KOMPAS - Rabu, 11 Juli 2007
Kecelakaan Bus Terjadi Lagi, Tiga Penumpang Tewas
Jakarta, Kompas - Menteri Perhubungan Jusman Safeii Djamal mengungkapkan, pihaknya telah meminta jajaran dinas perhubungan untuk mengaudit semua operator bus angkutan umum. Ia berjanji akan memberikan sanksi yang berat terhadap petugas dinas perhubungan yang menyalahi kewenangan dalam pemberian keterangan uji kelayakan atau kir.
"Semua izin usaha bus angkutan umum akan kami periksa, termasuk perizinan trayeknya. Kelaikan armada juga akan diperiksa secara bertahap," kata Jusman, Selasa (10/7) di Jakarta.
Jusman mengakui bahwa rentetan kecelakaan di jalan raya yang melibatkan angkutan umum selama ini merupakan akibat dari lemahnya kontrol dan penyimpangan penegakan aturan. Oleh karena itu, lanjut Jusman, tidak ada lagi kompromi dalam pemberian kir.
Secara terpisah, Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Departemen Perhubungan Suroyo Alimoeso menjelaskan, proses audit akan dimulai dengan pendataan merek kendaraan yang dipakai operator.
Ia mencontohkan, jika operator menggunakan kendaraan merek Hino, pihak pabrikan Hino yang akan memeriksa pemenuhan standar keamanan dan keselamatannya.
"Pemeriksaan juga akan dilakukan di terminal dan tempat pengujian. Kami juga akan melibatkan pihak kepolisian. Selain itu, masyarakat pengguna jasa juga ikut menilai kendaraan yang mereka gunakan," tutur Suroyo.
Faktor utama penyebab kecelakaan di jalan raya, 90 persen, adalah kesalahan manusia. Kemudian sekitar 5 persen karena kondisi kendaraan, 2 persen karena kondisi infrastruktur jalan, dan 3 persen akibat kelengkapan rambu lalu lintas.
"Karena itu, kompetensi pengemudi nantinya akan diuji. Pengemudi yang lulus akan mendapatkan sertifikasi," lanjutnya.
Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Sayogo Hendro Subroto juga meminta Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta melakukan audit terhadap semua perusahaan bus.
Audit harus dilakukan karena terdapat 5.610 bus yang tidak melakukan uji kelayakan kendaraan, dari 14.710 bus yang ada.
Proses audit, menurut Sayogo, mudah dilakukan karena semua bus terdaftar di dishub. Berdasarkan pembukuan daftar uji kelayakan, akan ketahuan perusahaan bus yang sengaja mangkir dan yang taat aturan.
Kecelakaan di Subang
Sementara itu, dini hari kemarin kecelakaan yang merenggut korban tewas kembali terjadi di jalur pantai utara (pantura) Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Peristiwa kali ini menimpa bus Luragung bernomor polisi E 7723 YA jurusan Jakarta-Kuningan dan bus pariwisata Arya Prima di Desa Kebonanas, Kecamatan Pusakanagara, Subang, sekitar pukul 01.00.
Tiga penumpang bus Luragung meninggal seketika. Mereka adalah Ibrohim (36) (warga Jalan Serayu Blok II RT 1 RW 4 Jungjang, Arjawinangun, Cirebon), Rastini (50) (warga Kampung Babakan Cirahayu RT 17 RW 5, Luragung, Kuningan), serta Uripah bin Tarsan (warga Dusun III RT 3 RW 7 Kelurahan Panunggal, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon.
Kepala Kepolisian Resor Subang Ajun Komisaris Besar Sugiyono mengatakan, kecelakaan diduga disebabkan oleh kelalaian sopir. Faktor lain yang diduga turut memicu adalah kurangnya penerangan jalan.
"Bus pariwisata mogok karena rusak. Sebagian badan bus berada di tepi, tetapi dua roda kanan ada di bahu jalan," lanjutnya.
Sugiyono menambahkan, kernet serta perusahaan pemilik bus Luragung sudah dimintai keterangan. Adapun sopir bus Luragung belum diketahui keberadaannya karena setelah kejadian dia langsung melarikan diri. Sopir diduga ugal-ugalan.
Karakter jalan yang lurus dan lebar di sebagian besar jalur pantura harus diwaspadai oleh para pengguna jalan. Kecelakaan masih sering terjadi karena pengemudi tak mampu mengerem dan menghindari kendaraan yang berhenti atau berjalan lambat di depannya.
Kondisi dua korban kecelakaan bus Limas yang jatuh di Cianjur, Sabtu lalu, yang dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, membaik. Kedua korban itu, yakni M Rafli (6) dan Rikiyani (14), dipindah ke Ruang C-III dan Ruang Kelas I.
Ketua tim investigasi kasus bus Limas, JA Barata, mengatakan, pihaknya masih memeriksa kondisi bus yang sebagian ringsek akibat jatuh ke dasar jurang.
"Belum ada kesimpulan karena masih kami teliti," ujarnya.(MKN/ULE/MHF/ECA/KSP/OTW)
Wednesday, July 11, 2007
Menhub: Operator Bus Akan Diaudit
Posted by RaharjoSugengUtomo at 11:04 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Kompas
Piala Asia 2007: Start yang Sempurna untuk Tim Merah-Putih
KOMPAS - Rabu, 11 Juli 2007
Jakarta, Kompas - Kemenangan 2-1 (1-1) Indonesia atas Bahrain adalah sebuah start atau permulaan yang sempurna. Indonesia mengumpulkan modal penting untuk mencapai target lolos ke delapan besar Piala Asia 2007 dengan memukul semifinalis Piala Asia 2004, Bahrain, 2-1 (1-1), di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (10/7). Tiga poin dari laga ini untuk sementara menempatkan tim Merah-Putih di puncak klasemen Grup D.
Budi Sudarsono mengulang penampilannya di ajang serupa, tiga tahun silam di China. Ia mencetak gol pertama, menit ke-14. Indonesia sempat tertahan 1-1 setelah di menit ke-27 Bahrain mencetak gol melalui kaki gelandang, Sayed Mahmood Jalal.
Bambang Pamungkas menjadi penentu kemenangan Indonesia setelah mencetak golnya pada menit ke-64. Pelatih tim Indonesia Ivan Kolev memuji penampilan semua pemainnya yang dinilainya berlaga seperti tentara.
"Kami sudah tahu banyak soal permainan Bahrain. Kami tahu kualitas setiap pemain Bahrain. Kami pelajari itu dan kami praktikkan dalam latihan cara mengatasi mereka," kata Kolev dalam jumpa pers seusai laga.
Di Piala Asia 2004 Indonesia, yang saat itu juga dipoles Kolev, menyerah 1-3 dari Bahrain. Pelatih asal Bulgaria itu tidak mau berbicara soal peluang timnya karena masih dipusingkan dengan cederanya Ponaryo Astaman dan Mahyadi Panggabean.
Pujian juga datang dari Wakil Presiden Jusuf Kalla yang salut dengan semangat juang para pemain Indonesia. "Semangat juang yang luar biasa ternyata mampu mengatasi kemampuan teknis pemain Bahrain. Ini modal besar untuk terus berprestasi," ujarnya seusai menyaksikan pertandingan lewat TV di rumah dinasnya.
Kemenangan itu disambut dengan gegap gempita oleh ribuan suporter yang memenuhi stadion. Mereka tak putus harapan dan tetap mengelu-elukan timnas. Gemuruh dukungan suporter sepanjang pertandingan berlanjut saat mereka keluar stadion. "Saya jarang melihat Indonesia menang seperti ini. Saya yakin, Indonesia lolos, bisa menahan seri Arab Saudi dan Korsel," ujar Dedi (44), warga BSD.
(INU/RAY/BIL/WAS/SAM)
Posted by RaharjoSugengUtomo at 11:02 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Kompas
PENDIDIKAN: Biaya Pendidikan Harus Dikendalikan
KOMPAS - Rabu, 11 Juli 2007
Jakarta, Kompas - Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo, Selasa (10/7), menegaskan, biaya pendaftaran siswa baru di semua tingkat pendidikan harus dikendalikan agar semua anak usia sekolah bisa memiliki akses yang sama sehingga bisa menikmati pendidikan. Hal itu terutama untuk pendidikan tingkat SD dan SMP yang merupakan program wajib belajar sembilan tahun.
Menurut Bambang, pungutan biaya sekolah di tahun ajaran baru bisa saja dilakukan asal terkendali dan memahami kondisi ekonomi siswa.
"Seharusnya sekolah yang masuk wajib belajar jangan begitu. Pemerintah, kan, sudah menyediakan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Jika tetap ada pungutan, syaratnya harus terkendali dan jangan komersial," kata Bambang.
Penerimaan siswa baru (PSB) yang masih berlangsung mulai meresahkan orangtua. Di beberapa daerah ada sekolah yang menetapkan secara sepihak besarnya uang PSB, yang disebut sebagai uang pembangunan atau uang pangkal.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Bandar Lampung Kherlani meminta semua orangtua yang dirugikan karena pungutan biaya daftar ulang melapor ke badan pengawas kota. Jika sudah telanjur membayar, diharapkan mereka menunjukkan bukti pembayaran.
Pemda hanya membolehkan pungutan biaya PSB dan daftar ulang jika sudah ada kesepakatan antara kepala sekolah, komite sekolah, dan orangtua siswa. Di lapangan, ada sekolah yang telah menetapkan biaya daftar ulang sebesar Rp 453.000.
Untuk tahun ajaran 2007/2008, setiap sekolah diminta menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah secara jelas. Anggaran operasional dari APBD kabupaten/kota harus dipakai dan diperhitungkan secara jelas dan rinci.
Di Bandung, Koordinator Posko Pengaduan PSB Koalisi Pendidikan Kota Bandung (KPKB) Dan Satriana mengatakan, sekolah menggunakan beberapa modus untuk memungut dana. Selain cara terang-terangan, sekolah juga memungut tanpa disertai bukti penerimaan serta meminta sejumlah uang "titipan".
"Di beberapa sekolah, orangtua diminta menandatangani surat pernyataan sanggup membayar sejumlah uang pascapenerimaan siswa baru dan harus dibubuhi meterai," katanya.
Oji Mahroji, Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung, menambahkan, delapan kasus pungutan di SD, SMP, dan SMK sudah diselesaikan. Pihak sekolah bersangkutan ditegur. "Begitu ada laporan, kami langsung meminta sekolah bersangkutan menghapuskan pungutan," lanjut Oji.
Selain PSB jalur akademis, pungutan juga terjadi pada seleksi jalur khusus dan non-akademis, antara lain ada pungutan daftar ulang. Dari kuitansi terlihat pungutan daftar ulang jalur non-akademis Rp 500.000-Rp 2 juta. Setelah pihak sekolah ditegur, pada hari kedua tidak ada lagi pungutan.
Di Padang, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang, Sumatera Barat, membuka posko pengaduan untuk menampung keluhan orangtua, siswa, dan mahasiswa.
Koordinator Divisi Hak Asasi Manusia LBH Padang Vino Oktavia mengatakan, berbagai keluhan masyarakat tidak ditanggapi secara serius oleh pengelola pendidikan.
Data dari LBH Padang menunjukkan bahwa pungutan yang dilaksanakan pihak sekolah sebesar Rp 750.000 hingga Rp 1,5 juta per orang merupakan salah satu indikasi parahnya dunia pendidikan di Indonesia, khususnya di Sumatera Barat.
Dengan adanya berbagai kasus tersebut, pihak LBH mendesak para pejabat pengambil keputusan meninjau ulang kebijakannya yang tidak berpihak pada rakyat.
Biaya daftar ulang
Biaya daftar ulang kini juga memicu rasa waswas orangtua siswa. Biaya daftar ulang antara lain ditemukan di Palembang, Bandar Lampung, dan Bandung.
Mariati (35), warga Ki Merogan, Palembang, mengatakan, anaknya yang bersekolah di kelas VIII SMP di Jalan Ki Merogan harus membayar biaya daftar ulang sebesar Rp 40.000. Selain itu, ada biaya administrasi sebesar Rp 10.000. Pungutan wajib dibayar sebelum tahun ajaran baru dimulai, Senin depan.
"Jika tak sanggup membayar, anak saya tidak bisa lagi bersekolah di sana," ujarnya. Pendapatannya sebagai tukang cuci hanya Rp 75.000 sebulan.
Di salah satu SMA negeri di Bukit Besar biaya administrasi Rp 15.000, uang komputer Rp 12.000, uang les Rp 30.000, dan OSIS Rp 10.000. Kepala Subdinas SLTP dan Sekolah Menengah Dinas Pendidikan Kota Palembang Riza Fahlevi mengatakan, orangtua dapat mengadu kepada dinas pendidikan jika dipaksa membayar.
(LKT/HLN/MKN/MDN/ SF/NTA/MHD/ELN)
Posted by RaharjoSugengUtomo at 11:01 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Kompas
IPTEK: Di Manakah Rasa Krisis Itu?
KOMPAS - Rabu, 11 Juli 2007
YUNI IKAWATI
Maskapai penerbangan nasional Indonesia, Jumat (6/7), dicekal beroperasi di Eropa selama tiga bulan. Keputusan Komisi Uni Eropa itu diambil berdasarkan berbagai laporan yang dibuat lembaga otoritas penerbangan internasional, yang menyebutkan bahwa standar keselamatan penerbangan Indonesia tidak terpenuhi.
Keputusan Komisi Uni Eropa ini juga dapat dilihat secara tidak langsung sebagai perlambang hilangnya kepercayaan masyarakat benua maju itu akan kemampuan bangsa kita mengelola sarana transportasi udara berteknologi itu, setelah serangkaian kejadian bencana penerbangan, terutama yang terjadi pada sepanjang paruh tahun ini.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan burung besi tersebut. Namun, bukti-bukti yang dihimpun menunjuk pada kesalahan manusia, baik ketika mengemudikan maupun pada aspek kelalaian dalam pemeliharaan.
Belum lagi keputusan mengoperasikan pesawat terbang komersial yang telah tergolong lewat masa pakai. Ini juga menjadi faktor yang mengundang risiko kecelakaan.
Semua produk berteknologi, baik yang tergolong sederhana sekalipun, apalagi pesawat terbang modern yang berteknologi canggih, tentu memiliki serangkaian aturan, baik dalam penggunaan maupun pengendaliannya, pada pemeliharaan ataupun aspek pengamanannya.
Ketika serangkaian kecelakaan pesawat terbang terjadi, patut dipertanyakan apakah maskapai penerbangan nasional tidak melakukan pengabaian aspek teknik tersebut?
Rasa krisis
Tentang kedisiplinan dalam menggunakan dan memelihara sarana transportasi massal dan kepedulian akan nasib banyak penumpang memang menjadi pertanyaan yang dilontarkan banyak orang akhir-akhir ini kepada pihak pengelola, bukan hanya kepada maskapai penerbangan, tetapi juga kepada perusahaan kereta api, kapal laut, dan bus.
Mengapa kecelakaan di sektor transportasi masih terus terjadi dan semakin banyak korban jiwa yang harus terenggut? Mereka itu bukan hanya anggota keluarga yang ingin pulang kampung untuk berlebaran, tetapi juga anak-anak sekolah yang ingin pergi liburan sekolah.
Ke manakah sense of crisis atau rasa krisis itu?
Apakah pengemudi yang mengantuk tetapi tetap memacu kendaraannya itu tidak sadar bahwa keselamatan puluhan penumpang di belakang berada di tangannya.
Mengabaikan periodisasi pemeliharaan, perbaikan rutin mesin, dan penggantian komponen kendaraan sesuai standar juga bisa mengundang maut. Namun, hal ini dijalani juga demi ingin meraih keuntungan. Begitu murahkah harga sebuah nyawa di negeri ini?
Bagi bangsa maju yang begitu menghargai aset sumber daya manusia, kehilangan satu nyawa tentulah menjadi kerugian yang besar. Oleh karena itu, mereka yang notabene merupakan pencipta teknologi begitu ketat dalam mengoperasikan produk berteknologi, yang bagaimanapun mempunyai dua sisi, negatif dan positif.
Namun, di Indonesia, sebagai negeri berpenduduk padat yang kini tengah terpuruk, demi mengejar keuntungan ekonomi, faktor keselamatan terabaikan. Padahal, kehilangan sebuah nyawa adalah aset yang tak ternilai daripada kerugian material dan fisik.
Apakah rasa krisis itu melekat pada budaya iptek, akses, atau penyebaran informasi yang masih lemah di negeri ini? Jika dilihat dari tingkat budaya yang dicapai, masyarakat Indonesia saat ini masih sebatas pada budaya melihat dan mendengar. Oleh karena itu, sarana televisi dan radio serta reklame luar ruang sepatutnya menjadi jalur yang perlu lebih banyak dimasuki untuk membangkitkan rasa krisis tersebut.
Beberapa upaya ini, misalnya, telah ditempuh dengan memajang monumen kendaraan-kendaraan yang mengalami kejadian naas di lokasi strategis.
Penyampaian informasi tentang bahaya melanggar perlintasan kereta api, misalnya, telah dilakukan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Departemen Perhubungan lewat tayangan di layar televisi tiap gerbong kereta api eksekutif di Pulau Jawa.
Namun, tampaknya itu saja tidak cukup untuk menggugah para pengemudi ataupun perusahaan jasa angkutan umum. Diperlukan strategi dan penegakan hukum yang memberi efek jera bagi pihak terkait, misalnya, dengan penerapan sanksi pencabutan izin mengemudi dan pidana yang berat.
Upaya perbaikan
Di Indonesia selama ini orang yang menghargai keselamatan penerbangan rela membayar mahal untuk jasa angkutan yang lebih baik. Mereka, misalnya, terbang menggunakan maskapai penerbangan terkemuka milik pemerintah. Meskipun mengenakan tarif dua hingga tiga kali lipat dibandingkan dengan maskapai penerbangan swasta nasional, maskapai pemerintah ini mengoperasikan pesawat terbang yang relatif lebih baru dan memiliki fasilitas pemeliharaan yang bertaraf internasional.
Sayangnya, perusahaan penerbangan yang selama ini diandalkan pun terjerembab oleh peristiwa naas di Yogyakarta, 7 Maret lalu.
Keputusan mencekal 51 maskapai penerbangan tentunya bisa dicabut apabila ada upaya perbaikan yang nyata. Komisi Uni Eropa menyatakan akan mengevaluasi keputusan tersebut tiga bulan mendatang.
Kini yang menjadi pertanyaan lagi, apakah dalam waktu sesingkat itu segalanya bisa membaik mengingat yang perlu diubah adalah perilaku ribuan orang, terutama pihak operator dan sikap manajemen yang menjalankan jasa angkutan umum, di darat, laut, dan udara.
Memperbaiki layanan jasa transportasi bukan hanya menyelamatkan ribuan nyawa dan aset bangsa, tetapi terlebih lagi citra bangsa Indonesia di mata dunia.
Pencanangan pembangunan masyarakat berbasis pengetahuan oleh Pemerintah Indonesia belum lama ini juga akan sejalan dengan penyebaran dan peningkatan akses informasi tentang ancaman bencana. Bukan hanya bencana yang disebabkan fenomena alam, tetapi juga bencana oleh manusia sendiri ketika mengoperasikan sarana angkutan, yang merupakan produk buatan manusia sendiri.
Posted by RaharjoSugengUtomo at 10:54 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Kompas
8.440 Warga Mengungsi
KOMPAS - Rabu, 11 Juli 2007
Gunung Gamkonora Terus Semburkan Api
Ternate, Kompas - Gunung berapi Gamkonora di Kecamatan Ibu Selatan, Halmahera Barat, Maluku Utara, terus menyemburkan api berikut material debu dan asap yang membubung di puncak gunung. Sepanjang hari Selasa (10/7) tercatat 15 kali letusan kecil. Sebanyak 8.440 warga dari delapan desa yang mendiami wilayah di kaki gunung itu telah mengungsi.
Mereka yang mengungsi berasal dari Desa Baru, Adu, Nanas, Jere, Gamsungi, Bataka, Ngawet, dan Talaga. Desa Gamsungi yang merupakan desa terdekat dengan gunung api tersebut kini telah tertutup debu. Bala bantuan untuk pengungsi juga minim. Pemerintah Provinsi Maluku Utara baru mengirim tenda dan mi instan pukul 15.00 kemarin.
Koordinasi bantuan di tingkat Satkorlak Provinsi Maluku Utara juga tak berjalan mulus karena Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku Utara berada di Jakarta.
Proses evakuasi yang dilakukan pemerintah setempat berlangsung kurang mulus karena minimnya alat transportasi. Ribuan warga harus berjalan kaki belasan kilometer meninggalkan kediaman mereka. Wilayah aman yang bisa dijangkau dalam waktu singkat adalah Tosoa, sekitar 20 kilometer dari kaki Gamkonora.
Hingga Selasa petang proses evakuasi terus dilakukan Pemkab Halmahera Barat dengan dipimpin langsung oleh Bupati Namto Hui Roba yang baru kembali dari Jakarta, Selasa siang.
Gamkonora (1.635 meter dpl) sebenarnya sudah mulai aktif sejak Minggu, yang ditandai dengan suara gemuruh di puncaknya, tetapi warga baru panik ketika gunung itu menyemburkan lava pijar Senin dini hari. Camat Ibu Selatan Julius Marau sejak Minggu malam telah menginstruksikan warganya agar siaga menunggu proses evakuasi.
