Thursday, August 09, 2007

Fauzi Bowo Jadi Jadi Gubernur

KOMPAS - Kamis, 09 Agustus 2007

Pencapaian Kubu Adang-Dani Prestasi Tersendiri

Jakarta, Kompas - Pasangan Fauzi Bowo-Prijanto memenangi Pilkada DKI 2008 berdasarkan penghitungan cepat yang dilakukan sejumlah lembaga independen, termasuk Litbang Kompas. Menanggapi hal itu, pasangan Adang Daradjatun-Dani Anwar menyatakan siap menerima hasil apa pun, tetapi tetap akan menunggu hasil resmi yang dikeluarkan Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta.
Hasil penghitungan cepat lembaga independen menunjukkan, pasangan Fauzi-Prijanto unggul di kisaran 56-58 persen, sedangkan pasangan Adang-Dani meraih 42-44 persen.
Kemenangan ini disambut sukacita kubu Fauzi-Prijanto, yang menyebutnya sebagai "kemenangan seluruh warga Jakarta".
Fauzi menilai hasil penghitungan cepat itu dapat dipertanggungjawabkan. "Memang ada margin error. Akan tetapi, tentu itu taruhan profesionalisme mereka yang membuat quick count," katanya.
Ditanya soal kemenangannya yang tidak mutlak, Fauzi mengatakan, baginya yang penting pemenangnya sudah mendapatkan legitimasi.
"Di kota-kota besar seperti Jakarta, hasil perolehan suara dalam pilkada umumnya seperti ini, tapi yang menentukan adalah legitimasi," katanya, Rabu (8/8) malam.
Mengenai kemungkinan bahwa ia harus berbagi kekuasaan dengan 20 parpol pendukungnya, Fauzi mengatakan isu itu tidak relevan. "Bagi saya, parpol-parpol itu punya komitmen menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), mengawal Pancasila sebagai dasar negara," katanya.
Bagi Adang Daradjatun, menang kalah adalah hal biasa. Ia menyatakan siap dengan hasil apa pun, tetapi meminta semua pihak untuk menunggu hasil resmi dari KPU DKI Jakarta.
"Ini semua masih proses, jadi sekarang menunggu saja hasil-hasil quick count lainnya dan penghitungan yang dilakukan tim PKS (Partai Keadilan Sejahtera)," kata Adang di kediamannya di Cipete, Rabu malam.
Adang mengaku tidak akan menyalahkan siapa pun jika memang dinyatakan kalah. "Saya bukan model orang yang kalau kalah lalu nyalahin orang," katanya sambil menambahkan, semua lembaga bebas melakukan penghitungan cepat, tetapi hasil resmi merupakan wewenang KPU DKI Jakarta.
"Tidak tegang, tidak kepikiran, ya, santai sajalah. Kalau memang kalah, saya kan masih ada istri, cucu-cucu, dan anak-anak juga," ujar Adang.
PKS petik keuntungan
Kendati pasangan Adang-Dani kalah, Rektor Universitas Paramadina Anis Rasyid Baswedan menilai PKS mendapatkan keuntungan politis yang sangat besar.
"Ibarat mesin yang dipakai pada 2004 dan akan dipakai lagi 2009, mesin partai lain tidak dipanasi, sedangkan PKS sudah diminyaki di tahun 2007 dan dengan dana orang lain," paparnya.
Anis Rasyid menilai koalisi 20 parpol gagal mengoptimalkan upayanya untuk meraih suara yang signifikan, tetapi hanya berhasil menghentikan Adang.
"Bagaimana mungkin koalisi yang menghimpun 78 persen malah mengkerut. Pemilihnya pergi ke mana?" kata Anis Rasyid sambil menegaskan, Pilkada DKI sekaligus menunjukkan pentingnya pengorganisasian partai.
Hal senada disampaikan pengamat politik Ryaas Rasyid. Menurut dia, kemenangan Fauzi sudah diprediksi sebelumnya. "Sejak awal, saya sudah yakin Fauzi unggul," kata Ryaas yang menjadi penasihat Fauzi Bowo dalam Pilkada DKI Jakarta.
Namun, angka kemenangan Fauzi di bawah target. "Kami menargetkan Fauzi menang di atas 60 persen, tapi ternyata di bawah itu. Jadi, meski Adang kalah, PKS sesungguhnya menang," ujarnya.
Sekretaris Jenderal PKS Anis Matta berpandangan serupa. "Pilkada DKI ini menjadi bukti kemenangan mesin politik PKS, apalagi jika dibandingkan dengan kekuatan 20 partai politik. Pengeroyokan seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Indonesia," ujar Anis Matta.
Itu artinya, kata Anis Matta, ada perluasan basis massa PKS yang tidak semata massa Islam, tetapi meluas ke kalangan non-Islam, bahkan kalangan etnis China.
Modal besar
Namun, di sisi lain, pasangan Fauzi-Prijanto dianggap memiliki modal besar untuk mewujudkan Jakarta yang lebih baik, kata peneliti senior CSIS, J Kristiadi. Sebab, selain didukung sekitar 58 persen suara rakyat, lebih dari 70 persen suara kursi di DPRD DKI Jakarta juga ada di belakang mereka.
Fauzi juga dinilai amat mengenal Jakarta karena sudah 30 tahun menjadi birokrat, sedangkan Prijanto dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan sederhana. "Sekarang tinggal bagaimana pasangan itu bekerja dan bagaimana rakyat mengontrol mereka," tutur Kristiadi.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai kemenangan Fauzi-Prijanto dipastikan akan melanjutkan kesinambungan program pembangunan kota Jakarta yang selama ini telah dijalankan.
Kesinambungan itu akan mewujudkan Jakarta sebagai ibu kota negeri yang sekaligus menjadi semacam "ruang pamer" bagi citra kondisi Indonesia secara menyeluruh. (KSP/SUT/NWO/MAM/ HAR/MZW/**)

BaCa SeLeNgKaPnYa disini...

Analisis "Kompas": Suara Golput Nyaris Menyamai Suara Pemenang

KOMPAS - Kamis, 09 Agustus 2007

BAMBANG SETIAWAN dan BE SATRIO

Hasil penghitungan cepat (quick count) Litbang Kompas menunjukkan perolehan suara pasangan Fauzi Bowo-Prijanto mengungguli pasangan Adang Daradjatun-Dani Anwar dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta, 8 Agustus 2007. Adapun tingkat golput dalam pilkada diprediksi mencapai 33,65 persen. Pengertian golput dalam konteks ini adalah mereka yang tidak menggunakan hak pilihnya karena berbagai alasan.
Berdasarkan penghitungan cepat Litbang Kompas yang dilaksanakan di 250 tempat pemungutan suara (TPS) yang tersebar di semua kecamatan di Provinsi DKI Jakarta, Fauzi-Prijanto yang diusung Koalisi Jakarta—koalisi 20 partai politik—memperoleh 57,76 persen suara, sedangkan pasangan Adang-Dani yang diusung Partai Keadilan Sejahtera memperoleh 42,24 persen suara.
Jumlah sampel sebanyak 250 TPS mewakili 81.286 suara pemilih. Dengan tingkat kepercayaan 99 persen, hasil penghitungan cepat ini memiliki margin of error 0,45 persen.
Dukungan paling kuat dari pasangan Fauzi-Prijanto berasal dari Jakarta Barat (61,02 persen). Jumlah suara di Jakarta Barat berdasarkan data pemilih tetap adalah 1.288.292 orang. Sementara itu, suara untuk Adang-Dani paling tinggi (43,24 persen) berada di wilayah Jakarta Timur. Jakarta Timur merupakan wilayah terpadat dengan jumlah pemilih 1.639.519 orang. Berdasarkan Pemilu DPR tahun 2004, untuk wilayah Jakarta, PKS mencatat kemenangan tertinggi di Jakarta Timur dengan 30,9 persen suara.
Tingkat partisipasi
Walaupun sebelumnya diprediksi tingkat partisipasi politik masyarakat dalam Pilkada DKI Jakarta akan berada di bawah 60 persen, kenyataannya pilkada langsung pertama di Ibu Kota ini mampu mengundang partisipasi yang cukup tinggi dibandingkan dengan pilkada di seputar Jakarta.
Tingkat partisipasi masyarakat dalam pilkada, menurut hasil penghitungan cepat, diprediksi berada di kisaran 66,31 persen. Partisipasi paling tinggi di Jakarta Pusat (72,12 persen) dan terendah adalah Jakarta Utara (60,46 persen).
Mereka yang tidak menggunakan hak pilihnya (golput) tertinggi berada di Jakarta Utara (39,54 persen), sedangkan terendah berada di Jakarta Pusat (27,88 persen).
Tingkat golput yang berada di kisaran 33,65 persen ternyata tidak terlalu jauh terpaut dengan perolehan riil suara pasangan Fauzi-Prijanto. Dari 126.223 sampel daftar pemilih tetap, pasangan tersebut meraih 37,2 persen. Malahan, dengan suara yang didapat Adang-Dani (27,2 persen) dari total sampel, ternyata golput lebih tinggi.
Hasil pemantauan di tempat pemungutan suara, sampel menunjukkan hampir semua perlengkapan, seperti bilik suara, kotak suara, daftar pemilih, tinta jari, dan papan penghitungan disiapkan sebelum pencoblosan dimulai. Penghitungan di TPS pun kebanyakan dilakukan tepat waktu, yaitu antara pukul 13.00 dan 13.59 dan selesai satu jam kemudian.
Dilihat dari prosedur pilkada, pengamatan menunjukkan bahwa mayoritas TPS melakukan prosedur pencoblosan sesuai dengan aturan KPUD.
Meski demikian, pilkada kali ini juga tidak luput dari beberapa kelemahan. Kelemahan mendasar, sebagaimana tercermin dalam pengamatan, adalah persoalan pendaftaran. Dari total TPS yang menjadi sampel, 55 persen TPS mendapat protes dari warga yang merasa tidak didaftar dan tidak mendapatkan kartu pemilih.
Dalam penghitungan suara terlihat partisipasi berbagai pihak. Di hampir semua TPS yang diamati, saksi dari kedua calon turut hadir mengamati penghitungan suara. Selain itu, kehadiran masyarakat juga terlihat dalam penghitungan di hampir semua TPS.
Akhirnya, meskipun di beberapa tempat pemungutan suara terjadi protes atas hasil yang diperoleh, secara umum hasil pilkada bisa diterima tanpa protes. Setidaknya, di 91,2 persen tempat pemungutan suara yang menjadi sampel hasil pilkada bisa diterima tanpa protes. (Litbang Kompas)

BaCa SeLeNgKaPnYa disini...

Pilkada DKI: Tak Jadi, Ya, Bermain dengan Cucu...

KOMPAS - Kamis, 09 Agustus 2007

R Adhi Kusumaputra

Rumah Adang Daradjatun di kawasan Cipete, Jakarta Selatan, sejak Rabu (8/8) pagi, dipenuhi puluhan wartawan, kerabat, dan keluarga.
Pukul 09.00 Adang dan keluarganya berjalan kaki dari rumahnya menuju tempat pemungutan suara (TPS) yang berjarak sekitar 100 meter. Dalam perjalanan, Adang menyempatkan diri bersalaman dengan sejumlah warga.
Setiba di TPS 17 di RT 01 RW 04, Cipete Selatan, puluhan warga dan wartawan telah menanti. Bernomor urut 89-93, Adang bersama istri dan ketiga anaknya menggunakan hak pilih mereka.
Adang menunggu penghitungan suara di TPS dengan berbincang-bincang bersama jurnalis, kerabat, serta keluarganya di rumah. "Kita hidup harus sabar. Jadi kalau toh Tuhan tidak memberi kesempatan, itu harus diterima. Kalau tidak jadi gubernur, ya, ketemu istri yang cantik, anak yang manis, cucu yang cantik, itu sajalah, santai. Olahraga lagi, kembali bernyanyi," tutur Adang.
Saat penghitungan suara di TPS 17, Cipete Selatan, dimulai, hampir 100 orang memadati tenda penghitungan suara. Tepuk tangan terdengar ketika nama Adang disebut. Adang-Dani unggul dengan 187 suara dari total 222 pemilih di TPS itu. Fauzi-Prijanto mendapat 35 suara.
Namun, saat hasil penghitungan cepat (quick count) diumumkan di sejumlah stasiun televisi, suasana rumah Adang menghangat. Tuza, salah seorang putra Adang, mengimbau warga sekitar untuk tidak menonton salah satu stasiun televisi yang menyiarkan langsung perkembangan hasil penghitungan cepat.
Setiap ada hasil penghitungan cepat terbaru di stasiun televisi mana pun, puluhan kerabat yang menunggu hasil sambil duduk-duduk dan mengobrol bangkit dari kursi masing-masing dan bersamaan mendekati televisi. Ketika hasil penghitungan cepat menunjukkan kemenangan Fauzi, mereka mengatakan, penghitungan itu masih sementara.
"TPS-nya ada 11.000 kok cuma ngitung dari 200 TPS dipukul rata," ujar seorang kerabat Adang. Kerabat dan keluarga Adang mulai tampak tenang saat hampir semua hasil penghitungan cepat diumumkan. Namun, sejak itu keluarga Adang tak tampak lagi.
Menurut Ketua Adang-Dani Center Hartono, Adang dan keluarga butuh istirahat setelah melayani sejumlah wartawan dan kerabat dari pagi.
Fauzi datang bersama cucu
Sementara itu, Fauzi Bowo datang bersama istrinya, Tatiek, serta tiga anak, dua menantu, dan empat cucunya ke TPS 01 Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat. Mereka berjalan kaki ke TPS yang lokasinya sekitar 300 meter dari rumah Fauzi di Jalan Teuku Umar.
"Coblos kumisnya, coblos kumisnya, coblos kumisnya sekarang juga." Suara empat anak-anak kecil berusia 2 tahun sampai 4 tahun itu menarik perhatian. Mereka adalah cucu Fauzi Bowo, yaitu Rahzan (2), Jamila (3), Shila (4), dan Almira (4) yang menemani sang kakek, Fauzi Bowo, menuju TPS 01 Gondangdia, yang berlokasi di halaman Kantor Yayasan Jantung Indonesia.
Fauzi Bowo memang tampak percaya diri. Sehari sebelumnya ia menegaskan, tak ada kata "kalah" dalam kamusnya. Pernyataan itu bisa dibaca sebagai rasa percaya dirinya untuk memenangi Pilkada DKI Jakarta.
"Semua keluarga mendukung Bapak. Anak, menantu, bahkan cucu-cucu pun ikut serta ke TPS," kata Tatiek Bowo seusai mencoblos.
Tatiek Bowo mengungkapkan, beberapa saat menuju TPS, mereka sekeluarga berdoa bersama di rumah. "Bapak kelihatan biasa saja, tidak nervous," katanya melukiskan suasana hati Fauzi.
Putri (alm) Soedjono Hoemardani ini sempat ditanya wartawan seandainya suaminya kalah, apa yang akan dikerjakan. "Bapak bisa mengajar lagi, jadi konsultan, atau apa saja. Banyak yang bisa dikerjakan," katanya.
Sebaliknya jika Fauzi menang, Tatiek mengatakan, suaminya dapat langsung bekerja pada hari pertama karena sudah menguasai permasalahan kota Jakarta.
"Saya senang Bapak ternyata dicintai banyak warga Jakarta," katanya.
Di TPS 01 Gondangdia, "kandang" Fauzi Bowo, terlihat sejumlah tokoh antara lain janda pahlawan revolusi Ny AH Nasution, Ny Maraden Panggabean, Ny Imron Rosyidi, Pontjo Sutowo, Bambang Trihatmodjo, Chairul Tanjung.
Ketika penghitungan suara di TPS dimulai, Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) Ny Suhadi berulang kali menyebut nama Fauzi Bowo sebagai "Pak Kumis", "Kumis Hitam", "Bang Kumis", "Fauzi Kumis". Sebutan ini mencairkan suasana tegang. Banyak orang yang hadir tertawa tergelak-gelak mendengarkan "kreativitas" Ny Suhadi itu.
Kumis ternyata menjadi ikon Fauzi Bowo dalam Pilkada DKI Jakarta. "Ada yang mengusulkan agar saya membuka warung soto pak kumis di Jalan Kendal kalau menang dalam pilkada," kata Fauzi Bowo, yang pada hari sebelumnya menyantap soto betawi Pak Kumis dengan lahap.
Pengamat politik Ryaas Rasyid melihat kemenangan Fauzi Bowo sebagai hasil kerja gabungan dan koalisi berbagai pihak dengan sejumlah kepentingan.
Pertama, 20 parpol pendukung Fauzi-Prijanto punya beban psikologis untuk memenangkan pasangan nomor dua ini. Kedua, kelompok yang menginginkan pluralisme dipertahankan. Ketiga, kelompok yang menginginkan pembangunan tetap dilanjutkan.
Mereka ini semua, kata Ryaas, otomatis bekerja untuk memenangkan Fauzi-Prijanto, untuk mengamankan berbagai kepentingan. Ini semua menyatukan gerakan. Jadi bukan soal strategi kampanye yang canggih, bahkan juga soal kumis.
Budiman Sudjatmiko, kader PDI-P, melihat ini kemenangan nasionalis, pluralis, dan Islam kebangsaan. "Ini modal membangun, menyejahterakan warga Jakarta," katanya. (**)

BaCa SeLeNgKaPnYa disini...

