BISNIS - Selasa, 12/06/2007
JAKARTA: Ditjen Pajak menargetkan seluruh kantor pelayanan pajak (KPP) di Jawa dan Bali dapat dimodernisasi paling lambat akhir tahun ini, sedangkan untuk wilayah lainnya paling lambat akhir 2008. "Mulai besok [hari ini], di Jakarta Selatan akan dioperasikan 12 KPP Pratama yang beroperasi secara modern," kata Dirjen Pajak Darmin Nasution kepada pers kemarin.Dia menjelaskan di seluruh Jawa dan Bali akan dibentuk 144 KPP Pratama, untuk menggantikan KPP paripurna (tidak modern), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPBB), dan Kantor Pemeriksaan Pajak (Karik-pa). Menurut Darmin, pembentukan 12 KPP Pratama di Jakarta Selatan ini merupakan kelanjutan dari pembentukan KPP Pratama di Kantor Wilayah Pajak Jakarta Pusat yang sudah terlebih dahulu dibentuk tahun lalu. Dalam perkembangannya, seluruh KPP akan menjadi kantor pelayanan pajak modern.KPP Pratama di Jakarta Selatan terdiri dari KPP Setiabudi I, Setiabudi II, Setiabudi III, Tebet, Pancoran, Kebayoran Baru I, Kebayoran Baru II, Kebayoran III, Kebayoran Lama, Pasar Minggu, Mampang Prapatan, dan Cilandak. Berbeda dengan kantor pelayanan sebelumnya, KPP Pratama mempunyai struktur organisasi berdasarkan fungsi. Sedangkan KPP model lama, struktur organisasinya dibentuk berdasarkan jenis pajak.Darmin mengharapkan pembentukan KPP Pratama dapat memberikan keuntungan bagi wajib pajak dan kantor pajak. Wajib pajak, kata dia, akan mendapatkan pelayanan yang lebih baik dari AR sehingga saling keterbukaan akan terjalin. Sementara itu, bagi petugas pajak, dengan adanya penyatuan KPP dan KPBB maka database mudah disatukan. "Ini dapat menjadi jalan untuk makin menjaring wajib pajak yang sering berkelit menghindari pajak. Selain itu, kantor pajak juga dapat mengetahui siapa yang bertanggung jawab bila ada suatu program yang tidak berjalan," katanya. Dengan adanya KPP Pratama, maka KPPBB (Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan) dan Karikpa (Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak) secara otomatis tidak akan berfungsi lagi.Tumbuh tinggiKepala Kanwil Pajak Jakarta Selatan Sjarifudin Alsah menyatakan tahun ini target penerimaan pajak di wilayahnya Rp15,3 triliun, naik 30% dibandingkan tahun lalu Rp12 triliun. Untuk mencapai target itu, katanya, akan dilakukan ekstensifikasi pajak dengan mendata orang yang belum mempunyai NPWP. "Ada growth yang sangat tinggi dari tahun lalu. Begitu pentingnya reformasi organisasi untuk menunjang agar target [Rp15,3 triliun] dicapai. Karena terus terang saja, berdasarkan pengalaman growth KPP Pratama Jakarta Pusat 40%, kita harapkan demikian untuk Jakarta Selatan, walaupun ini sudah pertengahan tahun." Menurut Darmin, KPP Pratama Jakarta Pusat hingga Mei lalu mengalami kenaikan penerimaan pajak 32%, tidak setinggi LTO 40% yang pernah dicapai sebelumnya. Pertumbuhan rata-rata penerimaan pajak nasional adalah 20%.KPP Pratama akan ada seksi ekstensifikasi yang berfungsi meng-NPWP-kan orang-orang yang belum terkena NPWP. Dalam hal ekstensifikasi itu, dirjen pajak akan memprioritaskan compliance dari para wajib pajak besar. Sebanyak 50 wajib pajak terbesar di tiap KPP akan dilihat profilnya, setidaknya dalam 5 tahun terakhir. Sehingga, menurut Darmin, tidak ada kemungkinan bagi para wajib pajak besar itu untuk sembunyi. "Kita mulai dengan 50, lalu 50 besar kedua, ketiga, dan keempat. Kalau 200 wajib pajak terbesar di tiap KPP kita sudah cek, ikuti, dan cermati, maka akan mencakup 90% lebih dari penerimaan pajak," jelasnya.
(02) (redaksi@ bisnis.co.id)
Bisnis Indonesia
Tuesday, June 12, 2007
Tahun ini kantor pajak di Jawa-Bali modern
Posted by RaharjoSugengUtomo at 12:03 PM 1 comments
Labels: All in Tax
The power of choice
BISNIS - Jumat, 08/06/2007 11:26 WIB
oleh : Anthony Dio Martin
Managing Director HR Excellency
"Kita selalu punya pilihan"(Tobey Maguire, Spiderman 3)
Dalam rubrik di Bisnis edisi 27 Mei, Bapak Christovita Wiloto telah menyoroti soal film Spiderman, dari sisi ide dan penjualannya. Kali ini, lebih khusus lagi, film anak-anak Spiderman 3 tersebut akan kita jadikan sebagai suatu inspirasi dalam hidup kita.
Tanpa bermaksud promosi, saya akan mengawali tulisan ini dengan sepotong cerita dari film Spiderman 3. Film yang dibintangi Tobey Maguire dan Kirsten Dunst ini cukup memukau. Jauh-jauh hari, dunia dibikin heboh dengan simbol si manusia laba-laba ini.
Sekuel ketiga film yang diangkat dari cerita komik terbitan Marvel Comics ini memang memikat, mirip tokoh-tokoh superhero lain, seperti Superman, Batman, X-Man, dan sebagainya. Film superhero ini memang menjadi tontonan akhir akhir pekan dan hiburan yang menyenangkan. Jutaan orang di seluruh dunia tidak mau melewatkan hiburan garapan sutradara Sam Raimi itu.
Dari film tersebutlah, saya mendapatkan sebuah inspirasi hidup penting yang ingin saya bagikan kepada pembaca kali ini. Saya ingin berbagi soal kekuatan memilih (The power of choice). Singkat cerita, dalam film ini, ada salah satu karakter antagonis, musuh bebuyutan Spiderman, yakni Goblin Junior bernama Harry Osborn (James Franco).
Harry membuat pilihan hidup terbaik justru pasa saat-saat akhir film. Ada kata-kata menarik yang tergelincir dari mulut Peter Parker alias Spiderman ini: "Saya belajar sesuatu tentang pilihan hidup dari Harry. Harry membuat pilihan yang lebih baik di saat..."
Begitu juga, ada tokoh bernama Sandman yang selalu berkata, "I am a good person, but have a bad luck (saya orang baik, tetapi bernasib sial). Lalu, Spiderman membalas, "Kita selalu punya pilihan."
Pembaca, mari kita bicara tentang pilihan hidup. Ada orang yang mengatakan hidup adalah perkara memilih. Memang benar, hidup selalu dihadapkan oleh setiap pilihan. Lihat saja, dari bangun tidur sampai mau tidur lagi kita dihadapkan pada 1001 pilihan. Sebenarnya, pilihan yang dibuat itulah yang seringkali membedakan antara seorang yang sukses dan seorang yang gagal dalam hidupnya.
Banyak orang yang gagal merasa dirinya tidak mempunyai banyak pilihan. Sementara itu, orang yang sukses melihat, dirinya selalu mempunyai pilihan dan mampu memilih. Hanya saja, persoalannya, apakah dia melihat adanya alternatif-alternatif itu atau tidak.
Orang yang tidak sukses tidak terlatih untuk melihat alternatif itu. Karena itu, dengan kondisinya, dia membuat banyak pilihan yang buruk. Saat ditanya mengapa dia melakukan tindakan dan sikap tertentu, dia sering dengan pesimis mengatakan, "Saya tidak mempunyai pilihan lain."
Pembaca, dalam sebuah permainan Think-Fell-Act yang seringkali saya praktikkan dalam workshop Kecerdasan Emosional, peserta selalu belajar melakukan pemilihan dalam berbagai situasi. Pilihan itu bisa baik dan bisa juga buruk. Tapi, pertama yang harus kita sadari adalah kita pasti punya pilihan. Kita bukanlah bintang yang terkondisi.
Setop-Pikir-Pilih
Kemudian, ada proses yang disebut dengan SPP, yakni Setop-Pikir-Pilih. Jadi, dalam situasi apa pun, penting bagi kita untuk stop (jeda) sejenak, memikir sejenak, dan baru menentukan pilihan.
Ingat, stop di sini bukan untuk berlama-lama. Bahkan, kalau kita mengacu pada proses neurologi di otak yang terbukti dalam sebuah riset, kita hanya butuh waktu enam detik untuk membantu membuat pilihan.
Jadi, para tokoh jahat dalam film Spiderman yang merasa dirinya membunuh disebabkan karena tidak mempunyai pilihan. Atau, mereka yang berkata kasar karena merasa tidak mempunyai pilihan. Atau, mereka yang bekerja tidak halal karena tidak punya pilihan. Mereka yang menjadi koruptor karena memang tidak ada pilihan lain. Nah, mereka salah!
Saya teringat pada seorang pegawai administrasi yang bekerja di sebuah perusahaan komputer selama hampir tujuh tahun. Dia bekerja dilandasi oleh motivasi yang sangat payah. Saat ditanya mengapa sikap kerjanya demikian, dia menjawab, "Saya sebenarnya tidak suka kerjaan ini. Tapi, saya tidak mempunyai pilihan." Bayangkan. Tentu saja, bekerja tujuh tahun dengan semangat loyo tanpa merasa punya pilihan adalah kesiaa-siaan dalam hidupnya!
Kemampuan kita untuk memilih didasarkan pada kenyataan bahwa kita adalah manusia yang diciptakan dengan bebas. Kebebasan inilah anugerah yang terbesar dari Pencipta bagi kita. Dengan kebebasan itu, kita mampu membuat pilihan.
Binatang dan tumbuhan tidak bisa menjatuhkan pilihan. Ingat, kebebasan selalu inheren (melekat erat) dengan tanggung jawab. Nah, orang yang memilih berarti mengkondisikan dirinya sebagai orang bebas. Orang yang bebas akan mengkondisikan dirinya sebagai orang yang bertanggung jawab. Tidak ada tanggung jawab tanpa kebebasan memilih. Orang yang berani memilih adalah orang yang berani bersikap.
Akhirnya, mari kita belajar dari Spiderman. Kita selalu mempunyai pilihan atas kehidupan kita. Dan di dalam setiap pilihan kita, ada tanggung jawab. Ketika kita sudah memilih, energi kita akan terkumpul untuk menghidupi pilihan itu. Seseorang yang menjadikan menulis sebagai pilihan hidupnya, maka dia akan mencurahkan segala energinya untuk menulis dengan totalitas. Dia akan selalu disiplin untuk duduk di kursi hanya untuk merangkai kata-kata.
Dengan begitu, sebenarnya dia sedang berusaha hidupi pilihannya dengan totalitas. Dengan membuat pilihan, sebenarnya orang itu sedang mengamini hidupnya sendiri. Intinya, menyadari bahwa kita punya pilihan. Berani membuat pilihan. Lantas, mengoptimalkan pilihan yang telah dibuat, itulah kekuatan yang sesungguhnya. Itulah kekuatan dari pilihan, the power of choice.
Posted by RaharjoSugengUtomo at 9:07 AM 0 comments
Labels: MOTIVASI: Kolom BISNIS Minggu
BI tantang bank optimalkan kredit
BISNIS - Selasa, 12/06/2007
JAKARTA: Bank Indonesia tantang para bankir mengoptimalkan kredit guna menghambat gangguan kerawanan perekonomian nasional, meski diyakini indikator keuangan pada perbankan menghadapi krisis semakin kuat. Deputi Gubernur Bank Indonesia Muliaman D. Hadad mengatakan perbankan merupakan pintu masuk terjadinya krisis ekonomi satu dekade lalu, karena rentannya rasio keuangan. Kondisi saat ini, menurut dia, menunjukkan rasio keuangan perbankan semakin kuat. Hal ini terlihat dari rasio kecukupan modal per April 2007 mencapai 21,2%, cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya.Namun, Muliaman menyebutkan kekuatan indikator keuangan bank itu tidak relevan dengan pencapaian fungsi intermediasi yang terlihat berupa belum maksimalnya penyaluran kredit."Jadi, bagaimana kita mendorong bank tetap melakukan lending untuk mendukung ekonomi seraya menjadikannya sebagai faktor penghalang dan penghambat datangnya krisis," tuturnya pada seminar tentang jaring pengaman sistem keuangan, di Jakarta, kemarin.Muliaman menjelaskan perbankan harus tetap mewaspadai sejumlah risiko, seperti masuknya dana asing yang begitu besar. Aliran dana masuk (capital inflow), lanjutnya, merupakan simpul kerawanan seperti yang dikemukakan dalam pertemuan bank sentral negara-negara Asia Pasifik baru-baru ini.Menurut dia, bank sentral juga berupaya menjaga stabilitas keuangan melalui peningkatan koordinasi dengan pemerintah, meyakinkan pelaku pasar menyangkut penerapan praktik standar yang sehat, membentuk indeks stabilitas finansial, dan menyusun resolusi penanganan krisis.Tidak terjaminSementara itu, Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI Halim Alamsyah mengatakan adanya sistem moneter yang kuat tidak menjamin kestabilan sistem keuangan nasional.Karena itu, menurut dia, BI berinisiatif menyusun kerangka kerja jaring pengaman sektor keuangan bersama Depkeu dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Kepala Eksekutif LPS Krisna Wijaya mengatakan lembaga yang dipimpinnya berupaya menentukan segala keputusan, terutama mengenai suku bunga penjaminan yang mengacu pada kestabilan sistem perbankan.LPS merupakan instansi yang akan berperan signifikan dalam menjamin dana nasabah, terutama ketika terjadi masalah dengan bank-bank besar yang memiliki risiko sistemik.Pemerintah mengharapkan bank mampu meningkatkan rasio penyaluran kredit terhadap simpanan (loan to deposits ratio/ LDR) di atas 70% guna mendukung sumber dana pembiayaan investasi pembangunan 2008 sebesar Rp1.296,1 triliun.Direktur Keuangan Bank Lippo Gottfried Tampubolon mengungkapkan komitmen perbankan menyalurkan kredit tetap tinggi, meskipun masih ada yang menaruh dana di instrumen keuangan.Dia optimistis target pertumbuhan kredit tahun ini bisa di atas rata-rata 22% seperti proyeksi BI. Bank Lippo, lanjutnya, menargetkan pertumbuhan kredit tahun ini sebesar 40%."Kami kelihatannya sedikit di bawah target tapi tidak jauh. Semua kan tergantung infrastruktur dan banyak faktor lain. Paling tidak pertumbuhan kami 40%, itu jauh di atas rata-rata bank lain," ungkap Tampubolon. Perbankan nasional sepanjang April 2007 mencatat pertumbuhan kredit sebesar Rp12,4 triliun dibandingkan dengan bulan sebelumnya menjadi Rp855,4 triliun seiring dengan turunnya bunga kredit.Sementara itu, aset industri perbankan pada April 2007 naik Rp8,5 triliun dari Maret. Dibandingkan dengan April tahun lalu (Rp1.466,9 triliun), aset perbankan naik 16,8% atau setara Rp246,2 triliun.Kenaikan tersebut didukung oleh membaiknya fungsi intermediasi yang terlihat pada ekspansi kredit perbankan per April 2007 yang tumbuh Rp12,4 triliun, dengan kualitas kredit yang terjaga. Posisi LDR membaik menjadi 65,8% atau level tertinggi dalam enam tahun terakhir.Tren kenaikan LDR mulai terlihat pada Maret 2007 dengan membukukan posisi 65,3%. Angka ini naik tipis dari posisi Desember 2006 sebesar 64,7%. Nominal kredit baru pada April sebesar Rp12,4 triliun, masih di bawah pencapaian kenaikan kredit pada Maret 2007 Rp16,7 triliun. Angka ini lebih baik ketimbang Februari Rp8,8 triliun dan Januari yang tercatat minus Rp15,4 triliun.Tahun ini, bank sentral memperkirakan kredit baru bisa tercetak Rp150 triliun, tumbuh rata-rata 20%, terutama diharapkan dari ekspansi kredit investasi bank-bank persero.
(fahmi. achmad@bisnis.co.id)
Oleh Fahmi Achmad
Bisnis Indonesia
Posted by RaharjoSugengUtomo at 9:05 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Bisnis
Kebijakan sektor riil dijadwalkan terbit hari ini
BISNIS - Selasa, 12/06/2007
JAKARTA: Pemerintah hari ini dijadwalkan mengumumkan empat kebijakan baru di bidang investasi, keuangan, infrastruktur, dan UMKM yang siap dilaksanakan, karena mempunyai sasaran dan jadwal waktunya hingga awal 2008. "Kebijakan sektor riil dan pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah itu rencananya besok [hari ini] diumumkan oleh Menko Perekonomian," tutur Jannes Hutagalung, Staf Khusus Menko Perekonomian, kepada Bisnis tadi malam.Namun, Jannes enggan memberikan rincian kebijakan ekonomi baru yang bakal dikeluarkan Menko Perekonomian itu. "Tunggu saja penjelasan resmi dari Menko Boediono besok siang di Grha Sawala."Secara terpisah sumber Bisnis mengungkapkan kebijakan ekonomi baru yang akan dikeluarkan itu bukan lagi sekadar wacana, tetapi kebijakan yang langsung diimplementasikan di lapangan."Ini janji pemerintah kepada rakyat. Jadi, kebijakan di sejumlah bidang itu merupakan jawaban dari kebutuhan di sektor riil, termasuk UMKM," jelas dia.Sumber tadi menjelaskan kebijakan baru ini berupa Instruksi Presiden (Inpres) dan dalam pelaksanaannya akan dimonitor oleh Tim Pemantau agar manfaatnya bisa langsung dirasakan masyarakat, setelah sektor riil ini bergerak.Tim Pemantau itu, menurut dia, akan dipimpin oleh empat koordinator yang memonitor implementasi kebijakan ekonomi baru, yaitu koordinator bidang investasi, UMKM, keuangan, dan infrastruktur.Inpres itu disebut-sebut sudah ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 8 Juni 2007. Sumber Bisnis lainnya menyebutkan bahwa pelaksanaan kebijakan ekonomi baru ini memiliki sasaran yang harus dicapai. "Kebijakan tersebut juga dilengkapi dengan time table hingga awal 2008. Artinya, kalau kebijakan baru ini belum jalan, ya rapor merah bagi pemerintah," tutur pejabat di Kantor Menko Perekonomian itu. Tanggung jawabDalam kebijakan baru itu, menurut dia, setiap menteri memiliki tanggung jawab yang cukup berat. Menteri Keuangan, misalnya, harus mengeluarkan sedikitnya 60 kebijakan baru hingga awal 2008. Tugas berat juga bakal dipikul oleh Menteri Perdagangan. "Tapi saya tidak tahu detailnya. Tunggulah besok."Sebelumnya Menko Perekonomian Boediono mengatakan pemerintah akan mengeluarkan paket kebijakan baru yang isinya mencakup pembaruan dari tiga paket sebelumnya, yaitu paket perbaikan investasi, percepatan infrastruktur, reformasi di sektor keuangan, dan kebijakan pemberdayaan UMKM (Bisnis, 31 Mei). Kebijakan pembenahan iklim usaha telah dikeluarkan pemerintah secara paket ataupun tunggal sebelumnya, a.l. kebijakan sektor keuangan, perbankan, infrastruktur, investasi sampai dengan program intervensi seperti revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan, dan program energi alternatif.Secara terpisah, Deputi Menko Perekonomian Bidang Koordinasi Industri dan Perdagangan Edy Putra Irawady mengakui sudah banyak kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah, tetapi belum ada yang komprehensif, holistik, dan terintegratif termasuk pemberdayaan UMKM."Selama ini kebijakan pemerintah mungkin kurang tersosialisasi dengan baik, termasuk kemasan promosi kebijakan menjadi titik lemah daya tarik investasi. Selain itu, lemahnya konsistensi dan efektivitas implementasi di lapangan."
(neneng. herbawati@bisnis.co.id)
Oleh Neneng Herbawati
Bisnis Indonesia
Posted by RaharjoSugengUtomo at 9:03 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Bisnis
Surat kabar tidak (akan pernah) mati
BISNIS - Selasa, 12/06/2007
Ini sebuah kesimpulan yang agak mengagetkan sekaligus membingungkan, mungkin. Beberapa tahun silam, genderang kematian koran seolah-olah sudah menggema. Ternyata, kematian koran itu tampaknya batal terjadi, karena bisnis surat kabar tiba-tiba bangkit kembali di hampir seluruh kawasan di planet ini, kecuali Amerika Utara. Ya... koran batal mati lebih cepat. Itulah hasil satu studi yang disampaikan pada konferensi ke-60 Asosiasi Suratkabar Dunia (WAN) dan sidang ke-14 Forum Editor Dunia (WEF) di Cape Town pekan lalu. Konferensi yang dihadiri sedikitnya 1.600 editor dan eksekutif media dari seluruh dunia itu, malah melahirkan optimisme baru, yakni selagi industri surat kabar mampu menggabungkan kegiatan operasi cetak dan online untuk memompa dinamisme dan menarik minat pembaca, selama itu pula surat kabar akan tetap berkibar. Gavin O'Reilly, president WAN, menyatakan isu tentang kematian surat kabar di era digital ini terlalu dibesar-besarkan. Faktanya, menurut dia, justru bertolak belakang, karena sirkulasi koran kini bahkan tumbuh dengan rekor baru dalam hal penerimaan penjualan ataupun langganan. Selain itu, lanjutnya, investasi untuk surat kabar tahun lalu malah meningkat, melampaui US$6 miliar.Optimisme akan tetap tumbuhnya bisnis surat kabar ditunjukkan oleh Martha Stone, direktur asosiasi tersebut yang menangani proyek bertajuk Shaping the Future of the Newspaper."Memang ada indikasi bahwa sirkulasi media cetak di beberapa kawasan mengalami penurunan, tapi persentase orang-orang yang mencari berita dari Internet ataupun surat kabar malah meningkat pesat, dengan angka lebih tinggi ketimbang penurunan sirkulasi itu," kata Stone. Kian bergairahMenurut Timothy Balding, CEO Asosiasi Surat Kabar Dunia, di beberapa negara sedang berkembang, "pasar surat kabar bahkan meningkat dengan mantap. Sedangkan di pasar yang sudah mature, pertumbuhan koran bahkan sangat meyakinkan."Ketika menyampaikan laporan mengenai kemajuan industri persuratkabaran dunia, Balding mengemukakan berbagai fakta bahwa bisnis surat kabar kini menjadi lebih bergairah, termasuk di negeri maju yang masih menunjukkan pertumbuhan sirkulasi. Semakin menguatnya media digital malah mendorong media cetak yang bagi mayoritas pembaca dianggap sebagai bagian tidak terpisahkan dari sumber informasi mereka."Balding tentu tidak sekadar membual. Ia membeberkan data betapa surat kabar di seluruh dunia menunjukkan kebangkitan kembali. Pada 2006, sirkulasi koran di seluruh dunia meningkat 2,3%, dan selama lima tahun terakhir naik 9,48%. Peningkatan terjadi di Asia, Eropa, Afrika, dan Amerika Selatan. Satu-satunya yang menunjukkan penurunan hanyalah Amerika Utara. Pendapatan iklan koran di seluruh dunia pun meningkat 3,77% tahun lalu atau naik 15,77% dalam lima tahun terakhir. Di Asia Tenggara, selama lima tahun terakhir, Malaysia mencatat pertumbuhan penjualan 19,97%, Singapura 0,48%, dan Thailand 12,31%. Tidak disebutkan data penjualan surat kabar di Indonesia.Mampu bertahanPada 2004, dalam konferensi Asosiasi Surat Kabar Dunia di Istanbul, Turki, kekhawatiran serupa juga mencuat ketika booming kedua bisnis online mendera berbagai wilayah di muka Bumi. Ketika itu, nuansa yang muncul dari forum konferensi adalah bagaimana memperpanjang umur koran. Karenanya, waktu itu, diusulkan beberapa terobosan, antara lain agar pengelola surat kabar di seluruh dunia melakukan redesign dan restrukturisasi total terhadap bisnis yang mereka kelola. Dengan serta merta, perusahaan media cetak-termasuk di Indonesia-ramai-ramai melakukan make-up perwajahan dan melakukan berbagai pembenahan.Bahkan, raja koran dari Australia Rupert Murdoch, pernah berbicara di depan Asosiasi Editor Surat kabar AS, April 2005, yang dengan entengnya menubuatkan bahwa koran dan media cetak tinggal menunggu hari ke matian."Sekarang zamannya Internet. Perusahaan media, termasuk perusahaan saya, harus lebih paham soal Internet," katanya ketika itu.Ada juga yang meledek bahwa surat kabar kini merupakan spesies yang terancam punah. Bisnis yang menjual kata-kata kepada pembaca dan menjual pembaca kepada pengiklan itu kini terdesak oleh kehadiran media online. Dalam bukunya yang berjudul The Vanishing Newspaper, Philip Meyer melakukan perhitungan bahwa kuartal pertama 2043 merupakan akhir masa kehidupan surat kabar di AS, karena tidak ada lagi pembaca di sana yang tertarik dengan edisi koran kertas setelah dunia benar-benar fully digitalised.Namun, Murdoch juga yang mengingkari nubuatnya dengan rencana membeli Wall Street Journal melalui induk perusahaannya, Dow Jones, seharga US$5 miliar (sekitar Rp45 triliun) yang hingga kini masih tarik ulur. Menurut dia, dengan memiliki Journal, "lengkap sudah impian saya untuk memiliki imperium media."Tak hanya Murdoch. Microsoft dan General Electrick pun sedang mendekati keluarga Bancroft dengan kepentingan yang sama, ingin membeli Wall Street Journal yang dianggap sebagai flagship media berpengaruh di AS. Kepada saya, Karl Malik, analis media dan pemilik majalah Premedia dari Jerman, mengatakan sangat diragukan teori yang menyatakan bisnis persuratkabaran akan mati. "Nyatanya, kini makin banyak orang kaya, khususnya di AS, yang ingin membeli surat kabar," ujarnya di sela-sela konggres di Cape Town pekan lalu.Dia pun membeberkan data pada akhir 2006, mantan bos General Electric Jack Welch menyatakan minatnya untuk membeli Boston Globe dari perusahaan yang juga menerbitkan New York Times. Baru-baru ini juga, ujarnya, Star Tribune dari Minneapolis, Inquirer dari Philadelphia , dan Courant dari Hartford berpindah tangan. Selain menanti transaksi Dow Jones, industri pers di AS juga sedang menunggu kelanjutan pengambilalihan Tribune Company senilai US$7,6 miliar. Kelompok surat kabar kedua terbesar di AS ini-penerbit Chicago Tribune dan Los Angeles Times-tidak lama lagi akan beralih kepemilikan.Lisa Snedeker dari Media Life meyakini surat kabar akan tetap mampu mencetak laba hingga 20%. "Industri lain mana ada yang mampu mencetak laba sebesar itu." Lebih mendalamSatu jajak pendapat yang dilakukan oleh Harris Interactive bekerja sama dengan Innovation International Media Consulting Group pun digelar di arena WAN. Polling itu menunjukkan bahwa surat kabar dapat meningkatkan kinerja secara signifikan melalui penyajian reportase dan analisis lebih mendalam, lebih banyak informasi yang berhubungan langsung dengan kehidupan para pembaca, serta lebih menarik penampilannya. Menurut jajak pendapat tersebut, program berita televisi pada jaringan tradisional maupun kabel tetap menjadi penyedia informasi utama bagi 30% hingga 39% orang dewasa yang disurvai di tujuh negara. Namun, dalam lima tahun mendatang akan terjadi peningkatan tajam peran situs berita online, seiring dengan makin mahalnya biaya operasional penyelenggara siaran televisi.
Posted by RaharjoSugengUtomo at 9:01 AM 14 comments
Labels: HeadlineNews: Bisnis
Polisi Prioritaskan Buru Abu Dujana
KORAN TEMPO - Selasa, 12 Juni 2007
Dibanding Noor Din M. Top, Abu Dujana lebih berpengalaman memimpin jaringan.
JAKARTA - Kepolisian kini lebih memprioritaskan penangkapan Abu Dujana alias Ainul Bahri dibanding Noor Din M. Top. Penegasan ini kemarin disampaikan Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Kepolisian Indonesia Inspektur Jenderal Sisno Adiwinoto kepada wartawan di Jakarta.
Pengutamaan ini dilakukan lantaran, menurut polisi, peran dan status Dujana lebih bernilai ketimbang gembong teroris Noor Din.
"Dalam struktur organisasi (Abu Dujana) lebih tinggi daripada Noor Din, tapi bukan berarti Noor Din tidak dicari," kata Sisno. Menurut dia, dalam jaringan teroris, Abu Dujana alias Ainul Bahri bertindak sebagai panglima sekaligus Ketua Jamaah Islamiyah untuk wilayah Asia Tenggara. Adapun Noor Din bertanggung jawab untuk merekrut anggota. "Abu Dujana lebih berpengalaman dalam memimpin jaringan," ujarnya menambahkan.
Sidney Jones, yang banyak mengamati gerakan terorisme di Indonesia, juga menyebutkan bahwa peran Abu Dujana lebih penting dibanding Noor Din. Jones menuturkan Abu Dujana memang tidak memiliki kelebihan di bidang agama ataupun militer. "Namun, ia ahli di bidang manajemen," kata Direktur International Crisis Group untuk Asia Tenggara itu.
Sejak pekan lalu polisi menggelar operasi besar-besaran di Sukoharjo dan Sleman. Tapi tersangka otak sejumlah pengeboman di Tanah Air itu hingga kini masih bisa mengecoh polisi. Sejauh ini setidaknya telah tiga kali lelaki berusia 39 tahun ini lolos dari sergapan polisi, yakni pada pertengahan 2005, penyergapan di Sleman Maret lalu, dan pada penyerbuan pekan lalu.
Perburuan Abu Dujana dan jaringannya kali ini, diakui Sisno, adalah hasil pengembangan dari penangkapan Yusron Mahmudi alias Mahfud di daerah Banyumas, Sabtu lalu. Setelah itu, polisi pun menyerbu ke Dusun Kayunan, Desa Dohoharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman.
Di sana mereka menangkap Sigit alias Yurnanto alias Khopil, 32 tahun, dan Suhariyanto, di depan Puskesmas II Ngaglik, pukul 21.00 WIB. Dalam penggerebekan itu, polisi menembak Sigit dan Suhariyanto yang sedang naik sepeda motor berdua. Seorang tersangka tertembak di bagian paha. Menurut cerita polisi, mereka berdua hendak kabur.
Hanya berselang satu jam, tak jauh dari lokasi itu, polisi juga mencokok Adi Kusumo alias Adi Saputro, 32 tahun, di depan Pasar Rejodani, Kecamatan Ngaglik, setelah membeli minyak goreng dan segalon air minum.
Setelah itu, polisi bergerak mengepung Dusun Tangkil Baru, Kelurahan Manang, Kecamatan Grogol, Sukoharjo. Penyergapan pada Minggu lalu, pukul 02.00, hasilnya nihil. Buruan mereka, yakni Taqwimbillah, lebih dulu kabur. Tapi perburuan tak berhenti. Sejam kemudian, mereka menangkap Aris Widodo di rumahnya di Tegal Gede, Karangnyar.
Sisno mengaku belum mengetahui peran Yusron dan teman-temannya dalam jaringan tersebut. Bisa jadi, kata dia, Yusron adalah anggota jaringan yang baru direkrut.
DESY SYAIFUL IMRON REH
Menggeser Target
Pekan lalu Kepolisian Republik Indonesia menyatakan mengubah target utama perburuan teroris dari Noor Din M. Top menjadi Abu Dujana. Pria misterius ini diyakini berperan penting dalam organisasi Jamaah Islamiyah (JI). "Secara struktur dan pengalaman, Noor Din jauh di bawah Abu Dujana," kata seorang sumber yang dekat dengan kalangan kelompok Abu Dujana.
Noor Din M. Top
Meski berasal dari Malaysia, dia diyakini andal merekrut kader baru JI.
Diyakini memimpin sejumlah aksi pengeboman, seperti Bom Bali I dan II.
Sementara Dr Azahari lihai dalam meracik bon, Noor Din pintar mendoktrin orang menjadi anggota kelompok militan.
Abu Dujana (Ainul Bahri)
Panglima tertinggi JI.
Ditengarai yang menentukan kebijakan operasional JI di Indonesia.
Pernah menjadi Sekretaris Markaziah JI.
Berkonsolidasi dengan orang dan kelompok sehaluan.
Dididik dan memiliki jaringan kuat dengan kelompok militan di Mindanao, Filipina.
TEKS: IMRON ROSYID DESY PAKPAHANSUMBER: KEPOLISIAN DAN SUMBER TEMPO
Posted by RaharjoSugengUtomo at 8:58 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews:KoranTempo
Sejumlah Wartawan Terima Dana Rokhmin
KORAN TEMPO - Selasa, 12 Juni 2007
"Bisnis media adalah bisnis kepercayaan. Jika awak redaksi tidak bisa dipercaya, bisnis ini akan hancur."
JAKARTA - Setelah 30 anggota Dewan Perwakilan Rakyat terungkap menerima dana nonbujeter Departemen Kelautan dan Perikanan semasa dipimpin Rokhmin Dahuri, sejumlah wartawan media cetak dan elektronik juga dinyatakan pernah memperoleh dana yang sama.
Menurut berkas perkara kasus dana Departemen Kelautan dengan tersangka Andin H. Taryoto, mantan Sekretaris Jenderal Departemen Kelautan dan Perikanan, aliran dana kepada wartawan itu berlangsung selama 2001-2004. Hal ini terungkap dari keterangan Didi Sadili, pegawai negeri sipil di Departemen Kelautan dan Perikanan ketika diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi pada 2 November 2006.
Wartawan itu di antaranya Danke Drajat dari televisi swasta Rajawali Citra Televisi Indonesia. Pada 9 September 2002, Danke disebut menerima uang Departemen Kelautan Rp 56,5 juta dan pada 28 April 2004 Rp 17,8 juta. Namun, Danke membantah dan menyatakan tak tahu-menahu ihwal dana itu. "Demi Allah, demi Tuhan, saya tidak menerima serupiah pun dari dia (Rokhmin Dahuri)," ujar Danke, yang kini menjadi Kepala Hubungan Masyarakat RCTI.
Adapun wartawan lain, Putut Trihusodo, dari majalah mingguan Gatra, membenarkan pernah menerima dana Rp 40 juta dari Rokhmin pada 2004. "Uang itu untuk pembuatan video dokumenter tentang Program Mina Bahari DKP bersama komunitas Pen and Light," katanya.
Wakil Pemimpin Redaksi Gatra ini menjelaskan hubungan dia dengan Rokhmin sudah terjalin semenjak kuliah di Institut Pertanian Bogor pada 1979. "Uang itu cuma untuk mengganti ongkos produksi," ucapnya.
Dalam berkas perkara Andin, pada 9 Maret 2004, Putut bersama wartawan Republika, Damanhuri, disebutkan juga mendapat dana dari Departemen Kelautan Rp 95,95 juta untuk sebuah acara di Cirebon. "Informasi itu saya tidak tahu," ujar Putut.
Damanhuri mengakui menerima Rp 25 juta dari Rokhmin pada 2001. "Uang itu untuk membantu yayasan pendidikan di Bogor," katanya kepada Tempo. Pada 2004 dia membenarkan kembali menerima dana dari Departemen Kelautan Rp 75 juta untuk penulisan sebuah buku profil Rokhmin berjudul Perjuangan Anak Nelayan.
Selain itu, beberapa awak Republika lain dinyatakan pernah menerima dana serupa. Salah satunya adalah Zis Muzahid Hasan.
Zis pun mengakuinya. Menurut dia, dana dari Rokhmin dipakai untuk melanjutkan pendidikan S-2 di Universitas Indonesia. "Dana itu merupakan beasiswa," ujarnya. Zis mendapat dana dari Departemen Kelautan Rp 9,5 juta pada 15 Agustus 2002 dan Rp 31 juta pada 1 April 2003.
Dihubungi secara terpisah, Pemimpin Redaksi Harian Umum Republika Ikhwanul Kiram Mashuri menyatakan perkara anak buahnya merupakan urusan pribadi. "Tidak ada hubungannya dengan Republika," ujarnya.
Dia menegaskan mereka yang menerima dana dari Departemen Kelautan harus bertanggung jawab secara internal ataupun eksternal. "Secara internal kami minta konfirmasi langsung kepada mereka. Eksternal, mereka harus mempertanggungjawabkannya secara hukum."
Adapun mengenai uang yang diterima Zis Muzahid Hasan, Kiram menyatakan tidak tahu-menahu karena yang bersangkutan sudah keluar dari Republika. Ketua Aliansi Jurnalis Independen Indonesia Heru Hendratmoko menyatakan KPK mestinya memeriksa semua penerima dana Rokhmin, termasuk wartawan. "Bisnis media adalah bisnis kepercayaan. Jika awak redaksi tidak bisa dipercaya, bisnis ini akan hancur," katanya.
BUDI SAIFUL HARIS MUHAMMAD NUR ROCHMI
Posted by RaharjoSugengUtomo at 8:57 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews:KoranTempo
KPK Periksa Dua Anggota Staf DPR
KORAN TEMPO - Selasa, 12 Juni 2007
Tuti juga tidak menjawab apakah dana dari Departemen Kelautan itu digunakan sebagai dana pembahasan Undang-Undang Perikanan.
Komisi Pemberantasan Korupsi kemarin memeriksa dua anggota staf sekretariat Komisi Kelautan dan Perikanan Dewan Perwakilan Rakyat, yakni Tri Budi Utami dan Tuti Retnowati, guna mengusut aliran dana nonbujeter Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). "Mereka dimintai keterangan terkait informasi adanya aliran dana DKP ke DPR," ujar juru bicara KPK, Johan Budi, kemarin malam.
Mereka diperiksa di lantai 2 gedung KPK sejak pukul 10.00 WIB. Tri Budi keluar lebih dulu, sekitar pukul 17.00, sedangkan Tuti baru keluar pada pukul 20.45.
Setelah diperiksa, Tuti enggan berkomentar. Perempuan paruh baya ini kaget mendapat pertanyaan dari para wartawan yang menungguinya. "Saya tidak diperiksa. Ini urusan saya sendiri," kata Tuti yang mengenakan blazer biru bermotif garis-garis.
Tuti juga tidak menjawab apakah dana dari Departemen Kelautan itu digunakan sebagai dana pembahasan Undang-Undang Perikanan. "Saya tidak tahu apa-apa," ujarnya.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Tempo, mereka adalah anggota staf sekretariat yang bertugas mencatat aliran dana ke DPR. "KPK mau memastikan apakah uang itu mengalir ke anggota DPR atau yang lainnya," kata sumber Tempo.
Pada 2005, lebih dari Rp 500 juta dana Departemen Kelautan dan Perikanan mengalir ke DPR, dan pada 2006, sebanyak Rp 228 juta. Sebagian besar dana itu mengalir ke Komisi Kelautan dan Perikanan DPR, di antaranya untuk biaya kunjungan kerja, tunjangan hari raya, dan panitia anggaran.
Tri Budi sudah pernah diperiksa oleh Badan Kehormatan DPR pada Kamis lalu. Dia dimintai keterangan soal aliran dana Rp 24 juta yang digunakan sebagai honor pembahasan Undang-Undang Kelautan.
TITO SIANIPAR
Posted by RaharjoSugengUtomo at 8:54 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews:KoranTempo
Fuzi Bowo Diminta Segera Cuti
KORAN TEMPO - Selasa, 12 Juni 2007
Saat itu banyak kalangan meminta Ratu Atut Chosiyah melepas jabatannya sebagai pelaksana tugas gubernur.
JAKARTA - Kalangan pengamat meminta penyelenggara pemilihan umum memperketat pengawasan penggunaan fasilitas publik dalam pemilihan Gubernur Jakarta. Agar tak terjadi konflik kepentingan, mereka menyarankan agar calon yang menduduki jabatan di pemerintah segera nonaktif.
Pengamat politik Yudi Latif mengatakan calon seperti Fauzi Bowo yang menjabat wakil gubernur sebaiknya cuti begitu resmi mendaftar sebagai gubernur. "Pada tahap sekarang, mestinya dia nonaktif," kata Yudi kemarin.
Jika masih aktif, menurut Yudi, seorang pejabat dikhawatirkan memakai fasilitas umum untuk keuntungan dirinya dalam pemilihan. Yudi mencontohkan pemilihan Gubernur Banten. Saat itu banyak kalangan meminta Ratu Atut Chosiyah melepas jabatannya sebagai pelaksana tugas gubernur.
Saldi Isra, ahli hukum tata negara dari Universitas Andalas, mengatakan undang-undang tak secara tegas mengharuskan seorang wakil gubernur mundur ketika maju dalam pencalonan.
Pasal 58 (butir p) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 hanya mensyaratkan calon gubernur "tidak dalam status sebagai penjabat kepala daerah". Persyaratan serupa disinggung dalam Pasal 38 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005.
Bagian penjelasan kedua beleid ini tak mempertegas apakah seorang calon harus mundur dari jabatan lain, seperti wakil gubernur.
Yang pasti, Komisi Pemilihan Umum daerah dan Departemen Dalam Negeri menyatakan Fauzi tak wajib mundur dari jabatan wakil gubernur. "Kami tak akan memaksa Fauzi (mundur)," Muflizar, anggota KPUD Jakarta. "Selama kampanye, Fauzi hanya wajib cuti di luar tanggungan," kata juru bicara Departemen Dalam Negeri, Saut Situmorang.
Karena aturannya tak tegas, menurut Saldi, yang terpenting adalah pengawasan atas kemungkinan penyalahgunaan jabatan dan fasilitas negara. Masalahnya, menurut Yudi, pengawasan itu selama ini tak efektif. "Kalau pengawasan jalan, incumbent atau bukan tak jadi soal," ujar Wakil Rektor Universitas Paramadina itu.
GUNANTO ES BADRIAH REH ATEMALEM S
Posted by RaharjoSugengUtomo at 8:53 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews:KoranTempo
Abu Dujana Canggih Memimpin Jaringan
KORAN TEMPO - Selasa, 12 Juni 2007
Dujana lulusan Jamaah Islamiyah bersama Riduan Isamuddin alias Hambali dan Nasir bin Abbas.
JAKARTA - Juru bicara Markas Besar Kepolisian RI, Inspektur Jenderal Sisno Adiwinoto, mengatakan keahlian Abu Dujana alias Ainul Bahri adalah dalam hal memimpin jaringan. Itu sebabnya, "Dalam jaringan teroris, Abu Dujana bertindak sebagai panglima sekaligus Ketua Jamaah Islamiyah wilayah Asia Tenggara," katanya di Jakarta kemarin. Adapun Noor Din M. Top, kata Sisno, bertanggung jawab merekrut anggota.
Dalam catatan Tempo, sejak si ahli perakit bom, Dr Azahari, tewas dalam penggerebekan di Malang, Jawa Timur, polisi sempat memposisikan Noor Din sebagai pengendali kepemimpinan jaringan Jamaah Islamiyah di Indonesia. Noor Din pun menjadi gembong teroris yang paling dicari oleh polisi.
Sumber Tempo mengungkapkan, setelah polisi mengobrak-abrik jaringan Jamaah Islamiyah, Abu Dujana, yang pernah menjadi Sekretaris Markaziah Jamaah Islamiyah, membangun konsolidasi dengan sejumlah pendukungnya. "Noor Din kini masih bersama Abu Dujana," ungkap sumber tersebut.
Abu Dujana lahir di Cianjur, Jawa Barat, pada 1968. Dia adalah murid Dadang Hafidz, anggota kelompok Darul Islam, yang dikenal mempunyai hubungan dekat dengan Zulkarnaen, Kepala Operasi Militer Jamaah Islamiyah. Dujana lulusan Jamaah Islamiyah bersama Riduan Isamuddin alias Hambali dan Nasir bin Abbas.
Dujana menjadi buron dan kepalanya pernah dihargai Rp 500 juta bagi yang berhasil membekuknya. Dia dianggap terlibat kasus Bom Bali I pada 12 Oktober 2002; bom Hotel JW Marriott, Jakarta, pada 5 Agustus 2003; serta kantor Kedutaan Besar Australia, Jalan H R. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, pada 9 September 2004.
Pada 1980-an, Abu Dujana sempat pergi ke Afganistan untuk berjihad melawan Uni Soviet selama enam tahun. Dari sana, dia menimba pengalaman bergerilya di Mindanao, Filipina Selatan, selama empat tahun. Polisi yakin Dujana juga memiliki akses ke jajaran pemimpin kelompok Al-Qaidah, organisasi pimpinan Usamah bin Ladin yang dianggap bertanggung jawab dalam penghancuran menara kembar WTC di New York, Amerika.
Struktur baru organisasi Abu Dujana adalah Asykari Syariah atau Qoryah Al-Jamaah al-Islamiyah. Struktur ini dipimpin oleh seorang Qoryah atau Kabid Syariah. Adapun Qoryah, dalam tugasnya, dibantu oleh seorang katib yang bertindak sebagai sekretaris dan khazin sebagai bendahara.
DESY PAKPAHAN INRON ROSYID
Posted by RaharjoSugengUtomo at 8:51 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews:KoranTempo
Jasa Marga Harus Tanggung Risiko
KORAN TEMPO - Selasa, 12 Juni 2007
Penjualan itu dilakukan untuk memuluskan pengalihan 55 persen saham Lintas kepada PLUS Expressways Berhad (Malaysia).
JAKARTA - Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara menyatakan PT Jasa Marga (Persero) harus bertanggung jawab jika penjualan 15 persen saham di PT Lintas Marga Sedaya, pengelola proyek jalan tol Cikampek-Palimanan, ternyata merugikan.
Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil menganggap rencana penjualan itu urusan internal Jasa Marga. "Tapi, kalau rugi, (pengurus) Jasa Marga harus menjelaskan kenapa bisa begitu," katanya di Jakarta kemarin. "Dan siap menanggung (risiko) sendiri."
Sofyan juga mengaku belum memperoleh informasi lengkap mengenai rencana pelepasan saham BUMN itu. "Tapi, kalau (pelepasan saham) memang yang terbaik untuk perusahaan, do it."
Kepala Hubungan Masyarakat Jasa Marga Okke Merlina mengatakan kerugian belum bisa diprediksi karena harus menunggu evaluasi nilai saham oleh penaksir independen. "Saya belum mendapat informasi kapan akan dievaluasi," ucapnya di Jakarta tadi malam.
Rapat yang dipimpin oleh Staf Ahli Wakil Presiden, Mohammad Abduh, di kantor Wakil Presiden pada 29 Mei lalu, memutuskan penjualan 15 persen saham Lintas milik Jasa Marga kepada PT Baskhara Utama Sedaya. Baskhara adalah pemilik 85 persen saham Lintas. Penjualan itu dilakukan untuk memuluskan pengalihan 55 persen saham Lintas kepada PLUS Expressways Berhad (Malaysia).
Salah satu poin hasil rapat menyebutkan Jasa Marga tidak akan mengambil keuntungan dari transaksi itu dan menerima pembayaran Rp 937,5 juta (Koran Tempo, 7 Juni 2007).
Menurut seorang analis bursa saham, jika 15 persen saham Lintas hanya dijual Rp 937,5 juta, Jasa Marga berpotensi mengalami kerugian Rp 121,76 miliar. Perhitungan itu dengan asumsi hanya PLUS yang menyetor modal senilai Rp 1 triliun ketika menguasai saham 55 persen Lintas, sehingga saham milik Jasa Marga akan terdilusi menjadi 6,75 persen.
Upaya penjualan Lintas kepada PLUS juga dipertanyakan karena diduga melanggar Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005. Sebab, proyek jalan tol sepanjang 114 kilometer dengan nilai investasi Rp 6,5 triliun itu belum beroperasi.
WAHYUDIN FAHMI RIEKA RAHADIANA
Posted by RaharjoSugengUtomo at 8:50 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews:KoranTempo
Serentet Gebrakan di Malam Panjang
KORAN TEMPO - Selasa, 12 Juni 2007
Taqwim, yang diduga terkait dengan organisasi teroris, kabur beberapa jam sebelum penggerebekan.
Baru pukul 2 dini hari. Langit masih gelap. Embun belum turun. Tiba-tiba tiga mobil berhenti di depan sebuah rumah di Kampung Tangkil Baru, Manang, Grogol, Sukoharjo, Minggu lalu. Sepuluh orang penumpangnya, yang berompi dan membawa senjata laras panjang, turun dengan gesit. Lampu jalan dimatikan. Suasana makin gulita. Hap, beberapa orang di antara mereka melompati pagar halaman sebuah rumah. Tembok setinggi 2 meter terlampaui. Sebagian lainnya berjaga-jaga di luar.
Tak berapa lama, pintu didobrak. Terdengar seorang perempuan berteriak-teriak, "Ya, Allah!"
"Wanita itu juga bilang tidak tahu berulang kali. Setengah jam kemudian mereka pun pergi," kata Ngatimin, 40 tahun, penduduk kampung, yang juga tetangga sebelah rumah Taqwimbillah. Itulah rumah yang digerebek Satuan Tugas Bom Markas Besar Kepolisian RI malam itu. Taqwim, yang diduga terkait dengan organisasi teroris, kabur beberapa jam sebelum penggerebekan. Pascapenggerebekan, rumah Taqwim sepi. Mutmainah, istri Taqwim, juga tidak diketahui keberadaannya.
Ini bukanlah penggerebekan pertama. Pada Oktober 2003, rumah Taqwimbillah, yang kala itu juga tempat usaha pembuatan boneka, pernah digerebek. Ketika itu Taqwim tak bisa ditemukan. Dia menghilang. Lalu, dalam beberapa hari terakhir, Taqwim dilaporkan berulang kali pulang hingga rumah itu kembali digerebek. Tapi lagi-lagi nihil. Dia kabur.
Sebelumnya, di rumah Taqwim, polisi pernah melakukan rekonstruksi perakitan bom. Polisi menduga rangkaian bom tersebut akan diledakkan di sejumlah tempat di Jakarta pada akhir 2003.
Penggerebekan rumah Taqwim adalah bagian dari rentetan penangkapan sejumlah tersangka teroris pada akhir pekan lalu. Operasi itu dimulai dari penangkapan Yusron Mahmud, 36 tahun, Sabtu lalu. Penangkapan Yusron cukup dramatis karena berlangsung di siang bolong dan ada senjata yang menyalak. Sesaat sebelum ditangkap, Yusron sedang menonton pemilihan kepala desanya, Desa Kebarongan, Banyumas.
Pukul 11.00 WIB, petugas yang sudah mengintai Yusron mulai melancarkan gerakan. Mengetahui dirinya diburu, Yusron lantas memacu sepeda motor menuju ke rumahnya yang berjarak beberapa ratus meter.
Namun, usaha Yusron gagal. Beberapa puluh meter menjelang tiba di rumahnya, Yusron dihadang petugas. Petugas sempat mengeluarkan tiga kali tembakan, yang diduga melumpuhkan Yusron. Sesaat kemudian Yusron, istri, dan anak-anaknya dibawa petugas. Tapi tidak ada yang tahu ke mana keluarga itu dibawa.
Penelusuran Tempo menunjukkan selama ini para tetangga hanya mengenal Yusron sebagai pembuat tas sekolah berbahan kulit imitasi. Salah satu tetangganya, Mumun, 30 tahun, menyatakan kadang-kadang Yusron pergi meninggalkan rumah sampai sepekan lebih. "Tapi saya juga tidak tahu apa yang dilakukannya. Yang saya tahu, ya, dia pergi menjual tas-tas sekolah yang dibuatnya," kata Mumun.
Di rumah itu, Yusron tinggal bersama istrinya, Sri Mardiyati, 34 tahun. Empat anak mereka berusia 8 tahun hingga 6 bulan. Sehari-hari istri Yusron membuka warung kelontong kecil di rumah yang berdinding papan.
Sabtu lalu petugas Densus 88 juga menangkap Adi Kusumo. Ia ditangkap di depan Pasar Rejodani, sekitar 2 kilometer dari rumahnya. Ketika itu, seusai salat isya, Adi pamit kepada istrinya untuk membeli minyak goreng dan air galon di Pasar Rejodani. Namun, Adi tidak pernah pulang. Sekitar pukul 22.00, beberapa petugas mengendarai tiga buah mobil datang ke rumah Adi untuk menggeledah. Selain menggeledah, petugas membawa minyak goreng dan air galon yang telah dibeli Adi. Minyak dan air galon itu diletakkan di depan rumahnya.
Berbeda dengan Taqwim yang tertutup, Adi dikenal cukup supel. Dia selalu ada di hampir setiap pertemuan RT, ronda malam, juga dalam berbagai aktivitas keagamaan. Hanya, warga sempat menaruh curiga karena Adi Kusumo sering kedatangan tamu tiga hingga empat orang pada malam hari. Tetamu Adi kerap terlihat mengenakan celana cingkrang di atas lutut. Pernah tetangga mempertanyakan siapa dan apa gerangan maksud tetamu tadi, tapi dijawab bahwa mereka hanyalah teman sesama pedagang.
Tiga kilometer dari rumah Adi, petugas hari itu juga menangkap Suharyanto. Ia disergap bersama Sigit di depan Puskesmas Ngaglok. Penyergapan terjadi pada Sabtu lalu, sekitar pukul 21.00. Ketika itu tersangka sedang mengendarai sepeda motor berboncengan. Tiba-tiba petugas berpakaian preman, yang juga mengendarai sepeda motor, meminta tersangka berhenti. Tapi mereka tetap ngebut. Tembakan peringatan pun dilontarkan petugas. Tersangka kemudian menghentikan sepeda motornya tapi langsung lari ke tengah sawah.
"Sempat terjadi kejar-kejaran di sawah. Salah satu dari mereka tertembak kakinya tapi masih melawan dan menolak diborgol," kata Wawan, saksi mata yang kebetulan berada di belakang Puskesmas Ngaglok. "Setelah berhasil memborgol, saya sempat tanya, ini kasus apa. Oleh petugas dijawab, lihat saja berita besok," ujar Wawan menirukan.
Serentetan gebrakan belum usai. Kemarin polisi juga mendatangi rumah Aris Widodo, tersangka teroris yang ditangkap akhir pekan lalu. Dalam penggeledahan di rumah Aris di Tegalgede, Karanganyar, itu polisi hanya menemukan buku-buku tentang jihad. Apa kaitan Aris dengan jaringan teroris, belum terungkap dengan gamblang.
IMRON ROSYID ARI AJI HS SYAIFUL AMIN
Posted by RaharjoSugengUtomo at 8:49 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews:KoranTempo
G-Rush, Robot Cerdas Indonesia
REPUBLIKA - Selasa, 12 Juni 2007
Ahad (10/6) menjelang sore, Graha ITS kental dalam balutan teknologi. Sejumlah tim dari berbagai perguruan tinggi di Tanah Air menampilkan robot canggihnya dalam Kontes Robot Indonesia (KRI) dan Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI). Setiap tim berusaha menunjukkan kebolehan dan kecerdasan robotnya.
Dua robot dari sebuah tim, bergerak cepat di lingkaran lomba. Meski tanpa mata, hanya berupa rakitan bahan aluminium, mereka seperti manusia hidup yang mampu melihat. Begitu lomba dimulai, dengan cekatan satu robot dari masing-masing tim bertabrakan dan berebut untuk menguasai 'pulau'.
Perang strategi pun berbuntut ketatnya persaingan dalam menguasai Pulau Komodo, objek terdalam pada arena lomba. Akibatnya, kedua tim gagal membentuk konfigurasi victory sebagai bentuk dominasi mereka atas lawan. ''Kami sama-sama memasang satu robot penghalang untuk mencegah lawan membentuk victory,'' jelas Firdaus Nurdiansyah, pengontrol robot manual G-Rush.
Pada KRI 2007 peserta diharuskan membuat robot-robot yang mampu memecahkan misteri pada susunan lapangan pertandingan yang berbentuk sarang laba-laba. Tim harus bisa meletakkan objek berbentuk silinder berdiameter sekitar 36 cm yang disebut mutiara (pearl) ke dalam sebuah tonggak yang diandaikan sebuah pulau. Pulau-pulau dinyatakan dikuasai salah satu tim yang bisa menandainya dengan mutiara. Tim yang paling banyak menemukan dan meletakkan mutiara di pulau-pulau ini akan menjadi pemenang.
Robot G-Rush dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS)-ITS ini memborong tiga kategori KRI 2007. G-Rush menjadi juara pertama untuk final KRI setelah menundukkan 'saudaranya', robot Q Numb On (juga dari PENS-ITS) dengan skor telak 8-2. G-Rush menjadi robot pengumpul skor terbanyak dan dinobatkan sebagai robot dengan IT terbaik. G-Rush melaju ke final setelah mengalahkan F4LCON (ITS). Q Numb On mengalahkan L4G3 (Universitas Bhayangkara Surabaya).
G-Rush maupun Q Numb On sejak awal memang diunggulkan dan diprediksi bertemu di final. Kedua tim ini mengandalkan tiga robot otomatis dan satu robot manual yang lincah. Robot manual G-Rush bahkan mampu memutar cakram untuk membalik pearl lawan. Kontes robot ini disaksikan langsung oleh Menkoinfo, Mohammad Nuh; Dirjen Dikti, Satrio Soemantri Brodjonegoro; dan Konsul Jenderal Jepang di Surabaya, Shoji Sato.
Lomba robot ini terbilang berlangsung seru dan menarik. Apalagi, para tim membawa suporter fanatik yang selalu mendukung robotnya yang berlaga. Di antara empat robot otomatis G-Rush yang mengitari lapangan, hanya satu yang mampu memasukkan dua pearl dalam pulau terdalam dan meraih tiga poin. Keberhasilan itulah yang menentukan kemenangan G-Rush atas Q Numb On.
Firdaus mengaku robot otomatis timnya sempat mengalami gangguan. Namun, gangguan itu tak menghalanginya untuk menjadi juara. Begitu bel tanda pertandingan selesai berbunyi, Firdaus langsung menggelar sajadah di tengah lapangan dan sujud syukur. ''Kami jarang mandi dan terkadang lupa makan hanya untuk menyelesaikan robot dengan baik. Robot kami dinamis dan memiliki sensor warna,'' ungkap Aditya Airlangga, anggota tim G-Rush.
Sensor warna itulah yang dipuji Satrio Soemantri Brodjonegoro. Dengan sensor warna tersebut, G-Rush bisa membedakan pearl miliknya dari milik tim lain. ''Mereka memiliki apa yang tidak dimiliki lawan. Itulah yang bagus,'' kata Satrio. Dengan prestasi itu, G-Rush berhak memboyong Piala Sambawana Praminacara. Tim yang beranggotakan lima mahasiswa itu bakal mewakili Indonesia dalam ABU Robocon di Hanoi, Vietnam, 26 Agustus 2007 mendatang. Kontes internasional tersebut diikuti perguruan tinggi se-Asia Pasifik.
Dominasi PENS-ITS sangat terlihat dalam arena ini. Kemenangan G-Rush pun mengukuhkan PENS-ITS sebagai perguruan tinggi yang sembilan kali berturut-turut menjadi juara sejak diadakannya kontes robot di Indonesia, sembilan tahun lalu. Menurut Ketua Dewan Juri KRI-KRCI, Endra Pitowarno, robot-robot KRCI tahun ini mengalami banyak peningkatan. Dengan kualitas serupa, dia yakin robot cerdas Indonesia mampu menembus kontes internasional yang biasanya diselenggarakan di AS.
Prestasi gemilang yang ditorehkan PENS tersebut, disikapi berbeda oleh para peserta dari tim lain. Isu minimnya penguasaan teknologi dan kemudahan memperoleh software serta hardware penyusun robot, dijadikan alasan utama peserta lain, terutama mereka yang berasal dari luar Jawa. Persoalan kemampuan finansial juga menjadi kendala tersendiri mengingat beberapa komponen yang diperlukan supaya robot menjadi terlihat 'sempurna' itu memang tidak murah.
Direktur Politeknik Negeri Padang, Suhendrik Hanwar, misalnya menuturkan, kendati mempunyai semangat mengembangkan teknologi robotik di politekniknya, mahasiswa-mahasiswa Padang kesulitan mendapatkan akses yang mendukung pengembangan bidang studi mekatronika tersebut. Untuk membeli sensor atau micro controller, misalnya, tak jarang anak-anak Padang harus berkelana ke Jawa.
''Di Padang belum ada yang menjual sensor untuk membuat robot ini. Kita harus beli ke Surabaya,'' ungkap dia. Disparitas penguasaan teknologi dan kemudahan akses memperoleh software dan hardware ini menjadi pekerjaan rumah yang serius bagi Dirjen Dikti. Tanpa pembinaan dan pemberian kesempatan yang sama terhadap perguruan-perguruan tinggi lainnya, kontes robot yang akan digelar tahun-tahun mendatang hanya menjadi ajang unjuk kebolehan tim-tim robot dari PENS-ITS. Sementara peserta dari perguruan tinggi-perguruan tinggi lain tak ubahnya seperti penonton yang aktif di arena lomba. n arj/mam/ade
Posted by RaharjoSugengUtomo at 8:46 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Republika
Kecil, Harga Migor Turun
REPUBLIKA - Selasa, 12 Juni 2007
Stabilisasi harga minyak goreng hanya membuat titik kesetimbangan baru.
JAKARTA -- Masyarakat yang semula berharap harga minyak goreng (migor) kembali normal, harus kecewa. Sebab, peluang turunnya harga migor --saat ini bertahan di kisaran Rp 8.000-Rp 9.000 per kg-- diperkirakan amat kecil.
Deputi Menko Perekonomian Bidang Pertanian, Kelautan, dan Perikanan, Bayu Krisnamurthi, mengatakan, upaya stabilisasi harga yang dilakukan pemerintah hanya membuat titik kesetimbangan baru yang lebih tinggi dibanding sebelum lonjakan terjadi. Harga minyak sebelum krisis migor saat ini rata-rata Rp 5.300-Rp 5.500/kg.
Kenaikan harga ini, jelas Bayu, tak lepas dari melejitnya harga minyak sawit mentah (CPO). ''Dengan kondisi pasar dunia (komoditas CPO) sekarang, sulit rasanya untuk kembali ke titik itu (harga sebelumnya). Kita harus bisa menerima titik kesetimbangan baru, yaitu Rp 6.800-Rp 7.000 per kg. Itu harus dihitung cermat,'' kata dia di Jakarta, Senin (11/6).
Agar harga migor tidak terus melesat, pemerintah mengambil tiga langkah. Pertama, program stabilisasi harga (PSH). Kedua, domestic market obligation (DMO) untuk para produsen migor. Ketiga, pengenaan pungutan ekspor (PE) bagi eksportir migor. ''Pemerintah telah memberi waktu untuk dilakukan penyesuaian, karena sebagian kondisi CPO ini terkait kebijakan yang lain seperti program biofuel,'' katanya.
Menurut Bayu, dari sekian banyak produsen migor, masih ada empat produsen yang belum memasok migor dalam jumlah yang ditentukan. ''Sanksi bakal dijatuhkan ke produsen yang tidak berkomitmen, tapi kami akan melakukan pendekatan persuasif dulu,'' ujarnya.
Dinaikkannya PE CPO sebesar lima persen, menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Akmaluddin Hasibuan, tak akan mengurangi minat investasi di sektor perkebunan kelapa sawit. ''Para pengusaha tetap dapat untung, karena batas (besaran) PE yang tak menguntungkan itu bila lebih dari 20 persen,'' ujar Akmaluddin.
Dia menyarankan agar hasil pengenaan PE minyak sawit tidak dimasukkan ke pos APBN. Akan lebih berguna bila dana itu dimanfaatkan untuk PSH migor. Kenaikan harga CPO dunia sejak tiga bulan terakhir, ungkap Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), Thomas Darmawan, dapat mematikan industri migor yang tak terintegrasi dengan perkebunan kelapa sawit.
''Mereka tak bisa bersaing dengan perusahaan migor yang terintegrasi. Karena itu, saya mendukung sekali kebijakan (penambahan) PE, sehingga industri migor akan hidup lagi.'' Sejumlah produsen makanan, kata Thomas, juga khawatir terjadi distorsi industri yang dipicu oleh peningkatan struktur biaya beberapa produk turunan CPO. Jika harga produk turunan itu pun naik sampai akhir semester pertama, industri pengolahan makanan akan memangkas biaya produksi hingga 20 persen.
''Kenaikan harga migor benar-benar memberatkan industri makanan dan minuman, terutama sektor pengolahan susu, sabun, hingga deterjen, karena kenaikan struktur biaya produksi industri terhadap produk turunan CPO mencapai 8-15 persen,'' jelasnya.
Sekretaris Perusahaan PTPN III, Gusmar Harahap, meminta pemerintah berlaku adil terkait PSH. Akibat diwajibkan menjual CPO ke dalam negeri, pihaknya merugi lebih dari Rp 10 miliar per Mei 2007. ''Pemerintah harus menekan agar produsen CPO swasta melakukan hal serupa.'' evy/dia/nin/juw/rig/san/mus/kie
Posted by RaharjoSugengUtomo at 8:45 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Republika
KPK Teruskan Penyelidikan NCD Unibank
REPUBLIKA - Selasa, 12 Juni 2007
JAKARTA -- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak menutup penyelidikan terhadap kasus penjualan negotiable certificate of deposit (NCD) fiktif Unibank. KPK masih terus menyelidiki pascakeluarnya putusan kasasi Mahkamah Agung (MA) yang menolak gugatan perdata PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP).
''Kita akan mempelajari putusan MA itu,'' kata juru bicara KPK, Johan Budi, Senin (11/6) di Jakarta. Johan mengaku baru mengetahui keluarnya putusan kasasi MA yang berkebalikan dengan putusan Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat maupun Pengadilan Tinggi (PT) DKI Jakarta. ''Masih penyelidikan, tidak dihentikan,'' tegasnya.
MA pada 30 Mei 2006 menolak seluruh gugatan CMNP untuk mencairkan NCD senilai 28 juta dolar AS atau sekitar Rp 230 miliar. Sebelumnya, PN Jakpus pada 29 Juli 2004 yang dikuatkan putusan PT DKI Jakarta tertanggal 28 April 2005, memenangkan gugatan CMNP.
Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) selaku tergugat kedua, mengajukan kasasi atas putusan itu. MA memenangkan BPPN dalam putusan kasasinya. Pemberitahuan putusan kasasi ini dikirimkan ke PN Jakpus pada 29 Desember 2006.
Keluarnya putusan kasasi MA ini terungkap setelah CMNP menyerahkan laporan keterbukaan informasi ke Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) pada 7 Juni 2007. CMNP telah menerima pemberitahuan putusan MA itu melalui PN Jakpus pada 24 Mei 2007. Putusan majelis kasasi yang diketuai Muhammad Taufik itu menyebut empat pertimbangan. Pertama, penerbitan 28 lembar NCD Unibank menyalahi prosedur dan proses yang ditentukan BI. Kedua, ke-28 NCD yang diterbitkan dalam bentuk dolar AS dengan suku bunga 20,75 persen dan jangka waktu tiga tahun itu, melanggar dan melebihi ketentuan BI.
Ketiga, CMNP tak terbukti telah membayar 28 NCD yang diterbitkan Unibank. Karena itu, Unibank tak wajib membayar NCD. Keempat, tak dicairkannya 28 NCD oleh BPPN, Menkeu, dan BI selaku tergugat II, III, dan IV, bukan merupakan tindakan wanprestasi.
Kahumas dan Biro Hukum MA, Nurhadi, menyilakan para pihak dalam perkara ini mengajukan peninjauan kembali (PK) dalam waktu enam bulan atau 180 hari sejak diterimanya putusan kasasi. Dirut CMNP, Daddy Harjadi, melalui pesan singkat (SMS) mengatakan, CMNP tidak terburu-buru mengajukan PK. ''Sedang dipelajari dulu oleh bagian hukum tentang persyaratan PK. Kita tidak tergesa-gesa karena masih banyak waktu,'' katanya. ann
Posted by RaharjoSugengUtomo at 8:44 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Republika
`Tak Ada yang Kebal Kontrol`
REPUBLIKA - Selasa, 12 Juni 2007 8:23:00
JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan semua lembaga negara di Indonesia harus membuka diri, seperti berlaku pada lembaga kepresidenan yang tidak kebal atas kontrol masyarakat. Presiden pun memprihatinkan masih terjadinya keputusan hakim yang tidak adil dan tidak logis di Tanah Air, seperti pada kasus pembalakan liar yang pelakunya banyak dibebaskan.
''Di Indonesia tidak boleh ada lembaga negara yang tidak bisa dicek. Presiden bilang itu danger (berbahaya),'' ungkap Ketua Komisi Yudusial, Busyro Muqqodas, usai menyampaikan laporan kerja tahunan kepada Presiden selaku kepala Negara, di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (11/6).
Kepada KY, Presiden meminta terus konsen melakukan reformasi peradilan bekerja sama dengan lembaga terkait. Presiden menghendaki, kebebasan yang berlaku saat ini hendaknya tetap dikendalikan oleh hukum. ''Hukum harus dijadikan sebagai penglima. Hukum jangan dikendalikan oleh politik,'' paparnya.
Revisi UU bidang hukumMenurut Busyro, Presiden tidak menyebutkan secara spesifik lembaga negara yang dinilainya masih menutup diri dari kontrol masyarakat. Ia pun tak mau menduga-duga, apakah pesan Presiden itu menyindir Mahkamah Agung (MA). ''Tapi konteksnya adalah kekuasaan negara dalam sistem hukum,'' ujarnya.
Seperti diketahui, Mahkamah Konstitusi (MK) pada 23 Agustus mengakhiri perseteruan KY versus MA dengan membatalkan kewenangan pengawasan KY terhadap para hakim. KY pun meradang dengan merasa dibuat menjadi macan ompong.
Maka dalam pertemuan itu, KY mengusulkan kepada Presiden untuk merevisi UU MA dan MK bersamaan dengan revisi UU KY. Sebab, hanya dengan melalui revisi itulah prinsip check and balance yang dikehendaki Presiden bisa diberlakukan pula bagi MA dan MK.
Presiden pun menyambut baik paket revisi ketiga UU itu. Artinya, mendukung revisi yang ditujukan untuk mereformasi institusi hukum di Indonesia. Bahkan, khusus untuk reformasi MA, Presiden sempat mempertanyakan perpanjangan masa tugas hakim agung yang hanya ditentukan oleh MA sendiri. Mestinya penilaian perpanjangan masa tugas selama dua tahun itu dilakukan secara transparan oleh pihak luar.
Jajaran KY datang ke Kantor Presiden didampingi sejumlah anggota kabinet, antara lain Menteri Hukum dan HAM Andi Mattalatta dan Jaksa Agung Hendarman Supanji. Andi berjanji, untuk revisi UU KY, akan menuntaskannya tahun ini juga.
Andi mengaku mendapatkan perintah langsung dari Presiden untuk memprioritaskan pembahasannya di DPR dan segera menemui Badan Legislasi Nasional. Sedang untuk revisi UU MA dan MK, pembahasannya akan dilakukan sambil berjalan saat membicarakan UU KY. Ia berpendapat, ketiga UU itu harus dibuat serasi dalam satu sistem hukum yang saling terkait. ''Tapi ketiganya tidak mungkin diatur dalam satu UU,'' sergah Andi. n djo
Posted by RaharjoSugengUtomo at 8:43 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Republika
Perburuan Berlanjut
KOMPAS - Selasa, 12 Juni 2007
Jawa Tengah Masih Dianggap Aman untuk Persembunyian Teroris
Jakarta, Kompas - Menyusul penangkapan atas Mahfud alias Yusron di Banyumas, Jawa Tengah, polisi terus mengintensifkan perburuan terhadap orang-orang yang diduga anggota jaringan teroris. Tidak hanya di Jawa Tengah, tetapi juga di daerah lain. Meski demikian, hingga Senin (11/6), belum diperoleh keterangan mengenai keberadaan orang-orang yang sudah ditangkap.
Kepala Divisi Humas Markas Besar Kepolisian Negara RI (Mabes Polri) Inspektur Jenderal Sisno Adiwinoto, kemarin, membenarkan adanya penangkapan sejumlah orang di Karanganyar, Sukoharjo, dan Sleman. Akan tetapi, ia tetap belum bersedia menyebutkan identitas mereka.
Penangkapan itu, katanya, masih merupakan rangkaian dari penangkapan yang dilakukan terhadap orang-orang yang diduga terkait dengan jaringan terorisme Abu Dujana.
"Tim sedang mobile (terus bergerak). Semuanya saling berkaitan, ada tempat-tempat lain (selain Banyumas), bahkan mungkin di luar Jawa. Kita sekarang masih belum selesai," ujar Sisno, Senin (11/6).
Pengejaran dan penangkapan para tersangka oleh polisi, katanya, bisa berdasarkan daftar pencarian orang (DPO) yang selama ini dipegang atau bisa juga berdasarkan perkembangan spontan di lapangan. Abu Dujana sendiri menurut Sisno masih diburu oleh polisi antiteror.
Sempat beredar rumor bahwa Abu Dujana sudah ditangkap di Jawa Tengah, tetapi informasi itu dibantah Sisno hari Minggu lalu. Menurut dia, Abu Dujana saat ini masih terus diburu. Kemarin, beredar rumor baru bahwa Abu Dujana telah ditangkap di Kuningan, Jawa Barat, Akan tetapi informasi itu juga dibantah Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Jabar Irjen Soenarko Danu Ardhanto,
Abu Dujana, dianggap sebagai orang yang bertanggung jawab pada serangkaian pengeboman di Indonesia. Keberadaannya sudah berkali-kali diendus polisi, tetapi ia selalu berhasil lolos saat digerebek.
Terakhir, ia lolos dalam serangkaian penggerebekan di Yogyakarta pada Maret 2007 lalu. Namun kerja keras polisi saat itu mendapatkan temuan besar berupa bungker berisi bahan peledak, detonator, TNT, belasan senjata api, dan ribuan munisi. Polisi juga menangkap anggota jaringan Abu Dujana dari sejumlah daerah di Jateng, seperti Semarang, Temanggung, Magelang, dan Sukoharjo.
Melindungi tersangka
Di Semarang, Kepala Polda Jateng Irjen Dody Sumantyawan HS menyatakan, orang-orang yang ditangkap di berbagai daearah itu umumnya memberi fasilitas dan perlindungan kepada anggota jaringan teroris. Bisa berupa sarana transportasi, logistik, komunikasi, atau tempat untuk bersembunyi.
Ia juga mengingatkan bahwa anggota jaringan teroris itu bisa bersembunyi di mana saja yang dianggap aman. "Mereka tersebar. Ada di Banyumas, Karanganyar, dan Sukoharjo yang kemarin baru saja ditangkap," katanya.
Dalam catatan Kompas, sejumlah daerah di Jawa Tengah/DIY yang pernah dipakai untuk persembunyian, atau setidaknya menjadi lokasi penangkapan anggota jaringan teroris itu antara lain Pekalongan, Semarang, Banyumas, Wonosobo, Temanggung, Magelang, Boyolali, Sleman, Karanganyar, dan Sukoharjo.
Untuk menghentikan pergerakan mereka, polisi terus berusaha memersempit ruang gerak dan menekan pengaruh ajaran terorisme. "Di samping tentu saja upaya represif seperti penangkapan," katanya.
Dari Yogyakarta diperoleh informasi, selain menangkap Adi Kusumo, polisi juga menangkap dua orang lain, Sigit dan Suharto. Mereka ditangkap di daerah Ngaglik, Kabupaten Sleman.
Ihwal penangkapan Suharto dibenarkan orangtuanya, "Kami sudah memenyerahkan masalah ini ke polisi," kata salah seorang anggota keluarga Suharto yang tinggal di Watugudeg, Donoharjo, Ngaglik, Sleman.
Sedangkan Ketua RW 21 Donoharjo di mana Adi mengontrak rumah, Mujiyono mengaku sempat mendapat cerita dari istri Adi mengenai kedatangan polisi mencari suaminya.
Saat polisi datang, Adi sedang keluar membeli minyak dan air kemasan. Galon dan minyak itu sudah berada di depan rumah, tetapi Adi tidak diketahui keberadaanya hingga kemarin. (sf/che/han/wer/eki/mdn/nts)
Posted by RaharjoSugengUtomo at 8:39 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Kompas
Farmasi: Perketat Penerapan Etika Promosi Obat
KOMPAS - Selasa, 12 Juni 2007
Jakarta, Kompas - Obat tidak boleh diperlakukan sebagai komoditas ekonomi semata dan dipromosikan berlebihan serta menyesatkan. Untuk itu, Ikatan Dokter Indonesia atau IDI dan Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia atau GP Farmasi sepakat memperketat pelaksanaan promosi obat.
Sementara untuk mengatasi kelangkaan obat murah, khususnya di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, kapasitas produksinya akan ditingkatkan. Targetnya, obat murah akan didistribusikan ke seluruh Indonesia akhir tahun ini.
Hal ini diungkapkan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Richard Panjaitan seusai penandatanganan kesepakatan etika promosi obat oleh Ketua Umum Pengurus Pusat GP Farmasi Anthony CH Sunarjo dan Ketua Umum Pengurus Besar IDI Fachmi Idris, Senin (11/6) di Jakarta.
Menurut Richard, kelangkaan obat murah bukan karena spekulan memborong obat, tetapi karena Indofarma—produsen tunggal—kewalahan memenuhi permintaan pasar. "Saat ini Indofarma meningkatkan produksinya jadi tiga shift," ujarnya.
Direktur Indofarma M Sjamsul Arifin menyatakan, kini tersedia enam juta dosis obat murah yang dijual Rp 1.000 di tingkat konsumen. "Jadi, tidak ada kelangkaan obat murah karena telah didistribusikan ke 3.000 apotek dan toko obat di Jabodetabek, serta dua pedagang besar farmasi. Memang ada perusahaan yang memborong obat murah, tetapi itu untuk aksi sosial," tuturnya.
Anggota direksi Dexa Medica, Andy Wijaya, membantah perusahaannya telah memborong obat murah hingga menyebabkan kelangkaan obat di pasaran.
Etika promosi obat
Sementara itu, IDI dan GP Farmasi sepakat memperkuat penerapan etika promosi obat antara lain, dokter dilarang mengarahkan pasien untuk membeli obat tertentu karena dokter menerima komisi dari perusahaan pembuatnya.
Fachmi mengharapkan semua pihak ikut mengawasi setiap pelanggaran atas kesepakatan ini. GP Farmasi dan IDI sendiri akan membentuk tim khusus.
"Pemerintah akan menindak perusahaan farmasi yang melanggar etika promosi obat berupa teguran hingga pencabutan izin," kata Richard. (EVY)
Posted by RaharjoSugengUtomo at 8:38 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Kompas
Antiklimaks Calon Independen
KOMPAS - Selasa, 12 Juni 2007
Sebuah antiklimaks menandai dan mengawali pertarungan memperebutkan kursi gubernur DKI Jakarta setelah pasangan Adang Daradjatun-Dani Anwar yang semula diduga akan menunda pendaftaran, ternyata mendaftar terlebih dahulu dibandingkan pasangan Fauzi Bowo-Prijanto.
Penundaan diharapkan sementara kalangan dapat dijadikan alasan KPU DKI Jakarta mengundurkan jadwal pendaftaran sehingga dapat memberikan kesempatan kepada mereka yang akan memperjuangkan kandidat independen. Namun, dengan telah mendaftarnya kedua pasangan, maka persyaratan undang-undang terpenuhi.
Itu berarti telah menutup pintu bagi upaya memunculkan calon independen dalam Pilkada DKI 2007. Ketegangan dalam upaya memunculkan calon alternatif lenyap ditelan bumi. Meskipun demikian, tampaknya masih terdapat beberapa kalangan yang gigih berjuang agar dapat memunculkan calon independen dengan menunggu putusan Mahkamah Konstitusi atau dari proses penyusunan RUU DKI Jakarta yang sedang dibahas DPR.
Kekecewaan masyarakat yang menuntut hadirnya calon independen dalam pilkada di DKI dapat dimengerti. Hal itu berkaitan dengan pengalaman sejak tahun 2005 (tahun dimulainya pilkada secara langsung) hingga kini, pencalonan kepala daerah didominasi partai politik. Peraturan yang memberikan kewenangan parpol melakukan perekrutan politik telah disalahgunakan sebagian elite parpol untuk mematikan proses perekrutan politik yang demokratis. Tidak mengherankan jika partai telah dianggap sebagian masyarakat sebagai lembaga perantara politik yang "memeras" kandidat yang ingin menjadi kepala daerah.
Persepsi tersebut tidak mudah dibuktikan, tetapi gejala ini bukan lagi sekadar rumor (kabar angin) melainkan telah menjadi isu politik yang mencemaskan dan menggerogoti masa depan demokrasi. Bahkan, dominasi tersebut terjadi di DKI Jakarta yang masyarakatnya relatif mempunyai tingkat kesadaran politik tinggi, serta menjadi pusat gerakan pembaruan politik yang seharusnya mempunyai potensi menggalang kekuatan masyarakat mengimbangi kekuatan deterministik partai politik.
Selain itu oligarki partai politik hanya akan menghasilkan kader partai yang mengakar ke atas atau loyal kepada penyandang dana. Oleh sebab itu, dikhawatirkan mereka tidak mempunyai empati serta kepedulian pada kesulitan hidup warganya. Perilaku partai politik semacam itulah yang mengakibatkan kredibilitas lembaga tersebut merosot.
Sebuah ironi terjadi dalam proses transisi di Indonesia dewasa ini: masyarakat yang telah bergerak ke arah demokratisasi terperangkap oleh kemandekan demokratisasi di internal partai politik.
Kegandrungan masyarakat akan calon independen setidaknya diharapkan dapat mencapai beberapa tujuan.
Pertama, mendobrak partitokrasi (demokrasi yang dikangkangi partai politik) agar aspirasi dari bawah mendapatkan tempat dalam proses politik. Kedua, memungkinkan calon dari masyarakat yang dianggap publik lebih berkualitas daripada sekadar figur yang diusung segelintir elite partai politik. Ketiga, mendorong demokratisasi internal partai politik.
Dalam konteks Pilkada DKI, kegagalan kandidat independen harus dijadikan pelajaran. Pelajaran penting adalah sebagai berikut: membangun kekuatan masyarakat melawan dominasi partai politik tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat. Perjuangan harus dilakukan setidaknya dengan menggabungkan kekuatan masyarakat, pendapat umum, dan jalur hukum.
Kemunculan calon independen dalam pilkada di Provinsi Aceh dimungkinkan karena Nota Kesepahaman Helsinki menyiratkan kemungkinan calon independen dalam pemilihan gubernur tersebut. Ketentuan itu berhasil diinkoorporasikan dalam UU Pemerintahan Aceh setelah melalui perdebatan sengit di DPR.
Sejalan dengan pemikiran di atas, maka meningkatnya intensitas tuntutan mengusung kandidat independen di DKI setelah mereka gagal memperoleh dukungan parpol, hanya akan menimbulkan dugaan bahwa desakan tersebut bagian dari permainan politik. Bukan merupakan aspirasi orisinal yang muncul dari kegelisahan akibat dominasi oligarki partai. Lebih-lebih tingkat kegigihan sebagian politisi dalam meminta dukungan kepada partai politik sudah sedemikian tingginya sehingga menimbulkan kesan meraih jabatan gubernur adalah segala-galanya.
Dugaan tersebut akan menjadi kekhawatiran masyarakat, jangan-jangan kandidat independen yang semula minta dukungan partai dan gagal, andaikata berhasil lolos menjadi gubernur dan wakil gubernur, mereka juga bersikap sama pragmatisnya sebagaimana saat pencalonan.
Selain itu, calon-calon tersebut dikhawatirkan akan melayani deal-deal dengan partai politik mengenai hal yang mungkin tidak relevan dengan kepentingan rakyat. Lebih-lebih gubernur dan wakil gubernur tersebut harus menghadapi parlemen yang didominasi partai politik.
Itu semua tentu dugaan yang sifatnya hipotetis. Sebab, mungkin pula kegigihan calon yang gagal mendapatkan dukungan parpol tersebut di atas mencoba melawan oligarki partai.
Mengingat kandidat independen adalah bagian dari proses demokratisasi agar parpol tidak terlalu dominan, maka perjuangan masyarakat mengusulkan calon di luar partai politik harus menjadi perjuangan bersama.
Tentu saja masyarakat harus dapat mengusulkan calon yang benar-benar memenuhi harapan masyarakat.
Untuk Pilkada Agustus mendatang, masyarakat diharapkan tidak hanya merenungi kekecewaan karena tidak mendapatkan calon independen yang mungkin dianggap lebih berkualitas dan kemudian menjadi golongan putih (golput).
Sebagai warga negara yang bertanggung jawab, sebaiknya warga Jakarta menentukan pilihannya agar mempunyai hak moral untuk melakukan kontrol. Bahkan, kalau perlu menggalang kekuatan politik agar siapa pun gubernur yang terpilih harus tunduk kepada kepentingan warganya.
Menjadi golput dalam jangka panjang hanya akan merugikan proses demokratisasi yang sebenarnya mulai dapat diselenggarakan di bumi Indonesia ini.
J Kristiadi Peneliti CSIS
Posted by RaharjoSugengUtomo at 8:37 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Kompas
Perjalanan: Limbah Emas yang Cemari Lingkungan
KOMPAS - Selasa, 12 Juni 2007
PASCAL S BIN SAJU
Limbah penambangan emas rakyat yang dilakukan warga Dusun Nglenggong di lereng Gunung Randu Kuning, Selogiri, Wonogiri, Jawa Tengah, diduga mencemari air Bengawan Solo.
Ditingkahi riuhnya bunyi dari putaran enam mesin molen atau mesin pemroses, pengolahan, dan pemilah emas hasil penambangan yang ditempatkan di depan rumahnya, Suyatno menyambut dengan ramah Tim Ekspedisi Bengawan Solo Kompas 2007. "Saya memulai usaha ini sejak tahun 1993," kata dia mulai bercerita.
Tampak limbah cair dari mesin pemrosesan mengalir di tanah, lalu menggelontor ke sebuah kali kecil tidak jauh dari rumah Suyatno, tanpa ada instalasi pengolahan atau daur ulang limbah. Rumah dan mesin molen dibangun dengan terlebih dahulu memahat tebing Gunung Randu Kuning.
Dia menuturkan, dari 47 keluarga warga Dusun Nglenggong, 20 di antaranya melakukan usaha penambangan dan pengolahan emas. Mereka melakukannya dengan pola tradisional sejak 14 tahun lalu.
Setiap keluarga membentuk satu kelompok terdiri dari lima, enam, atau lebih pekerja yang sekaligus menjadi anggotanya.
Ia lalu memperlihatkan cara mengolah emas. Material hasil penambangan dimasukkan ke dalam enam molen setelah dicampuri air raksa (Hg) dan semen dengan takaran tertentu. Semen untuk mengikat tembaga (Cu) dan material lain, sedangkan Hg untuk mengikat emas, atau memisahkan emas dari tembaga dan material lainnya.
Setelah empat jam, kata Suyatno, molen dibuka dan akan terlihat bulatan emas mentah yang masih bersenyawa dengan Hg. Perunggu, tembaga, dan material lain sudah terpisah. Suyatno menunjukkan dua bulatan kecil emas mentah yang sudah dihasilkan sebelumnya, yang belum dibakar, atau masih bersenyawa dengan Hg.
Sama seperti pada kelompok yang lain, untuk mendapatkan emas, dia selalu mencampuri material penambangan dengan Hg. Satu kilogram Hg bisa untuk tiga minggu.
Menurut Suyatno, dua bulatan emas mentah itu setara dengan satu gram emas 24 karat (kadar 95 persen). Dua bulatan kecil emas mentah itu diletakkan di bawah sendok dalam tembikar yang menyerupai setengah bulatan tempurung, lalu dibakar dalam suhu lebih dari 1.500 derajat Celsius hingga kemudian terlihat satu gram emas.
"Setiap hari kami hanya bisa menghasilkan satu gram. Produksi merosot tajam dibandingkan dengan tahun-tahun awal ketika kami memulai usaha ini tahun 1993-1994," katanya.