Butuh bahan pangan
Sebanyak 8.440 pengungsi kini terancam kekurangan bahan makanan. Cadangan beras milik Pemkab Halmahera Barat diperkirakan hanya cukup untuk dua hingga tiga hari ke depan.
Kepala Bagian Informasi dan Komunikasi Kabupaten Halmahera Barat Kalbi Rasyid mengatakan, bahan makanan yang sudah dikirim adalah 5,2 ton beras, 300 dus mi instan, dan lauk-pauk. Tambahan 3 ton beras dikirim Selasa petang. Bantuan tersebut didistribusikan ke pengungsian di Desa Tosoa, Goal, Kecamatan Ibu Selatan, dan Desa Tongute Ternate, Kecamatan Ibu Tengah.
Pasokan bahan makanan bisa bermasalah karena cadangan beras pemkab terbatas. Diharapkan pasokan logistik dari pemerintah provinsi segera dikirim.
Para pengungsi juga menghadapi persoalan air bersih karena hanya ada satu mobil tangki air yang beroperasi, minimal dibutuhkan tiga mobil tangki air. Selain itu, mereka juga memerlukan masker dan obat-obatan.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sejak 9 Juli pukul 16.30 menaikkan status Gunung Gamkonora dari Siaga menjadi Awas. Warga yang berdiam dalam radius 8 kilometer dari puncak gunung dianjurkan mengungsi.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Surono di Bandung, Selasa, mengatakan, ketinggian asap hitam kemarin sekitar 2.500 meter atau 1.500 meter lebih rendah dibandingkan Senin lalu. Namun, hal itu belum bisa diartikan aktivitas Gamkonora telah menurun. Surono mengimbau agar warga tidak panik karena tak ada indikasi aktivitas gunung akan memicu munculnya tsunami.
(ZAL/ANG/CHE)
Posted by RaharjoSugengUtomo at 10:49 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Kompas
Tim FAA Audit Maskapai AdamAir
KOMPAS - Rabu, 11 Juli 2007
Jakarta, Kompas - Federal Aviation Administration Amerika Serikat akan memeriksa dan mengaudit maskapai penerbangan AdamAir.
Pemeriksaan Federal Aviation Administration (FAA) terkait dengan pelaksanaan prosedur dan praktik keselamatan penerbangan nasional.
"Secara acak, kami memilih maskapai AdamAir. Kami ingin melihat sejauh mana usaha perbaikan pemenuhan standar keselamatan penerbangan yang dilakukan maskapai Indonesia," kata Manager Flight Standard Service FAA Asia Pasifik Michael Daniel, Selasa (10/7) di Jakarta.
Dia mengatakan, ada tiga masalah pokok yang akan dinilai. Pertama, implementasi regulasi penerbangan. Kedua, operasional maskapai penerbangan dan yang terakhir adalah fasilitas perawatan pesawatnya.
Menurut Daniel, audit dan pemeriksaan terhadap AdamAir akan dilakukan dengan waktu secukupnya. Dari audit itu akan dibuat rekomendasi dan laporan kepada FAA pusat di AS.
Selanjutnya, FAA akan menentukan kelompok kategori maskapai Indonesia. FAA pada Maret 2007 telah mengeluarkan penilaian terhadap maskapai penerbangan Indonesia yang masuk dalam kategori II menyusul sejumlah kecelakaan pesawat di Tanah Air sejak awal tahun ini.
"Audit ini sebenarnya tidak semata untuk menentukan peringkat maskapai Indonesia. Audit ini juga untuk mengetahui bantuan teknis yang bisa diberikan kepada Indonesia agar industri penerbangannya bisa menjadi kelompok kategori I," kata Daniel.
Direktur Sertifikasi Kelaikan Udara Departemen Perhubungan (Dephub) Yurlis Hasibuan menjelaskan, tim FAA yang akan memeriksa AdamAir terdiri dari divisi legal, operasional penerbangan, dan tim yang didukung oleh Civil Aviation Safety Authority (CASA) Australia sebagai peninjau dan FAA Asia Pasifik sebagai pendukung utama.
