Tuesday, June 12, 2007

Polisi Prioritaskan Buru Abu Dujana

KORAN TEMPO - Selasa, 12 Juni 2007

Dibanding Noor Din M. Top, Abu Dujana lebih berpengalaman memimpin jaringan.

JAKARTA - Kepolisian kini lebih memprioritaskan penangkapan Abu Dujana alias Ainul Bahri dibanding Noor Din M. Top. Penegasan ini kemarin disampaikan Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Kepolisian Indonesia Inspektur Jenderal Sisno Adiwinoto kepada wartawan di Jakarta.
Pengutamaan ini dilakukan lantaran, menurut polisi, peran dan status Dujana lebih bernilai ketimbang gembong teroris Noor Din.
"Dalam struktur organisasi (Abu Dujana) lebih tinggi daripada Noor Din, tapi bukan berarti Noor Din tidak dicari," kata Sisno. Menurut dia, dalam jaringan teroris, Abu Dujana alias Ainul Bahri bertindak sebagai panglima sekaligus Ketua Jamaah Islamiyah untuk wilayah Asia Tenggara. Adapun Noor Din bertanggung jawab untuk merekrut anggota. "Abu Dujana lebih berpengalaman dalam memimpin jaringan," ujarnya menambahkan.
Sidney Jones, yang banyak mengamati gerakan terorisme di Indonesia, juga menyebutkan bahwa peran Abu Dujana lebih penting dibanding Noor Din. Jones menuturkan Abu Dujana memang tidak memiliki kelebihan di bidang agama ataupun militer. "Namun, ia ahli di bidang manajemen," kata Direktur International Crisis Group untuk Asia Tenggara itu.
Sejak pekan lalu polisi menggelar operasi besar-besaran di Sukoharjo dan Sleman. Tapi tersangka otak sejumlah pengeboman di Tanah Air itu hingga kini masih bisa mengecoh polisi. Sejauh ini setidaknya telah tiga kali lelaki berusia 39 tahun ini lolos dari sergapan polisi, yakni pada pertengahan 2005, penyergapan di Sleman Maret lalu, dan pada penyerbuan pekan lalu.
Perburuan Abu Dujana dan jaringannya kali ini, diakui Sisno, adalah hasil pengembangan dari penangkapan Yusron Mahmudi alias Mahfud di daerah Banyumas, Sabtu lalu. Setelah itu, polisi pun menyerbu ke Dusun Kayunan, Desa Dohoharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman.
Di sana mereka menangkap Sigit alias Yurnanto alias Khopil, 32 tahun, dan Suhariyanto, di depan Puskesmas II Ngaglik, pukul 21.00 WIB. Dalam penggerebekan itu, polisi menembak Sigit dan Suhariyanto yang sedang naik sepeda motor berdua. Seorang tersangka tertembak di bagian paha. Menurut cerita polisi, mereka berdua hendak kabur.
Hanya berselang satu jam, tak jauh dari lokasi itu, polisi juga mencokok Adi Kusumo alias Adi Saputro, 32 tahun, di depan Pasar Rejodani, Kecamatan Ngaglik, setelah membeli minyak goreng dan segalon air minum.
Setelah itu, polisi bergerak mengepung Dusun Tangkil Baru, Kelurahan Manang, Kecamatan Grogol, Sukoharjo. Penyergapan pada Minggu lalu, pukul 02.00, hasilnya nihil. Buruan mereka, yakni Taqwimbillah, lebih dulu kabur. Tapi perburuan tak berhenti. Sejam kemudian, mereka menangkap Aris Widodo di rumahnya di Tegal Gede, Karangnyar.
Sisno mengaku belum mengetahui peran Yusron dan teman-temannya dalam jaringan tersebut. Bisa jadi, kata dia, Yusron adalah anggota jaringan yang baru direkrut.
DESY SYAIFUL IMRON REH

Menggeser Target
Pekan lalu Kepolisian Republik Indonesia menyatakan mengubah target utama perburuan teroris dari Noor Din M. Top menjadi Abu Dujana. Pria misterius ini diyakini berperan penting dalam organisasi Jamaah Islamiyah (JI). "Secara struktur dan pengalaman, Noor Din jauh di bawah Abu Dujana," kata seorang sumber yang dekat dengan kalangan kelompok Abu Dujana.

Noor Din M. Top
Meski berasal dari Malaysia, dia diyakini andal merekrut kader baru JI.
Diyakini memimpin sejumlah aksi pengeboman, seperti Bom Bali I dan II.
Sementara Dr Azahari lihai dalam meracik bon, Noor Din pintar mendoktrin orang menjadi anggota kelompok militan.

Abu Dujana (Ainul Bahri)
Panglima tertinggi JI.
Ditengarai yang menentukan kebijakan operasional JI di Indonesia.
Pernah menjadi Sekretaris Markaziah JI.
Berkonsolidasi dengan orang dan kelompok sehaluan.
Dididik dan memiliki jaringan kuat dengan kelompok militan di Mindanao, Filipina.

TEKS: IMRON ROSYID DESY PAKPAHANSUMBER: KEPOLISIAN DAN SUMBER TEMPO

0 comments: