Tuesday, June 12, 2007

Serentet Gebrakan di Malam Panjang

KORAN TEMPO - Selasa, 12 Juni 2007

Taqwim, yang diduga terkait dengan organisasi teroris, kabur beberapa jam sebelum penggerebekan.

Baru pukul 2 dini hari. Langit masih gelap. Embun belum turun. Tiba-tiba tiga mobil berhenti di depan sebuah rumah di Kampung Tangkil Baru, Manang, Grogol, Sukoharjo, Minggu lalu. Sepuluh orang penumpangnya, yang berompi dan membawa senjata laras panjang, turun dengan gesit. Lampu jalan dimatikan. Suasana makin gulita. Hap, beberapa orang di antara mereka melompati pagar halaman sebuah rumah. Tembok setinggi 2 meter terlampaui. Sebagian lainnya berjaga-jaga di luar.
Tak berapa lama, pintu didobrak. Terdengar seorang perempuan berteriak-teriak, "Ya, Allah!"
"Wanita itu juga bilang tidak tahu berulang kali. Setengah jam kemudian mereka pun pergi," kata Ngatimin, 40 tahun, penduduk kampung, yang juga tetangga sebelah rumah Taqwimbillah. Itulah rumah yang digerebek Satuan Tugas Bom Markas Besar Kepolisian RI malam itu. Taqwim, yang diduga terkait dengan organisasi teroris, kabur beberapa jam sebelum penggerebekan. Pascapenggerebekan, rumah Taqwim sepi. Mutmainah, istri Taqwim, juga tidak diketahui keberadaannya.
Ini bukanlah penggerebekan pertama. Pada Oktober 2003, rumah Taqwimbillah, yang kala itu juga tempat usaha pembuatan boneka, pernah digerebek. Ketika itu Taqwim tak bisa ditemukan. Dia menghilang. Lalu, dalam beberapa hari terakhir, Taqwim dilaporkan berulang kali pulang hingga rumah itu kembali digerebek. Tapi lagi-lagi nihil. Dia kabur.
Sebelumnya, di rumah Taqwim, polisi pernah melakukan rekonstruksi perakitan bom. Polisi menduga rangkaian bom tersebut akan diledakkan di sejumlah tempat di Jakarta pada akhir 2003.
Penggerebekan rumah Taqwim adalah bagian dari rentetan penangkapan sejumlah tersangka teroris pada akhir pekan lalu. Operasi itu dimulai dari penangkapan Yusron Mahmud, 36 tahun, Sabtu lalu. Penangkapan Yusron cukup dramatis karena berlangsung di siang bolong dan ada senjata yang menyalak. Sesaat sebelum ditangkap, Yusron sedang menonton pemilihan kepala desanya, Desa Kebarongan, Banyumas.
Pukul 11.00 WIB, petugas yang sudah mengintai Yusron mulai melancarkan gerakan. Mengetahui dirinya diburu, Yusron lantas memacu sepeda motor menuju ke rumahnya yang berjarak beberapa ratus meter.
Namun, usaha Yusron gagal. Beberapa puluh meter menjelang tiba di rumahnya, Yusron dihadang petugas. Petugas sempat mengeluarkan tiga kali tembakan, yang diduga melumpuhkan Yusron. Sesaat kemudian Yusron, istri, dan anak-anaknya dibawa petugas. Tapi tidak ada yang tahu ke mana keluarga itu dibawa.
Penelusuran Tempo menunjukkan selama ini para tetangga hanya mengenal Yusron sebagai pembuat tas sekolah berbahan kulit imitasi. Salah satu tetangganya, Mumun, 30 tahun, menyatakan kadang-kadang Yusron pergi meninggalkan rumah sampai sepekan lebih. "Tapi saya juga tidak tahu apa yang dilakukannya. Yang saya tahu, ya, dia pergi menjual tas-tas sekolah yang dibuatnya," kata Mumun.
Di rumah itu, Yusron tinggal bersama istrinya, Sri Mardiyati, 34 tahun. Empat anak mereka berusia 8 tahun hingga 6 bulan. Sehari-hari istri Yusron membuka warung kelontong kecil di rumah yang berdinding papan.
Sabtu lalu petugas Densus 88 juga menangkap Adi Kusumo. Ia ditangkap di depan Pasar Rejodani, sekitar 2 kilometer dari rumahnya. Ketika itu, seusai salat isya, Adi pamit kepada istrinya untuk membeli minyak goreng dan air galon di Pasar Rejodani. Namun, Adi tidak pernah pulang. Sekitar pukul 22.00, beberapa petugas mengendarai tiga buah mobil datang ke rumah Adi untuk menggeledah. Selain menggeledah, petugas membawa minyak goreng dan air galon yang telah dibeli Adi. Minyak dan air galon itu diletakkan di depan rumahnya.
Berbeda dengan Taqwim yang tertutup, Adi dikenal cukup supel. Dia selalu ada di hampir setiap pertemuan RT, ronda malam, juga dalam berbagai aktivitas keagamaan. Hanya, warga sempat menaruh curiga karena Adi Kusumo sering kedatangan tamu tiga hingga empat orang pada malam hari. Tetamu Adi kerap terlihat mengenakan celana cingkrang di atas lutut. Pernah tetangga mempertanyakan siapa dan apa gerangan maksud tetamu tadi, tapi dijawab bahwa mereka hanyalah teman sesama pedagang.
Tiga kilometer dari rumah Adi, petugas hari itu juga menangkap Suharyanto. Ia disergap bersama Sigit di depan Puskesmas Ngaglok. Penyergapan terjadi pada Sabtu lalu, sekitar pukul 21.00. Ketika itu tersangka sedang mengendarai sepeda motor berboncengan. Tiba-tiba petugas berpakaian preman, yang juga mengendarai sepeda motor, meminta tersangka berhenti. Tapi mereka tetap ngebut. Tembakan peringatan pun dilontarkan petugas. Tersangka kemudian menghentikan sepeda motornya tapi langsung lari ke tengah sawah.
"Sempat terjadi kejar-kejaran di sawah. Salah satu dari mereka tertembak kakinya tapi masih melawan dan menolak diborgol," kata Wawan, saksi mata yang kebetulan berada di belakang Puskesmas Ngaglok. "Setelah berhasil memborgol, saya sempat tanya, ini kasus apa. Oleh petugas dijawab, lihat saja berita besok," ujar Wawan menirukan.
Serentetan gebrakan belum usai. Kemarin polisi juga mendatangi rumah Aris Widodo, tersangka teroris yang ditangkap akhir pekan lalu. Dalam penggeledahan di rumah Aris di Tegalgede, Karanganyar, itu polisi hanya menemukan buku-buku tentang jihad. Apa kaitan Aris dengan jaringan teroris, belum terungkap dengan gamblang.
IMRON ROSYID ARI AJI HS SYAIFUL AMIN

0 comments: