KOMPAS - Selasa, 12 Juni 2007
Direktur Badan Pusat Intelijen AS (CIA) William Casey dirumahsakitkan sebelum bersaksi di Kongres tentang skandal Iran-Contra 1987. Ia lalu meninggal, membawa serta rahasianya ke kubur tentang keterlibatan para pejabat dalam skandal itu.
Pendeta di hadapan jenazah memuji Casey yang rajin beribadah.
"Tapi, jangan tiru kelakuannya sebagai pejabat. Ia tak layak diteladani," kata pendeta.
Tak baik menyebut keburukan orang yang jenazahnya mau dikubur. Orang mati dipuji perilaku baiknya, bukan dosanya.
"Ia orang baik, semoga masuk surga". Atau "kalau punya utang-piutang, segera hubungi keluarga almarhum."
Gajah mati meninggalkan gading, harimau meninggalkan belang. Jasa Bung Karno (BK) banyak, Soeharto (Sht) juga tak sempurna karena manusia bukan malaikat.
BK lahir di Blitar, 6 Juni 1901, Sht di Kemusu, 8 Juni 1921. BK "Putra Sang Fajar" dan Sht sang "anak petani" pekan lalu berulang tahun di pekan yang sama.
Manifesto politik BK adalah pidatonya di sidang pengadilan Belanda berjudul "Indonesia Menggugat" (1929). Beleid kekuasaan Sht namanya "Supersemar" (1966).
Ada yang yakin pemeo "ia lahir sebagai pemimpin". Namun, ada juga yang percaya "ia jadi pemimpin karena pengalaman".
BK pada usia 28 tahun telah "menikmati" jeruji sel Belanda saat Sht belum lagi berumur 10 tahun. Sht ikut revolusi 1945 di medan tempur, BK melalui meja perundingan.
Mereka memulai pengabdian kepada republik dari bawah: BK lewat PNI yang dibentuknya tahun 1927, Sht melalui KNIL yang dimasukinya tahun 1940. Pepatah Inggris mengatakan, "What goes up must come down, spinning wheel got to go round."
Apakah mereka menderita saat terjungkal dari kekuasaannya? BK terkenal dengan kiasan "kutitipkan bangsa ini kepadamu wahai pemuda", Sht lebih ngetop dengan kalimat pamungkas ora patheken.
BK memproklamasikan kemerdekaan bersama Hatta ketika Sht bergerilya bersama Jenderal Soedirman. "Dan, mereka pun berjalan beriringan tangan tanpa pernah menoleh ke belakang," kata budayawan.
BK dibuat puyeng kelicikan Belanda yang mau mendompleng Sekutu ketika Sht ikut Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta. BK sibuk mengurus republik yang masih sering kolaps, Sht sibuk menumpas pemberontakan di mana-mana.
Benarlah mantan Presiden AS John F Kennedy yang mengatakan, "Jangan tanya apa yang negara sudah berikan kepadamu, tetapi tanya apa yang telah kamu berikan kepada negara". BK dan Sht telah memberikan banyak, meski juga sering "mengambil" hak milik rakyatnya.
BK mulai mengorganisasi Konferensi Asia-Afrika ketika Sht baru meniti karier sebagai Panglima Kodam Diponegoro di Provinsi Jawa Tengah. Jika di Eropa dekade 1950 disebut sebagai masa kesejahteraan yang menggebu-gebu, yang terjadi di sini malah, seperti judul film Usmar Ismail, Krisis (1953).
Sebagai Panglima Kodam Diponegoro, Sht menghadapi krisis moral dan ekonomi yang melanda anak buah dan rakyat biasa. Sebagai presiden, BK dipusingkan krisis politik, seperti jatuh-bangunnya pemerintahan demokrasi parlementer sebelum dan setelah Pemilu 1955.
Sht disekolahkan ke Seskoad di Bandung ketika BK memberlakukan Dekrit 5 Juli 1959. Tak lama setelah itu BK pula yang menunjuk Sht, yang sudah jadi jenderal, sebagai Panglima Kostrad yang pertama.
Pepatah mengatakan, "Setiap kehidupan akan menemukan jalan masing-masing". Hubungan BK-Sht makin dekat, saling memengaruhi, makin rumit.
Dalam periode inilah BK menyebut Sht sebagai "jenderal koppig" (keras kepala). BK mulai terbentuk menjadi "manusia setengah dewa", Sht secara perlahan-lahan mulai menancapkan pengaruh politiknya.
Tibalah saat penting tahun 1965. Tak mustahil kedua tokoh yang memercayai filsafat Jawa itu terjerambap ke dalam alam pikiran yang penuh konflik ala Baratayudha.
Apakah Sht dengan sengaja mencelakakan BK atau Sht sekadar melindungi BK demi prinsip mikul dhuwur mendhem jero? Maka, sejarah Indonesia seperti bunyi tokek yang tak berhenti bersuara: PKI, TNI AD, BK, Sht, AS, dan balik lagi ke PKI.
BK mengeluarkan jurus "Nawaksara" pada saat dirinya telanjur berada di pinggir jurang. Persis 30 tahun kemudian, Sht dengan sisa-sisa tenaga, juga dari pinggir jurang krisis moneter, berpidato "Badai Pasti Berlalu".
BK amat benar tatkala mengampanyekan slogan "Jas Merah" (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah). Ia bukan penelikung sejarah, kebiasaan yang sering dilakukan oleh lawan-lawan politiknya semasa Sht berkuasa.
Tak penting mempersoalkan BK yang tak bosan meneriakkan kata revolusi, yang diikuti Sht dalam periode 1966-1967. Toh, mereka keburu menyebut diri "Penyambung Lidah Rakyat" dan "Bapak Pembangunan".
Tak penting lagi siapa yang lebih berjasa, BK atau Sht. Ketua Umum PNI Hadisubeno mengatakan, "Sekeranjang Sht takkan mampu menggantikan seorang BK".
Tak penting lagi BK yang mulai mengekang pers bebas, yang diikuti aturan SIUPP ala Sht. Kalau Sht senang kalimat "saya gebuk", BK memilih "dilindas revolusi."
Adam Malik membentuk Barisan Pendukung Soekarno. Komandan KKO Mayjen Hartono bilang "hitam kata BK, hitam kata KKO."
Sht ditikam para menteri yang mundur pada Mei 1998. Seperti kata judul buku yang dibagikan keluarga Sht pekan lalu, Habis Manis Sepah Dibuang.
Untuk Anda berdua, selamat ulang tahun.
Tuesday, June 12, 2007
Selamat Ulang Tahun
Posted by RaharjoSugengUtomo at 8:33 AM
Labels: HeadlineNews: Kompas
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment