Tuesday, June 12, 2007

BI tantang bank optimalkan kredit

BISNIS - Selasa, 12/06/2007

JAKARTA: Bank Indonesia tantang para bankir mengoptimalkan kredit guna menghambat gangguan kerawanan perekonomian nasional, meski diyakini indikator keuangan pada perbankan menghadapi krisis semakin kuat. Deputi Gubernur Bank Indonesia Muliaman D. Hadad mengatakan perbankan merupakan pintu masuk terjadinya krisis ekonomi satu dekade lalu, karena rentannya rasio keuangan. Kondisi saat ini, menurut dia, menunjukkan rasio keuangan perbankan semakin kuat. Hal ini terlihat dari rasio kecukupan modal per April 2007 mencapai 21,2%, cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya.Namun, Muliaman menyebutkan kekuatan indikator keuangan bank itu tidak relevan dengan pencapaian fungsi intermediasi yang terlihat berupa belum maksimalnya penyaluran kredit."Jadi, bagaimana kita mendorong bank tetap melakukan lending untuk mendukung ekonomi seraya menjadikannya sebagai faktor penghalang dan penghambat datangnya krisis," tuturnya pada seminar tentang jaring pengaman sistem keuangan, di Jakarta, kemarin.Muliaman menjelaskan perbankan harus tetap mewaspadai sejumlah risiko, seperti masuknya dana asing yang begitu besar. Aliran dana masuk (capital inflow), lanjutnya, merupakan simpul kerawanan seperti yang dikemukakan dalam pertemuan bank sentral negara-negara Asia Pasifik baru-baru ini.Menurut dia, bank sentral juga berupaya menjaga stabilitas keuangan melalui peningkatan koordinasi dengan pemerintah, meyakinkan pelaku pasar menyangkut penerapan praktik standar yang sehat, membentuk indeks stabilitas finansial, dan menyusun resolusi penanganan krisis.Tidak terjaminSementara itu, Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI Halim Alamsyah mengatakan adanya sistem moneter yang kuat tidak menjamin kestabilan sistem keuangan nasional.Karena itu, menurut dia, BI berinisiatif menyusun kerangka kerja jaring pengaman sektor keuangan bersama Depkeu dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Kepala Eksekutif LPS Krisna Wijaya mengatakan lembaga yang dipimpinnya berupaya menentukan segala keputusan, terutama mengenai suku bunga penjaminan yang mengacu pada kestabilan sistem perbankan.LPS merupakan instansi yang akan berperan signifikan dalam menjamin dana nasabah, terutama ketika terjadi masalah dengan bank-bank besar yang memiliki risiko sistemik.Pemerintah mengharapkan bank mampu meningkatkan rasio penyaluran kredit terhadap simpanan (loan to deposits ratio/ LDR) di atas 70% guna mendukung sumber dana pembiayaan investasi pembangunan 2008 sebesar Rp1.296,1 triliun.Direktur Keuangan Bank Lippo Gottfried Tampubolon mengungkapkan komitmen perbankan menyalurkan kredit tetap tinggi, meskipun masih ada yang menaruh dana di instrumen keuangan.Dia optimistis target pertumbuhan kredit tahun ini bisa di atas rata-rata 22% seperti proyeksi BI. Bank Lippo, lanjutnya, menargetkan pertumbuhan kredit tahun ini sebesar 40%."Kami kelihatannya sedikit di bawah target tapi tidak jauh. Semua kan tergantung infrastruktur dan banyak faktor lain. Paling tidak pertumbuhan kami 40%, itu jauh di atas rata-rata bank lain," ungkap Tampubolon. Perbankan nasional sepanjang April 2007 mencatat pertumbuhan kredit sebesar Rp12,4 triliun dibandingkan dengan bulan sebelumnya menjadi Rp855,4 triliun seiring dengan turunnya bunga kredit.Sementara itu, aset industri perbankan pada April 2007 naik Rp8,5 triliun dari Maret. Dibandingkan dengan April tahun lalu (Rp1.466,9 triliun), aset perbankan naik 16,8% atau setara Rp246,2 triliun.Kenaikan tersebut didukung oleh membaiknya fungsi intermediasi yang terlihat pada ekspansi kredit perbankan per April 2007 yang tumbuh Rp12,4 triliun, dengan kualitas kredit yang terjaga. Posisi LDR membaik menjadi 65,8% atau level tertinggi dalam enam tahun terakhir.Tren kenaikan LDR mulai terlihat pada Maret 2007 dengan membukukan posisi 65,3%. Angka ini naik tipis dari posisi Desember 2006 sebesar 64,7%. Nominal kredit baru pada April sebesar Rp12,4 triliun, masih di bawah pencapaian kenaikan kredit pada Maret 2007 Rp16,7 triliun. Angka ini lebih baik ketimbang Februari Rp8,8 triliun dan Januari yang tercatat minus Rp15,4 triliun.Tahun ini, bank sentral memperkirakan kredit baru bisa tercetak Rp150 triliun, tumbuh rata-rata 20%, terutama diharapkan dari ekspansi kredit investasi bank-bank persero.
(fahmi. achmad@bisnis.co.id)
Oleh Fahmi Achmad
Bisnis Indonesia

0 comments: