa relokasi itu menjadi tugas pemerintah daerah setempat.
"Itu adalah tanggung jawab pemerintah daerah. Namun, kami akan ikut juga membantu kelancaran program itu," kata Bachtiar ketika membuka acara pemantapan pendampingan Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial (BLPS) di Cikole, Bandung, Senin (30/7) malam.
Mengenai kendala pendistribusian bantuan dan evakuasi, Bachtiar menyebut medan yang berat sehingga tidak semua sarana transportasi bisa sampai ke lokasi.
Dari Luwu dilaporkan, lumpur dan air yang menggenangi sejumlah desa sudah mulai surut, tetapi warga masih dihantui kecemasan akan terjadi longsor susulan. Pasalnya, saat ini lumpur terus menyembur dari dalam tanah yang permukaannya longsor pekan lalu. Lokasi semburan berada di Gunung Makuring, yang pekan lalu banyak bagiannya longsor.
Semburan lumpur ini menyebabkan terbentuknya genangan lumpur yang terus meluas dan mengalir. Camat Suli Barat M Jihad bahkan sudah mengimbau warga Dusun Dandai, Desa Salubua, untuk mengungsi karena genangan lumpur dikhawatirkan menggenangi permukiman.
Semburan lumpur ini sendiri terjadi pascalongsor pekan lalu di Gunung Makuring, salah satu anak gunung di gugusan Pegunungan Latimojong. Longsor yang membuka permukaan tanah kemudian diikuti keluarnya semburan lumpur yang hingga kini terus meluas.
Untuk membuka wilayah-wilayah yang masih terisolasi, hingga kini aparat keamanan dan petugas SAR terus bekerja membersihkan material yang menutupi jalan, terutama di Desa Rante Alang dan Bukit Sutra di Kecamatan Larompong dan Desa Salubua di Kecamatan Suli Barat yang masih banyak warga belum dievakuasi.
Dari Morowali, sebanyak 1.300 korban di Kecamatan Bungku Utara dan Mamosalato mulai terserang berbagai jenis penyakit. Warga kebanyakan mengalami stres, infeksi saluran pernapasan atas, diare, dan gatal-gatal.
Sebagian besar dari penderita itu adalah pengungsi, sedangkan sebagian lainnya adalah korban banjir yang masih tinggal di rumah masing-masing.
Di sejumlah posko pengungsi, para korban banjir masih dirundung duka, khususnya mereka yang kehilangan anggota keluarga, rumah, dan semua harta benda. Tidak sedikit di antara pengungsi yang terlihat selalu berdiam diri dan meneteskan air mata. (CHE/REN/REI)
Posted by RaharjoSugengUtomo at 11:05 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Kompas
IPTEK: ”Rumah Mesin” Itu Semakin Kacau
KOMPAS - Rabu, 01 Agustus 2007
BRIGITTA ISWORO LAKSMI
Indonesia pekan ini akan mendapat dampak dari ekor badai Usagi dan dari munculnya bibit badai di barat daya di sebelah selatan Jawa (Kompas, 31/7).
Ada dua kemungkinan, sebagian Indonesia akan mengalami hujan besar, atau sebaliknya udara di Indonesia akan kering karena massa udara yang memuat uap air tersedot. Badai Usagi diperkirakan baru akan berakhir sekitar enam hari lagi. Sementara itu, perkembangan bibit badai masih harus dipantau.
Berita lain menyebutkan realitas meningkatnya jumlah badai di Pantai Teluk Atlantik dalam 100 tahun terakhir. Jumlah badai di kawasan tersebut tercatat rata-rata hanya enam siklon tropis, empat di antaranya tumbuh menjadi badai pada periode 15 tahun (26 tahun). Jumlah rata-rata ini naik menjadi 10 badai tropis dan 5 hurricane (topan) pada rentang 64 tahun (1931-1994) dan pada tahun 2006, tahun tenang, terjadi 10 badai tropis.
Sistem iklim oleh para ahli meteorologi disebut sebagai sebuah sistem yang paling semrawut (the most chaotic system). Sistem ini tidak pernah dapat dibatasi menjadi sebuah sistem yang terkotak di sebuah wilayah. Apa yang terjadi di suatu wilayah akan memengaruhi wilayah lain. Apa yang terjadi di sebuah wilayah juga bukan hanya akibat dari pengaruh sistem di wilayah tetangganya, tetapi juga sistem di wilayahnya sendiri yang sifatnya bisa sangat lokal, misalnya, topografi setempat.
Karena demikian semrawutnya sistem iklim dan cuaca, untuk dapat menjelaskan sebuah fenomena iklim dan cuaca secara tepat dibutuhkan sebuah sistem komputer yang luar biasa besarnya. "Yang gigantic," kata Tim Palmer, ahli meteorologi lulusan Oxford, yang kini menjabat sebagai pimpinan Divisi Peramalan Musiman dan Probabilitas pada Peramalan Cuaca Rentang Tengah Pusat Eropa, dalam pembicaraan dengan Kompas. Pembicaraan berlangsung di sebuah hotel di Bandung, akhir Juli lalu, di sela-sela acara "The 10th Kyoto University International Symposium".
Parameter-parameter yang memengaruhi sebuah sistem cuaca tidak bisa dengan mudah dilepaskan dari parameter cuaca di wilayah lain. Untuk memahami sistem global dari cuaca dan iklim, dibutuhkan komputer yang dapat memuat data-data mengenai iklim dan cuaca secara global.
Wilayah Indonesia yang terentang di antara dua samudra besar dunia, yaitu Samudra Pasifik dan Samudra Atlantik, merupakan sebuah wilayah yang memiliki posisi unik dalam sistem iklim dunia. Wilayah ini disebut sebagai sebuah engine house (rumah mesin) dari sistem iklim (dunia) yang demikian semrawut.
"Kami di Eropa selalu menengok ke wilayah Indonesia untuk melengkapi analisis tentang apa yang terjadi di wilayah kami," ucap Palmer, yang juga anggota Royal Society di Inggris dan American Meteorological Society (ia mendapatkan penghargaan dari kedua organisasi tersebut).
Sebutan itu tidak mengada- ada, karena dua samudra utama itu merupakan penyuplai utama uap air, sementara jumlah uap air di atmosfer merupakan faktor utama dalam sebuah sistem cuaca.
Semakin banyak uap air di udara, panas laten yang dilepas akibat proses kondensasi pun meningkat. Perbedaan panas di atmosfer tersebut mendorong sirkulasi udara akibat adanya perbedaan tekanan udara.
Temperatur global pada tahun 2007 diperkirakan rata-rata meningkat 0,54 derajat Celsius dalam 100 tahun terakhir. Peningkatan temperatur tersebut mendorong rumah mesin iklim menjadi semakin aktif karena penguapan air laut menjadi semakin besar. Semakin panas udara, semakin banyak uap air di dalamnya. Semakin banyak uap air di udara, semakin banyak pula panas laten yang dilepas akibat proses kondensasi.
Kenaikan suhu udara juga mengakibatkan perbedaan temperatur udara dan suhu permukaan air laut lebih besar. Perbedaan tersebut juga mendorong pergerakan vertikal uap air.
Pergerakan horizontal dan pergerakan vertikal udara yang semakin aktif tersebut menyebabkan sistem cuaca semakin kompleks, yang pada akhirnya berpotensi melahirkan siklon tropis yang dalam skala lebih besar bisa menjadi badai.
Hasil penelitian Greg J Holland dan Peter J Webster yang menyebutkan jumlah badai yang semakin meningkat selaras waktu rasanya menjadi semakin masuk akal. Rumah mesin tersebut sekarang menjadi lebih panas.
Dengan posisi geografis di wilayah "rumah mesin" iklim dunia, Indonesia pun mendapat dampaknya, yaitu kecenderungan semakin tidak teraturnya pola cuaca dan pola iklim. Namun, kita harus kembali kepada karakteristik dasar sistem iklim, yaitu chaotic.
Di sisi lain, ada upaya "menyalahkan" Matahari sebagai faktor penyebab terjadinya pemanasan global. Namun, ternyata radiasi panas Matahari tidak meningkat. Dari penelitian didapati bahwa "suhu" Matahari justru cenderung menurun—secara tidak signifikan.
Sementara itu, para ahli meteorologi masih enggan untuk membuat relasi langsung pemanasan global dengan fenomena tertentu, misalnya gelombang udara panas di sejumlah negara Eropa baru-baru ini yang terpanas pada beberapa tahun terakhir.
"Masih perlu banyak bukti untuk langsung menghubungkannya dengan pemanasan global," kata Palmer, penulis utama dalam laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC).
Untuk setiap fenomena cuaca atau iklim, penjelasan yang dikemukakan para ahli memang mendukung adanya relasi tersebut, tetapi mereka memilih mengatakan, most likely (sangat mungkin).
Segala proses terjadinya hujan, badai, dan angin kencang dan yang lain memang tidak secara langsung menyentuh indra kita. Namun, seperti ajaran Immanuel Kant, di sana ada sejumlah kategori pengertian yang terkait ruang dan waktu, yang menjadikannya sebuah ilmu pengetahuan.
Posted by RaharjoSugengUtomo at 11:04 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Kompas
Rusuh di LP Cipinang Dua Narapidana Tewas
KOMPAS - Rabu, 01 Agustus 2007
Jakarta, Kompas - Gara-gara pertandingan sepak bola, Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cipinang, Jakarta Timur, rusuh, Selasa (31/7) pagi. Dua narapidana tewas, dua narapidana luka berat, dan lima narapidana luka ringan.
Jasad Sukamat alias Munte (37) dan Samsul Hidayat alias Slamet (28), dua korban tewas dalam kerusuhan massal itu, dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo untuk diotopsi. Korban yang luka berat dirawat di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur. Dua narapidana yang tewas adalah perampok yang menjalani hukuman 12 tahun dan empat tahun penjara.
Menurut Direktur Jenderal Pemasyarakatan Untung Sugiono, kerusuhan berawal dari pertandingan sepak bola antarblok dalam rangka memperingati 17 Agustus. Karena terpancing emosi, antarsuporter bersitegang. Suasana panas saat itu dapat diredakan petugas.
Namun, Selasa pagi, kerusuhan meletus. Peristiwa itu diawali oleh Samsul yang sedang bertandang ke kamar Sukamat di Kamar 4 Blok Lama 2 EF. Mereka tak menyangka serombongan narapidana datang menyerang. Sukamat mengembuskan napas terakhir di poliklinik LP, sedangkan Samsul tewas di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur.
Selasa malam kondisi LP telah kembali tenang setelah 450 polisi dari Kepolisian Daerah Metro Jaya dan Kepolisian Resor Metro Jakarta Timur diturunkan. Menurut Kepala Satuan Brigade Mobil (Brimob) Ajun Komisaris Besar Mohammad Roem, masih ada satu regu Detasemen B Brimob di Cipinang.
Polisi juga membawa sembilan narapidana ke Markas Polres Metro Jakarta Timur untuk dimintai keterangan.
Keamanan lemah
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Andi Mattalatta mengakui peristiwa ini menunjukkan sistem keamanan di LP masih lemah. "Kami akui, ada kelemahan. Masih ada kecerobohan, karena banyak senjata tajam yang tidak berasal dari dalam ditemukan saat kerusuhan itu," kata Andi kepada wartawan seusai memeriksa kondisi terakhir LP Cipinang.
Senjata tajam yang ditemukan antara lain pisau dapur, belati, gunting taman, dan paku besi. Menurut Kepala Polres Metro Jakarta Timur Komisaris Besar Robinson Manurung, ada 62 senjata tajam dengan berbagai jenis ditemukan seusai kerusuhan.
Andi melihat kerusuhan itu terjadi karena di LP terjadi pengelompokan atas simbol-simbol tertentu. "Narapidana adalah orang yang bermasalah dan memiliki tingkat emosi tinggi. Jika fanatisme terhadap sesuatu tidak dicairkan, akan muncul kondisi tidak sehat," katanya.
Narapidana yang menghuni LP Cipinang saat ini 2.099 orang dan tahanan 1.852 orang sehingga total ada 3.951 orang. Petugas pengamanan yang ada hanya 70 orang dan tidak bersenjata.
"Jika terjadi kerusuhan, kami minta bantuan polisi," kata M Akbar Hadi P, Kepala Subbagian Humas dan Protokol Ditjen Pemasyarakatan. (ARN/WIN)
Posted by RaharjoSugengUtomo at 11:03 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Kompas
Semburan Liar di Siring Membesar
KOMPAS - Rabu, 01 Agustus 2007
Sidoarjo, Kompas - Semburan liar yang muncul di kolam penampungan lumpur di Kelurahan Siring, Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (31/7), membesar. Semburan itu merupakan semburan liar ke-66 yang muncul di sekitar pusat semburan lumpur Lapindo.
Berdasarkan pengamatan petugas Fergaco (tim monitoring dan analisis gas berbahaya yang disewa Lapindo Brantas Inc), kemarin, semburan liar itu terlihat membesar jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya. Ketinggian semburan tersebut sekitar 50 sentimeter di atas genangan lumpur dengan diameter semburan sekitar 3 meter.
Petugas Fergaco tidak bisa mendekati semburan karena semburan berada di tengah kolam penampungan lumpur sehingga petugas tidak bisa mendeteksi gas yang keluar dari semburan. Namun, berdasarkan pemantauan yang dilakukan dari tanggul kolam atau sekitar 20 meter dari semburan, tidak terdeteksi adanya gas berbahaya.
Tekanan semburan air tersebut dipastikan besar karena semburan dapat menembus lumpur di kolam yang sudah mengering, apalagi ketebalan lumpur di kolam itu sudah mencapai 7 meter.
Kepala Humas Badan Pelaksana Badan Penanggulangan Lumpur di Sidoarjo (BP BPLS) Achmad Zulkarnain mengatakan, semburan air tidak terlalu berbahaya karena kolam penampungan masih dapat menampung air yang keluar.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Surono mengatakan, semburan-semburan liar kemungkinan akan terus muncul dalam radius sekitar 1,5 kilometer dari pusat semburan. Selain kawasan ini masuk dalam zona lemah, beban di atas permukaan tanah begitu besar menekan air formasi dan gas keluar.
Berkas dikembalikan
Terkait ganti rugi tanah dan bangunan yang terendam lumpur, salah seorang koordinator korban lumpur dari Jatirejo, Aschur, mengeluhkan dikembalikannya 72 berkas tanah dan bangunan korban lumpur oleh BP BPLS dengan alasan riwayat tanah itu kurang lengkap. Padahal, sebelumnya, berkas diterima oleh tim verifikasi.
"Seharusnya BP BPLS menyebutkan dengan jelas syarat apa yang harus kami penuhi," kata Aschur. (APA)
Posted by RaharjoSugengUtomo at 11:02 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Kompas
10 Orang Tewas akibat Tempe Gembus
KOMPAS - Rabu, 01 Agustus 2007
Jakarta, Kompas - Penyakit misterius di Desa Kanigoro, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, yang menewaskan 10 orang, diduga akibat cemaran mikroba dalam makanan. Cemaran tersebut ada dalam tempe gembus, makanan yang terbuat dari ampas tahu.
"Meski dugaan mengarah pada keracunan tempe gembus, tetap perlu ada pemeriksaan lain terhadap bahan-bahan kimia seperti logam krom, cuprum, dan barium," kata Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari kepada wartawan di Jakarta, Selasa (31/7).
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Hertanto menyatakan, dari hasil observasi, para korban sebelumnya memakan tempe gembus yang dijual pedagang keliling. Pembeli tempe gembus itu kebanyakan ibu rumah tangga sehingga mayoritas korban adalah perempuan.
Pemeriksaan sementara menunjukkan penyebab KLB itu mengarah pada cemaran mikroba Pseudomonas cocovenans. "Bakteri ini biasanya tumbuh di bahan yang mengandung parutan kelapa, yakni tempe bongkrek. Ternyata, mikroba ini juga bisa tumbuh dalam tempe gembus," kata Nyoman Kandun, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes.
Herawati Sudoyo, peneliti dari Lembaga Eijkman, menambahkan, bakteri ini menyebabkan kerusakan mitokondria. Media terbaik bakteri ini ialah ampas kelapa. Namun, di China, bakteri ini juga terdapat pada produk yang terbuat dari jagung dan biji-bijian, termasuk tempe gembus. Ini bisa terjadi karena perubahan lingkungan serta tingkat kelembaban dan keasaman bahan makanan itu.
Sejauh ini dinas kesehatan setempat telah mengambil spesimen pasien dan warga sekitar, yang diambil dari sisa makanan, muntahan, dan sumber air di lokasi kejadian. Sebanyak 222 spesimen dikirim ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes. Ternyata ada kerusakan jaringan yang luas dan bersifat akut.
"Berdasarkan hasil penelitian patologi anatomi, penyebab kematian adalah kegagalan multiorgan, dengan gejala utama gastrointestinal berupa mual, muntah, dan pusing," tutur Kandun.
Pemeriksaan air dan udara menunjukkan tak terjadi pencemaran. Begitu pula pada pestisida dan beberapa jenis bahan kimia berbahaya, yakni arsenikum, sianida, dan logam berat. (EVY/EGI)
Posted by RaharjoSugengUtomo at 11:01 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Kompas