Pada dua tahun pertama itu, kelompok Suyatno bisa menghasilkan 500 gram emas per hari. Dari hasil usahanya, dia bisa membangun rumah tembok dan mengisinya dengan berbagai perabot, menyekolahkan anak, dan membeli sepeda motor.
Meski sekarang hanya menghasilkan satu gram emas atau setara dengan Rp 163.000, Suyatno dan anak buahnya terus berjuang.
Tim Ekspedisi sempat mengunjungi tiga lokasi penambangan. Selain milik (kelompok) Suyatno, juga milik Sutarno dan Sunardi. Lokasi penambangan mereka berdekatan satu sama lain di lereng Gunung Tumbu. Letaknya hanya bisa dijangkau lewat jalan setapak satu kilometer dari rumah Suyatno, atau tempat pengolahan.
Lokasi penambangan itu berupa lubang mirip sumur yang dalam. Menurut Suyanto, salah satu penambang, titik pengambilan material di kedalaman yang membentuk siku-siku atau huruf L. Untuk ke sana, para pekerja harus menuruni lubang 23 meter, lalu menapaki terowongan sepanjang 15 meter. Di titik itulah mereka mengambil materialnya.
"Setiap sore, antara pukul 15.00-16.00 kami pulang membawa masing-masing satu karung berisi material hasil penambangan," ujar Sigit Wahyudi, penambang lain.
Tidak ada alat keselamatan dan keamanan kerja meski pekerjaan mereka amat berisiko. Mereka bekerja tanpa masker, jaket, sarung tangan, atau peralatan keselamatan lainnya, kecuali pipa oksigen yang dialirkan ke lubang ditambah penerangan listrik secukupnya.
Limbah dibuang langsung
Meskipun limbah tailing dibuang begitu saja, terutama limbah cair yang dibiarkan menggelontor ke kali, sampai saat ini belum ada larangan untuk usaha penambangan emas itu. Memang, kata para penambang, petugas dari Dinas Lingkungan Hidup, Kehutanan, dan Pertambangan Wonogiri beberapa kali datang, tetapi hanya sekadar mengingatkan mereka agar berhati-hati.
Suyatno dan kawan-kawan sebenarnya juga tahu kalau cara penambangan mereka penuh risiko dan membahayakan lingkungan. Akan tetapi, mereka tetap berharap usahanya tidak dilarang atau ditutup. "Ini kan usaha sampingan, selain bertani. Hasil pertanian saja tidak mencukupi karena lahan yang kami garap sangat terbatas," kata Suyatno.
Ahli kimia lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta Pranoto MSc, yang ikut dalam Tim Ekspedisi, mengatakan, limbah tailing, yang mengandung Hg dan Cu sudah lama mencemari dua anak sungai Bengawan Solo. Hanya saja seberapa parah tingkat pencemarannya belum diketahui dan belum diteliti dengan serius.
Meski demikian, kalaupun akhirnya ditemukan adanya pencemaran, usaha penambangan emas rakyat itu tidak mesti ditutup atau dilarang. Upaya yang harus dilakukan pemerintah adalah memfasilitasi warga untuk meningkatkan usahanya demi perbaikan ekonomi masyarakat, serta membenahi aspek lingkungannya. (FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA)
Posted by RaharjoSugengUtomo at 8:36 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Kompas
Dephub Minta 100 Miliar
KOMPAS - Selasa, 12 Juni 2007
Tim Supervisi Nilai Penanganan Lumpur Lapindo Tidak Serius
Jakarta, Kompas - Departemen Perhubungan meminta dana Rp 100 miliar, melalui usulan Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional Perubahan tahun 2007, untuk membangun konstruksi tahap I relokasi rel kereta api Porong yang terancam lumpur Sidoarjo. Kekurangan dana Rp 350 miliar akan diprioritaskan dalam anggaran Dephub 2008.
"Kami menghitung biaya relokasi jalan kereta api Sidoarjo-Porong, sebesar Rp 450 miliar, untuk pembebasan lahan dan biaya konstruksi. Tapi untuk tahap pertama ini, kami minta dulu Rp 100 miliar," kata Direktur Jenderal Perkeretaapian Dephub Soemino Eko Saputro, Senin (11/6) di hadapan Komisi V DPR.
Soemino menjelaskan, dana Rp 100 miliar itu akan digunakan untuk mengerjakan konstruksi dan pembebasan lahan di ruas Sidoarjo-Tarik (4 km), kemudian membebaskan lahan ke arah selatan dari Tarik (2,5 km) sehingga menyambung dengan jalur utama relokasi infrastruktur lumpur bersama jalan tol, arteri, dan jaringan listrik.
Secara rinci, prakiraan biaya relokasi rel kereta api sepanjang 18,10 km sebesar Rp 450 miliar, digunakan untuk pembebasan lahan (Rp 45,55 miliar); pekerjaan konstruksi timbunan, jembatan rel, konstruksi track, pembangunan stasiun Porong dan Tanggulangin (Rp 401,47 miliar), pembuatan desain teknis atau detail engineering desain (Rp 2,60 miliar); dan pengawasan (Rp 2,41 miliar).
Pembebasan lahan dianggarkan Dephub, karena Departemen Pekerjaan Umum hanya membebaskan lahan jalur utama relokasi infrastruktur lumpur sepanjang 11 km. Dengan dana Rp 45,55 miliar, Dephub akan membebaskan lahan seluas total 16,2 hektar.
Tidak serius
Di Surabaya, Ketua Tim Supervisi dan Monitoring Pemasukan Bola Beton ke pusat semburan lumpur Bagus Endar Bachtiar Nurhandoko, menilai bahwa penanganan semburan lumpur Lapindo tidak dilakukan secara serius. Pembuatan alat-alat yang akan dipakai untuk meneliti konfigurasi pusat semburan telah mencapai 60 persen, tetapi sampai sekarang belum ada kejelasan mengenai pembiayaan dan kelanjutan proyek tersebut.
Sementara itu, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera DPR tetap mengusulkan pembentukan panitia khusus dan mengajukan hak angket mengenai kasus Lapindo.
Draft mengenai detail dari usulan itu, kata Anggota Komisi VII F-PKS DPR Wahyudin Munawir di Bandung, sedang dibuat dan dikaji lebih lanjut. (RYO/APA/CHE/NWO)
Posted by RaharjoSugengUtomo at 8:35 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Kompas
Selamat Ulang Tahun
KOMPAS - Selasa, 12 Juni 2007
Direktur Badan Pusat Intelijen AS (CIA) William Casey dirumahsakitkan sebelum bersaksi di Kongres tentang skandal Iran-Contra 1987. Ia lalu meninggal, membawa serta rahasianya ke kubur tentang keterlibatan para pejabat dalam skandal itu.
Pendeta di hadapan jenazah memuji Casey yang rajin beribadah.
"Tapi, jangan tiru kelakuannya sebagai pejabat. Ia tak layak diteladani," kata pendeta.
Tak baik menyebut keburukan orang yang jenazahnya mau dikubur. Orang mati dipuji perilaku baiknya, bukan dosanya.
"Ia orang baik, semoga masuk surga". Atau "kalau punya utang-piutang, segera hubungi keluarga almarhum."
Gajah mati meninggalkan gading, harimau meninggalkan belang. Jasa Bung Karno (BK) banyak, Soeharto (Sht) juga tak sempurna karena manusia bukan malaikat.
BK lahir di Blitar, 6 Juni 1901, Sht di Kemusu, 8 Juni 1921. BK "Putra Sang Fajar" dan Sht sang "anak petani" pekan lalu berulang tahun di pekan yang sama.
Manifesto politik BK adalah pidatonya di sidang pengadilan Belanda berjudul "Indonesia Menggugat" (1929). Beleid kekuasaan Sht namanya "Supersemar" (1966).
Ada yang yakin pemeo "ia lahir sebagai pemimpin". Namun, ada juga yang percaya "ia jadi pemimpin karena pengalaman".
BK pada usia 28 tahun telah "menikmati" jeruji sel Belanda saat Sht belum lagi berumur 10 tahun. Sht ikut revolusi 1945 di medan tempur, BK melalui meja perundingan.
Mereka memulai pengabdian kepada republik dari bawah: BK lewat PNI yang dibentuknya tahun 1927, Sht melalui KNIL yang dimasukinya tahun 1940. Pepatah Inggris mengatakan, "What goes up must come down, spinning wheel got to go round."
Apakah mereka menderita saat terjungkal dari kekuasaannya? BK terkenal dengan kiasan "kutitipkan bangsa ini kepadamu wahai pemuda", Sht lebih ngetop dengan kalimat pamungkas ora patheken.
BK memproklamasikan kemerdekaan bersama Hatta ketika Sht bergerilya bersama Jenderal Soedirman. "Dan, mereka pun berjalan beriringan tangan tanpa pernah menoleh ke belakang," kata budayawan.
BK dibuat puyeng kelicikan Belanda yang mau mendompleng Sekutu ketika Sht ikut Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta. BK sibuk mengurus republik yang masih sering kolaps, Sht sibuk menumpas pemberontakan di mana-mana.
Benarlah mantan Presiden AS John F Kennedy yang mengatakan, "Jangan tanya apa yang negara sudah berikan kepadamu, tetapi tanya apa yang telah kamu berikan kepada negara". BK dan Sht telah memberikan banyak, meski juga sering "mengambil" hak milik rakyatnya.
BK mulai mengorganisasi Konferensi Asia-Afrika ketika Sht baru meniti karier sebagai Panglima Kodam Diponegoro di Provinsi Jawa Tengah. Jika di Eropa dekade 1950 disebut sebagai masa kesejahteraan yang menggebu-gebu, yang terjadi di sini malah, seperti judul film Usmar Ismail, Krisis (1953).
Sebagai Panglima Kodam Diponegoro, Sht menghadapi krisis moral dan ekonomi yang melanda anak buah dan rakyat biasa. Sebagai presiden, BK dipusingkan krisis politik, seperti jatuh-bangunnya pemerintahan demokrasi parlementer sebelum dan setelah Pemilu 1955.
Sht disekolahkan ke Seskoad di Bandung ketika BK memberlakukan Dekrit 5 Juli 1959. Tak lama setelah itu BK pula yang menunjuk Sht, yang sudah jadi jenderal, sebagai Panglima Kostrad yang pertama.
Pepatah mengatakan, "Setiap kehidupan akan menemukan jalan masing-masing". Hubungan BK-Sht makin dekat, saling memengaruhi, makin rumit.
Dalam periode inilah BK menyebut Sht sebagai "jenderal koppig" (keras kepala). BK mulai terbentuk menjadi "manusia setengah dewa", Sht secara perlahan-lahan mulai menancapkan pengaruh politiknya.
Tibalah saat penting tahun 1965. Tak mustahil kedua tokoh yang memercayai filsafat Jawa itu terjerambap ke dalam alam pikiran yang penuh konflik ala Baratayudha.
Apakah Sht dengan sengaja mencelakakan BK atau Sht sekadar melindungi BK demi prinsip mikul dhuwur mendhem jero? Maka, sejarah Indonesia seperti bunyi tokek yang tak berhenti bersuara: PKI, TNI AD, BK, Sht, AS, dan balik lagi ke PKI.
BK mengeluarkan jurus "Nawaksara" pada saat dirinya telanjur berada di pinggir jurang. Persis 30 tahun kemudian, Sht dengan sisa-sisa tenaga, juga dari pinggir jurang krisis moneter, berpidato "Badai Pasti Berlalu".
BK amat benar tatkala mengampanyekan slogan "Jas Merah" (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah). Ia bukan penelikung sejarah, kebiasaan yang sering dilakukan oleh lawan-lawan politiknya semasa Sht berkuasa.
Tak penting mempersoalkan BK yang tak bosan meneriakkan kata revolusi, yang diikuti Sht dalam periode 1966-1967. Toh, mereka keburu menyebut diri "Penyambung Lidah Rakyat" dan "Bapak Pembangunan".
Tak penting lagi siapa yang lebih berjasa, BK atau Sht. Ketua Umum PNI Hadisubeno mengatakan, "Sekeranjang Sht takkan mampu menggantikan seorang BK".
Tak penting lagi BK yang mulai mengekang pers bebas, yang diikuti aturan SIUPP ala Sht. Kalau Sht senang kalimat "saya gebuk", BK memilih "dilindas revolusi."
Adam Malik membentuk Barisan Pendukung Soekarno. Komandan KKO Mayjen Hartono bilang "hitam kata BK, hitam kata KKO."
Sht ditikam para menteri yang mundur pada Mei 1998. Seperti kata judul buku yang dibagikan keluarga Sht pekan lalu, Habis Manis Sepah Dibuang.
Untuk Anda berdua, selamat ulang tahun.
Posted by RaharjoSugengUtomo at 8:33 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Kompas