Pemeriksaan AdamAir sudah seizin Pemerintah Indonesia. FAA mengajukan izin pemeriksaan terhadap lima maskapai, yakni Garuda Indonesia, Batavia, Mandala, Lion, dan AdamAir. Dari lima maskapai itu, FAA akhirnya memilih AdamAir.
Direktur Utama AdamAir Adam Aditya Suherman mengatakan, pihaknya akan terbuka dan membantu sepenuhnya proses audit yang dilakukan FAA terhadap perusahaannya.
"Tidak akan ada yang kami tutupi. Justru sebaliknya, kami akan membantu mereka dengan informasi yang sebenarnya. Apalagi ini demi peningkatan keselamatan penerbangan yang sudah disorot dunia internasional," ujar Adam.
Dephub menargetkan semua maskapai penerbangan dan bandara komersial di Indonesia menerapkan secara penuh sistem manajemen keselamatan pada akhir tahun ini.
Program ini merupakan ketentuan yang dipersyaratkan oleh Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (International Civil Aviation Organization/ICAO) agar industri senantiasa mengedepankan keselamatan sehingga secara tidak langsung terbentuklah budaya keselamatan.
"Untuk maskapai sebelum 1 Januari 2008, sedangkan untuk bandara komersial targetnya hingga akhir tahun ini sudah harus mampu mengimplementasikan," kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Dephub Budhi M Suyitno di Jakarta. (OTW)
Posted by RaharjoSugengUtomo at 10:48 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Kompas
KRI Yos Sudarso Sempat Terbakar
KOMPAS - Rabu, 11 Juli 2007
Jakarta, Kompas - Api dengan asap pekat sempat menyala di dek kamar mesin KRI Yos Sudarso yang tengah diperbaiki di galangan kapal PT Dok Koja Bahari, Jakarta Utara, Selasa (10/7) antara pukul 10.00 dan 13.00. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, tetapi seorang petugas jaga menderita sesak napas.
Lima unit mobil pemadam kebakaran tiba di lokasi pukul 10.00, termasuk dari PT Bogasari Flour Mills. Seperti yang dituturkan Asisten Manajer Security, Safety and Fire Brigade Bogasari Yosef Luon, mobil berkapasitas 6.000 liter itu dikirim pukul 10.00 ke sekitar kapal. Api dan asap di kamar mesin dapat dipadamkan pukul 13.00.
"Api dan asap pekat muncul di kamar mesin. Bersama mobil pemadam dari instansi lain, air satu mobil tangki berkapasitas 6.000 liter yang kami kirimkan habis tersiram ke kapal. Petugas kami bekerja sampai pukul 13.00," kata Yosef.
Belasan wartawan yang hendak meliput kebakaran hanya dapat sampai gerbang PT Dok Koja Bahari karena dilarang masuk. Bahkan, tiga petugas yang baru turun dari kapal melempari wartawan dengan batu untuk menghalau. Talaosa, salah seorang wartawan, menyesalkan adanya kejadian tidak bersahabat itu.
KRI Yos Sudarso adalah kapal perang milik TNI AL yang dioperasikan Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) TNI AL di Surabaya, Jawa Timur. Kepala Dinas Penerangan Koarmatim Letnan Kolonel (L) Toni Syaiful menyebutkan, kapal buatan Belanda tahun 1960 ini naik dok karena sedang dalam pemeriksaan atau overhaul.
Menurut Toni, kebakaran tidak parah, tetapi dia enggan memerincinya karena sesuai dengan ketentuan internal TNI AL, setiap kapal yang masuk dok menjadi tanggung jawab Markas Besar TNI AL.
Sementara itu, Kepala Dinas Penerangan Mabes TNI AL Kolonel (L) Bambang Darmawan menyebutkan, tidak ada kebakaran di KRI Yos Sudarso.
Namun, ia menyebutkan, kapal itu memang sedang dalam pemeriksaan di galangan kapal PT Dok Koja Bahari. Pada Selasa siang ada pengelasan di dek bawah. Bunga api yang memercik dari pengelasan itu mengenai serabut pelapis dinding (glass wool) dan menimbulkan asap pekat. Serabut berfungsi sebagai lapisan peredam suara dan panas.
"Pengelasan dilakukan oleh PT Dok Koja Bahari," kata Bambang Darmawan.
Pada saat kejadian seorang anggota TNI AL sesak napas, tetapi Bambang belum mengetahui identitas petugas itu. (cal)
Posted by RaharjoSugengUtomo at 10:43 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Kompas