Sonthi Akan ke Politik jika Situasi Tak Stabil

KOMPAS - Kamis, 09 Agustus 2007

Pemilu Tetap Bisa Diselenggarakan Akhir 2007

Jakarta, Kompas - Pemimpin kudeta Thailand, Jenderal Sonthi Boonyaratglin, Rabu (8/8), menegaskan, saat ini ia belum dapat memastikan apakah akan terjun ke politik atau tidak saat memasuki masa pensiun, 30 September mendatang.
"Hal itu tergantung dari kestabilan politik di Thailand. Sekarang ini politik dalam keadaan stabil. Jika keadaan tetap stabil, tentara akan mundur dan mengikuti pemerintahan baru. Kalau keadaan politik tidak stabil, saya akan terjun ke politik. Namun, tentunya sesuai sistem demokrasi," kata Jenderal Sonthi, yang di negerinya dikenal luas sebagai jenderal yang bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme, dalam suatu percakapan di Jakarta. Ia berada di Indonesia untuk kunjungan resmi selama dua hari. Ia diterima Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Rabu malam.
Keputusan Jenderal Sonthi akan terjun ke politik atau tidak sangat ditunggu-tunggu di Bangkok mengingat bulan depan ia akan memasuki usia pensiun, yakni 60 tahun. Bahkan, sudah ada partai yang melamarnya untuk bergabung.
Jenderal Sonthi mendapatkan tekanan kuat dari kalangan politisi di negerinya untuk mengembalikan sistem demokrasi.
Sonthi yang melakukan kudeta tidak berdarah, 19 September 2006, menyatakan keyakinannya bahwa investor tetap akan masuk ke Thailand karena infrastruktur di sana sudah siap dan terbangun dengan baik.
"Saya kira tidak ada halangan bagi investor memasuki Thailand sebab keadaan politik dan ekonomi sangat stabil dan mata uang baht juga sangat kuat," ujarnya.
Kudeta yang dilancarkan Sonthi itu merupakan kudeta yang ke-18 sejak kekuasaan mutlak raja diakhiri tahun 1932.
Ketika ditanyakan lebih detail atas pernyataannya yang dikutip media di Bangkok tentang perlunya peranan militer dimasukkan dalam konstitusi yang drafnya sedang disusun, ia membantah telah menyampaikan pernyataan itu. Suatu komisi sedang membahas draf konstitusi baru, menggantikan Konstitusi 1997. Diharapkan, draf itu akan diterima rakyat Thailand melalui referendum yang akan diselenggarakan 19 Agustus mendatang. Apabila rakyat Thailand menolak draf itu, Perdana Menteri Thailand Surayud Chulanont mempunyai waktu 30 hari untuk memperbaikinya sehingga pemilihan umum Thailand diharapkan akan bisa tetap diselenggarakan pada akhir tahun 2007.
Ditanya apakah yang dimaksud dengan draf konstitusi baru mendatang harus lebih etis, Jenderal Sonthi menjelaskan bahwa undang-undang dasar baru itu harus secara tegas meletakkan dasar-dasar agar ke depan tidak terjadi korupsi serta akan menghasilkan pribadi-pribadi dan penyelenggara negara yang jujur, penuh pengabdian, dan setia kepada raja. (*/JL)

BaCa SeLeNgKaPnYa disini...

Hubungan Bilateral: PM Vietnam Mengutamakan Indonesia

KOMPAS - Kamis, 09 Agustus 2007

Jakarta, Kompas - Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung memilih Indonesia sebagai negara ASEAN pertama yang dikunjunginya sejak ia terpilih tahun lalu.
Pilihan pertama Vietnam untuk Indonesia ini dimaknai sebagai sebuah keistimewaan dan menggarisbawahi hubungan khusus Indonesia dan Vietnam.
"Kunjungan PM Vietnam ke Indonesia sebagai rangkaian kunjungan ke enam negara ASEAN. Indonesia adalah negara pertama yang dikunjungi. Ini menggarisbawahi hubungan khusus Indonesia dan Vietnam," ujar Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda seusai mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima PM Vietnam dan anggota delegasinya di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (8/8).
Kekhususan hubungan Indonesia dan Vietnam digarisbawahi PM Tan Dung dalam pertemuan empat mata dan pertemuan bilateral. Kekhususan hubungan itu didasari kesamaan Indonesia dan Vietnam dalam berjuang memperoleh dan menegakkan kemerdekaan.
Presiden dan Ny Ani Susilo Bambang Yudhoyono menyambut PM Tan Dung dan anggota delegasinya di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Menurut Hassan, dalam pertemuan itu Indonesia dan Vietnam sepakat untuk memantapkan hubungan bilateral di semua aspek, yang sejak tahun 2003 dikemas dalam bentuk kerja sama komprehensif.
Pemimpin kedua negara juga membicarakan hal-hal yang terkait dengan upaya memajukan kerja sama ASEAN di tengah proses transformasi ASEAN menuju pembentukan komunitas ASEAN.
Meningkat pesat
Secara khusus, dalam pertemuan itu disinggung mengenai pesatnya peningkatan perdagangan Indonesia dan Vietnam pada tahun 2006, yang mencapai 1,8 miliar dollar AS.
Dari jumlah itu, Indonesia mendapat surplus 240 juta dollar AS. Meskipun meningkat pesat, nilai perdagangan tersebut belum mencapai potensi penuh Indonesia dan Vietnam.
Dalam pertemuan itu juga dibicarakan keuntungan investasi yang diperoleh Vietnam dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam lima tahun terakhir mencapai 8,3 persen. Kesepakatan perjanjian landas kontinen kedua negara akan menjadi landasan kerja sama eksplorasi minyak oleh Pertamina, Petronas, dan Petrovietnam.
Setelah pertemuan empat mata dan pertemuan bilateral, Presiden Yudhoyono dan Perdana Menteri Tan Dung menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman di bidang kerja sama kebudayaan dan nota kesepahaman antara Komisi Pemberantasan Korupsi dan Inspektorat Pemerintah Vietnam.
"Dalam nota kesepahaman soal korupsi disepakati untuk saling menukar pengalaman dan saling membantu di bidang hukum," ujar Hassan.
Pertemuan tidak menyinggung secara langsung masalah bergesernya investasi perusahaan multinasional dari Indonesia ke Vietnam.
Hassan menilai pergeseran itu wajar saja karena investor akan terus bergerak dan bergeser ke tempat yang lebih menguntungkan. Untuk menghormati tamu dari Vietnam, semalam berlangsung jamuan kenegaraan di Istana Negara. (INU)

BaCa SeLeNgKaPnYa disini...

40 Tahun ASEAN: Komunitas Harus Jadi Kepentingan Indonesia

KOMPAS - Kamis, 09 Agustus 2007
Jakarta, Kompas - Pembentukan Komunitas ASEAN haruslah menjadi kepentingan seluruh rakyat Indonesia. ASEAN adalah kita semua dan, oleh karena itu, segala sesuatu yang menyangkut ASEAN adalah menyangkut kita semua.
"Perkembangan ASEAN adalah arah masa depan kita. ASEAN adalah peluang yang harus dimanfaatkan untuk membangun kehidupan yang lebih baik di kawasan (Asia Tenggara) dan di Indonesia," demikian ditegaskan Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda dalam pesannya saat memperingati 40 tahun ASEAN di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Rabu (8/8).
Hassan menegaskan, dalam era globalisasi, kerja sama antarbangsa merupakan suatu keniscayaan. Jalinan kerja sama tersebut telah mempertautkan suatu bangsa dengan bangsa lainnya, dalam intensitas yang tidak terbayangkan sebelumnya.
"Kondisi geopolitik dan geoekonomi Indonesia telah menempatkan kawasan Asia Tenggara sebagai lingkar kepentingan utama politik dan hubungan luar negerinya. ASEAN adalah saka guru politik luar negeri Indonesia mengingat kepentingan langsung Indonesia akan kawasan ini," ujar Hassan.
Integrasi penuh
Hassan menguraikan, hakikat dari suatu komunitas ASEAN adalah terwujudnya suatu integrasi penuh kawasan yang damai dan sejahtera. Komunitas ASEAN tersebut akan ditandai dengan semakin besarnya interaksi bidang politik dan keamanan. Adanya pasar tunggal dan basis produksi dengan aliran bebas barang, jasa, modal, dan orang. Terwujudnya masyarakat yang peduli dan berbagi, yang menitikberatkan pada pembangunan sosial, pendidikan dan pengembangan manusia, kesehatan masyarakat, kebudayaan dan informasi, serta perlindungan lingkungan. (OKI)

BaCa SeLeNgKaPnYa disini...