KOMPAS - Rabu, 29 Agustus 2007
Penyeberangan Penumpukan Kendaraan Angkutan Barang di Merak Masih Parah
Jakarta, Kompas - Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Darat memutuskan, terhitung Kamis (30/8), menambah tujuh kapal di lintasan penyeberangan Merak-Bakauheuni. Masuknya tujuh kapal tambahan diharapkan dapat mengurangi antrean panjang truk angkutan barang di sepanjang jalur itu.
"Saat ini sudah ada tujuh kapal yang kami alihkan dari lintasan penyeberangan lain, seperti dari Surabaya dan Makassar. Kapal itu akan beroperasi mulai Kamis besok," kata Direktur Jenderal Perhubungan Darat Iskandar Abubakar, Selasa di Jakarta.
Penumpukan kendaraan yang terjadi di Merak dan Bakauheuni akibat kurangnya kapal penyeberangan yang beroperasi. Setidaknya ada enam kapal yang secara bersamaan diperbaiki.
Dalam kondisi normal, lintasan penyeberangan Merak-Bakauheuni, kata Iskandar, minimal harus dilayani 18 kapal. Namun, saat ini jumlah kapal yang melayani di lintasan tersebut hanya 12 kapal.
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan Kantor Administrator Pelabuhan Banten untuk kurun waktu Januari-Juni 2007, setidaknya delapan kapal roll on roll off atau roro yang beroperasi di Pelabuhan Merak kerap mengalami kerusakan mesin. Bahkan, enam di antaranya harus diganti karena tidak mampu melayani jasa penyeberangan sesuai jadwal yang ditentukan.
Kepala Bidang Kelaiklautan Kapal Kantor Administrator Pelabuhan Banten Adang Rodiana menyebutkan, selain 8 kapal tersebut, masih ada 14 kapal lainnya yang kondisinya dinilai baik tetapi dipaksakan untuk melayani penyeberangan hingga melampaui batas maksimal perjalanan atau trip yang ditetapkan.
Perbaikan kapal yang dilakukan secara bersamaan dalam beberapa bulan ini, menurut Iskandar, terkait dengan upaya peningkatan perbaikan faktor keselamatan pelayaran yang menjadi kebijakan pemerintah.
"Tidak ada lagi toleransi bagi pengusaha kapal penyeberangan menunda perbaikan. Karena itu, kapal-kapal yang sudah jatuh tempo untuk perbaikan harus masuk bengkel," kata Iskandar.
Pihaknya tidak menampik bahwa kebijakan ini berdampak pada terjadinya antrean panjang angkutan barang jalur Jawa-Sumatera. Namun, penumpukan itu akan bisa ditekan dengan pengalihan pengoperasian kapal penyeberangan dari lintasan lain.
Sesuai regulasi, kapal angkutan penumpang harus menjalani perbaikan dan perawatan setiap tahun sekali. Untuk perawatan ringan reguler kapal biasanya dibutuhkan waktu selama 1-2 minggu. Untuk perawatan berat dibutuhkan waktu 2-3 minggu, bahkan satu bulan.
Sulit melakukan perawatan
Wakil Ketua Bidang Angkutan Penumpang Kapal Laut dan Kapal Penyeberangan Indonesian National Shipowners Association (INSA) Bambang Haryo mengungkapkan, secara prinsip pengusaha kapal mendukung upaya peningkatan keselamatan pelayaran. Semua kapal memang harus menjalani perbaikan dan perawatan.
Namun, saat ini pengusaha kesulitan untuk menjalani perbaikan dan perawatan kapalnya dengan tepat waktu. Hal ini karena banyaknya dok di galangan kapal yang dipakai untuk pembangunan kapal baru.
"Saat ini hampir di semua galangan kapal sedang kebanjiran pesanan pembuatan kapal baru. Dok yang seharusnya digunakan untuk perbaikan kapal juga dipakai untuk pembangunan kapal. Akibatnya, kapal-kapal harus antre masuk dok dan semakin lama tidak beroperasi.
Bambang mengungkapkan, dari jumlah kapal, memang rute penyeberangan masih bisa terlayani. Namun, kalau perbaikan kapal dilakukan secara bersamaan, akan ada beberapa lintasan yang pelayanannya terganggu.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda) Murphy Hutagalung mengatakan, penumpukan kendaraan di pelabuhan mencerminkan ketidaksiapan pemerintah mengantisipasi kebijakan pemeriksaan kapal.
Kebijakan pemerintah meniadakan toleransi pemeriksaan kapal memang cukup baik untuk meningkatkan keselamatan pelayaran. Meskipun demikian, pemerintah juga semestinya mengantisipasi kekurangan kapal penyeberangan.
"Sekarang ini pengguna jasa kapal penyeberangan dan masyarakat juga menanggung kerugian. Karena tertahan di pelabuhan selama beberapa hari, biaya yang dikeluarkan sopir meningkat. Pemilik barang tentunya menjadi pihak yang dirugikan karena barang-barangnya rusak," kata Murphy.
Biaya meningkat
Ia memaparkan, biaya operasional sopir meningkat Rp 1 juta-Rp 2 juta untuk kebutuhan bahan bakar dan makan. Pengusaha angkutan kehilangan potensi pendapatan sekitar Rp 6 juta sampai Rp 7 juta karena rit kendaraan berkurang.
Berdasarkan pemantauan petang kemarin, antrean kendaraan menuju Pelabuhan Merak masih sekitar 10 kilometer. Seribuan truk tertumpuk di tempat parkir dan meluber ke luar pintu masuk pelabuhan hingga Kilometer 93 ruas Jalan Tol Jakarta-Merak.
Kepala Pemasaran CV Kharisma Express Ismail Usman di Jakarta mengatakan, perawatan kapal seharusnya bisa diatur waktunya sehingga tidak sampai menghambat penyeberangan.
Menurut Ismail, truk-truknya baru bisa naik kapal setelah menunggu selama 1,5 hari di Pelabuhan Merak.
Hal senada diungkapkan Suratman, staf Ekspedisi Angkutan Jasa Mulya. Waktu tempuh rute Jakarta-Palembang, yang biasanya bisa ditempuh 2-3 hari, kini harus ditempuh selama tujuh hari. Potensi kerugian atas keterlambatan empat hari untuk satu truk engkel (kapasitas delapan ton) sekali jalan bisa mencapai Rp 15 juta-Rp 50 juta.
Umumnya, para sopir truk sudah dua hari satu malam menunggu giliran masuk pelabuhan. Mereka yang mengangkut bahan makanan, seperti makanan pengganti ASI (MP ASI), ikan asin, dan bumbu-bumbuan, mulai cemas karena makanan yang mereka angkut tersebut mulai rusak.
Direktur Utama PT ASDP Sumiarso Sony yang kemarin datang ke Pelabuhan Merak menyampaikan permintaan maaf kepada para pengguna jasa penyeberangan atas ketidaknyamanan yang terjadi lima hari terakhir. (otw/nta/osa)
Wednesday, August 29, 2007
Pemerintah Tambah 7 Kapal
Posted by RaharjoSugengUtomo at 10:48 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Kompas
Mendagri Baru: Mardiyanto Prioritaskan Revisi UU
KOMPAS - Rabu, 29 Agustus 2007
Jakarta, Kompas - Mardiyanto, yang ditetapkan sebagai Menteri Dalam Negeri yang baru menggantikan Moh Ma’ruf, akan memprioritaskan revisi undang- undang, termasuk Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang terkait dengan calon perseorangan dalam pemilihan kepala daerah.
"Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan agar revisi UU politik, pengaturan calon perseorangan, dan pemekaran daerah menjadi hal-hal yang harus diperhatikan dan diprioritaskan. Tentu saya akan memerhatikan hal-hal itu, selain persoalan lainnya," ujar Mardiyanto di Jakarta, Selasa (28/8) malam.
Pengalaman pemerintahan
Presiden Yudhoyono memutuskan Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Mardiyanto untuk menduduki jabatan Mendagri, Selasa petang. Putusan tersebut diambil setelah mendengarkan pendapat dan saran Wakil Presiden Jusuf Kalla, tiga menteri koordinator (menko), dan pihak lainnya.
Presiden, yang saat pengumuman di Istana Negara, Jakarta, ditemani Wapres, Menko Bidang Politik Hukum dan Keamanan Widodo AS, serta Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, tidak merinci alasan penunjukan Mardiyanto. Namun, secara terpisah, Wapres mengatakan pertimbangan pengangkatan adalah Mardiyanto dinilai cakap dan memiliki pengalaman dalam pemerintahan.
Presiden mengatakan, 1,5 bulan lalu ia sudah menyebutkan rencana penggantian itu kepada keluarga Moh Ma’ruf, khususnya Ny Susiyati dan tiga putrinya. Penggantian dilakukan agar keluarga bisa berkonsentrasi melakukan pengobatan dan terapi kepada Ma’ruf yang mengalami sakit serta untuk memastikan berjalannya roda pemerintahan.
Mardiyanto pun mengakui tugas Mendagri tidak ringan. DPR dan pemerintah sedang membahas revisi empat undang-undang bidang politik, selain revisi UU No 32/2004 yang disiapkan DPR. "Dengan dukungan semua pihak, saya akan melaksanakan tugas sebaik-baiknya," jelasnya.
Ia juga bersyukur karena Mendagri ad interim Widodo AS sudah mempersiapkan berbagai langkah untuk menyelesaikan tugas itu, termasuk menyiapkan rancangan revisi UU.
Mardiyanto mengakui, ia harus bergerak dengan cepat. "Apa yang sudah dijalankan selama ini dan yang baik, saya akan teruskan. Namun, tentunya, saya harus berkonsultasi lebih dulu dengan Menko Polhukam," katanya.
Rabu pagi ini Mardiyanto bertemu Widodo AS. Ia akan dilantik Presiden di Istana pukul 14.00, dilanjutkan serah terima jabatan di Departemen Dalam Negeri.
Dari Semarang dilaporkan, pascapengumuman Mardiyanto menjadi Mendagri, kediaman resmi Gubernur Jateng, Puri Gedeh, semalam tampak lengang, tiada aktivitas dari penghuninya. Ny Effi Mardiyanto pun berangkat ke Jakarta.
Semalam di rumah Wakil Gubernur Jateng Ali Mufiz terlihat beberapa kepala dinas di Pemerintah Provinsi Jateng datang, tetapi mereka tak mau berkomentar. (har/gal/who/hen/lkt/tra)
Posted by RaharjoSugengUtomo at 10:46 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Kompas
IPTEK: Iskandar, Palapa, dan Visi Iptek
KOMPAS - Rabu, 29 Agustus 2007
NINOK LEKSONO
Dunia mengagumi Amerika, yang sukses mengombinasikan "daya juang meneliti" ilmuwan dan sifat "berani mengambil risiko" wirausahawan. (Sambutan Iskandar Alisjahbana selaku Ketua Majelis Wali Amanah ITB, 2000)
Sungguh tepatlah kalau Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia memberikan Penghargaan Sarwono Prawirohardjo kepada dua tokoh Indonesia, Prof Dr Emil Salim dan Prof Dr Ing Iskandar Alisjahbana, 22 Agustus. Dalam pengantarnya, Kepala LIPI Umar A Jenie menyebutkan, advokasi Emil Salim telah membangkitkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kelestarian lingkungan, sedangkan Iskandar dinilai berjasa karena merintis inovasi teknologi yang kemudian mewujud pada Sistem Komunikasi Satelit Domestik Palapa.
Kiprah dan pemikiran Emil Salim telah disampaikan di harian ini pada 22 Agustus dan "Forum Iptek" kali ini ingin mengangkat kembali visi Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD) Palapa yang pernah dilontarkan oleh Iskandar dan menegaskan kembali betapa pentingnya visi masa depan, khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) seperti yang telah diperlihatkan Iskandar.
Empat dekade silam
Sebagai negara kepulauan dengan rentang geografi sekitar 5.300 kilometer, Indonesia tentu dihadapkan pada tantangan komunikasi yang luar biasa. Solusi terestrial, solusi kabel laut, telah membantu pengembangan komunikasi Tanah Air. Namun, keduanya membutuhkan upaya besar, lebih-lebih jika mengingat sifat geografis Indonesia yang archipelago, dengan wilayah terdiri dari pulau-pulau yang terpisah oleh laut.
Solusi dengan teknologi maju saat itu muncul, yaitu ketika perusahaan Telesat Kanada mempersiapkan satelit komunikasi domestik. Dengan meluncurkan satelit Anik A1 dengan roket Delta pada November 1972, Kanada menjadi negara pertama yang mengoperasikan SKSD. SKSD dipandang sebagai sistem yang andal, efektif, dan canggih (situs Telesat Kanada). Satelit Anik mengorbit di orbit geostasioner pada ketinggian sekitar 36.000 kilometer.
Di belahan dunia lain, pada 14 September 1968, ada cendekiawan Indonesia yang juga mencetuskan penggunaan sistem komunikasi satelit dalam pidato pengukuhan guru besar di Institut Teknologi Bandung. Dengan visi yang ia sampaikan itu, Iskandar melihat Indonesia dipersatukan oleh teknologi canggih yang tepat guna karena ia bisa mempersatukan penduduk yang tersebar di negara 17.500 pulau ini dengan prasarana telekomunikasi dan, karena itu, menumbuhkan rasa kebangsaan mereka.
Pemerintah mewujudkan gagasannya. Proyek satelit pun dimulai dan akhirnya berpuncak dengan peluncuran satelit Palapa A1, 8 Juli 1976. SKSD Palapa kemudian diresmikan Presiden Soeharto, 16 Agustus 1976. Dibandingkan dengan satelit komunikasi mutakhir dewasa ini, Palapa A1 tampak primitif karena hanya bisa menyalurkan siaran televisi dan SLJJ pada 40 kota di Indonesia. Namun, Palapa sudah menjadi lompatan teknologi bagi negara yang saat itu punya pendapatan per kapita 125 dollar AS (Buyung Wijaya Kusuma/Warnet 2000, 8 November 2005).
Indonesia saat itu menjadi negara ketiga di dunia setelah Kanada dan AS yang memanfaatkan satelit untuk sistem komunikasi domestik. China dan India, yang kini menjadi negara hebat di bidang ekonomi dan teknologi antariksa, pun waktu itu belum memikirkan untuk mengoperasikan SKSD.
Gagasan meluncurkan satelit untuk merevolusi komunikasi tampak visioner dan Pemerintah RI tampak penuh percaya diri menerapkan teknologi maju ini meskipun saat itu bangsa Indonesia belum makmur.
Visi iptek
Setelah Palapa, dalam perkembangan pemikiran kemudian, Iskandar mendapat banyak ilham dari tesis futuris Alvin Toffler mengenai Gelombang Peradaban (A Toffler, Third Wave, 1980). Selain meyakini bahwa Gelombang Ketiga—yang dicirikan oleh dominansi sejumlah teknologi, yakni bioteknologi dan rekayasa genetika, nuklir dan energi terbarukan, komunikasi dan pengolahan data, serta penerbangan dan eksplorasi ruang angkasa, yang semuanya memperlihatkan diri dengan nyata dewasa ini—Iskandar juga mengantisipasi sejumlah teknologi yang kini telah siap muncul di horizon.
Teknologi yang dimaksud antara lain adalah nano, superkonduktivitas suhu tinggi, dan fusi dingin. Teknologi nano yang kini semakin banyak ditelaah di Indonesia telah banyak ia kupas sejak tahun 1980-an. Wacana yang ia kemukakan waktu itu antara lain "bagaimana kita harus merespons munculnya pabrik yang bersih lingkungan dan efisien, mampu bekerja 24 jam nonstop?"
Kembali pada SKSD yang ia cetuskan, Palapa kini telah digantikan generasi satelit komunikasi yang lebih hebat, seperti Telkom-2, yang selain mampu menjadi tulang punggung transmisi (untuk SLJJ, SLI, internet, dan komunikasi militer), juga bisa untuk siaran (TV, radio, telekonferensi), dan akses (internet, distant learning, bisnis Vsat [untuk perbankan dan pertambangan]).
SKSD memperlihatkan keandalannya ketika terjadi bencana alam seperti gempa dan tsunami karena dapat terus berfungsi ketika jaringan terestrial hancur terkena bencana, seperti saat gempa di Aceh (2004) dan Taiwan (2006). Dengan Palapa—yang oleh Mark Crawford, wartawan ABC Radio, NSW, Australia, disebut "infrastrukturnya infrastruktur karena menjadi tulang punggung bagi industri telekomunikasi dan siaran TV"—ada semacam revolusi komunikasi di negeri ini.
Keyakinan terhadap pemanfaatan teknologi maju antariksa juga dapat dikatakan visioner karena sekarang ini pun mulai tampak upaya negara maju untuk meningkatkan eksplorasi ruang angkasa, baik sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing nasional maupun sebagai persiapan ke depan menyongsong satu masa ketika Bumi sudah tak mampu lagi menopang kehidupan sehingga manusia harus mencari ranah baru di the last frontier di luar Bumi.
Namun, sebelum itu, seorang Iskandar masih memegang visi yang "membumi". Dalam sambutannya ketika menerima penghargaan dari LIPI, Iskandar menegaskan lagi bahwa industri bioteknologi punya peluang untuk berkembang di Indonesia dan bersaing di tingkat global karena Indonesia memiliki sumber daya genetik melimpah.
Dalam perkembangan selanjutnya, lebih-lebih ketika menghadapi masa sulit seperti sekarang ini, bangsa Indonesia akan terus membutuhkan sosok visioner seperti Iskandar Alisjahbana dan Emil Salim, yang mampu dengan jernih melihat ke depan dan memberi saran kepada pemerintah dan para pemimpin mengenai apa yang seharusnya dilakukan, dalam hal ini memilih iptek yang paling jitu untuk membangun dan menyejahterakan bangsa Indonesia.
Pemerintah telah memilih enam bidang untuk menjadi lokomotif riset dan pengembangan. Namun, dalam pelaksanaannya, saran Iskandar dapat menjadi pegangan. Saran itu adalah agar peneliti dan lembaga penelitian meninggalkan "falsafah menara gading". Menurut Iskandar, Stanford University dan Massachusetts Institute of Technology telah lama meninggalkan falsafah di atas dan memberi dorongan bagi munculnya knowledge-economy yang berasal dari riset yang diuji di medan nyata, yakni pasar (Lihat sambutan Iskandar selaku Ketua MAW ITB, 2000, dalam Krisnamurti.net/Kompas, 23/8).
Visi kita pun hendaknya mengarah pada apa yang telah dicapai Amerika, yang bisa mengombinasikan "daya juang meneliti" ilmuwan dan sifat "berani mengambil risiko" wirausahawan, dan bukan bangsa yang hanya bisa mencetak "bangsawan" ilmu pengetahuan bertitel "ningrat akademis", tetapi tidak mampu berbuat apa-apa saat terpuruk.
Posted by RaharjoSugengUtomo at 10:45 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Kompas
Fenomena Alam: "Nonton" Bareng Gerhana Bulan Total
KOMPAS - Rabu, 29 Agustus 2007
Yenti Aprianti
Dulu, banyak orang, terutama ibu hamil, bersembunyi di kolong tempat tidur atau di bawah meja saat gerhana bulan. Kini, orang justru menonton fenomena alam itu, seperti yang digelar Stasiun Pengamat Dirgantara di Sumedang, Jawa Barat, Selasa (28/8).
Acara nonton bareng gerhana bulan total di Stasiun Pengamat Dirgantara yang terletak di kawasan pertanian ubi Cilembu, Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, itu adalah yang kedua sejak Stasiun Pengamat Dirgantara (SPD) milik Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) itu mengadakan acara nonton bareng untuk masyarakat pada tahun 2003. Pada tahun itu, planet Mars berada pada titik terdekat dengan Bumi.
Untuk mengajak masyarakat menikmati fenomena alam yang indah itu, sejak beberapa hari lalu Kepala SPD Bambang Suhandi sudah membuat pamflet sederhana. Ternyata animo masyarakat sangat luar biasa.
Baru saja difotokopi, pamflet itu sudah jadi rebutan warga. Malah, para tukang fotokopi itu dengan sukarela memperbanyak pamflet dan membagikannya kepada warga. Para pegawai SPD juga menyebarkan pamflet ke masjid-masjid dan sekolah di sekitar Jatinangor dan Sumedang.
Tak heran kalau sejak Selasa pagi banyak orang berdatangan ke SPD untuk minta izin nonton bareng gerhana bulan total bersama para pengamat benda angkasa dari Lapan. Mereka bukan hanya kalangan akademisi atau pencinta benda-benda angkasa, tetapi sebagian besar dari mereka justru para peternak sapi perah, petani ubi, dan penambal ban yang datang bersama keluarga.
"Selain mendapat pengetahuan tentang alam, masyarakat juga bisa rekreasi mengamati gerhana," kata Bambang tentang banyaknya masyarakat yang datang nonton bareng gerhana itu.
Penonton gerhana tak hanya datang dari sekitar lokasi SPD, tetapi juga dari Kota Bandung dan sekitarnya. Umumnya, mereka adalah masyarakat yang tidak kebagian mengantre di Observatorium Bosscha, Lembang.
SPD yang berdiri di atas lahan seluar 1,4 hektar itu mampu menampung sekitar 300 orang. Acara nonton bareng itu digelar pukul 17.00-20.00. SPD menyediakan 10 stafnya untuk melayani peserta mengamati gerhana lewat tiga kubah yang dilengkapi teropong.
Karena banyaknya peserta yang mengantre, setiap orang hanya bisa menikmati fenomena alam itu dua atau tiga menit. Pengunjung yang ingin memiliki gambar peristiwa gerhana bulan total juga bisa mengopi datanya pada flash disc.
Di tempat lain
Acara nonton bareng juga dilakukan 40-an murid dari SMP Sekolah Alam Dago Bandung di Bukit Dago, Bandung. Mereka bahkan sengaja berkemah di tempat yang tinggi dan lapang itu untuk bisa menyaksikan gerhana bulan total.
Mereka dipandu oleh komunitas astronomi amatir Langitselatan.com, yang beberapa anggotanya merupakan alumni Jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung. Sekitar pukul 18.18 gerhana bulan sudah tampak berupa sabit bentuk merah. Keindahan alam tersebut tertutup sedikit awan sehingga anak-anak yang mengantre menggunakan teropong pun berseru, "Mana sih Bulannya?"
Sedetik kemudian, Nunu (12), siswa Sekolah Alam, pun berseru, "Wah, keren," ujarnya yang baru kali ini menyaksikan gerhana bulan total di arah timur.
Di Yogyakarta, masyarakat juga bisa menyaksikan gerhana bulan dengan jelas, mulai dari awal sampai akhir karena langit sejak Selasa siang hingga malam cukup cerah. Di dalam kota, pemandangan itu terhalang gedung-gedung, tetapi di sepanjang Jalan Solo, fenomena itu justru sangat jelas.
Banyak juga warga yang sengaja menyaksikan gerhana dari pelataran Candi Prambanan. Dari pelataran sebelah barat, misalnya, proses terjadinya gerhana terlihat sangat menarik dengan latar depan tiga candi—Brahma, Siwa, dan Wisnu—yang menjulang megah serta beberapa candi kecil dan bekas reruntuhan yang ada. Apalagi tubuh ketiganya tersinari terang lampu sorot berwarna kekuningan.
Di sini suasana masa silam masih terasa dengan terdengarnya bunyi kentungan dipukul bersahut-sahutan di kejauhan. Dalam kepercayaan Jawa masa lalu, memukul kentungan saat gerhana bulan sama dengan mengusir Batara Kala.
Gerhana, dalam tradisi Jawa dimaknai dengan dimakannya Bulan atau Matahari oleh Batara Kala (sang waktu). Itulah sebabnya banyak perempuan hamil sengaja bersembunyi saat terjadi gerhana supaya anak dalam kandungannya selamat.
Suasana lain di Prambanan adalah terdengarnya suara gamelan dipukul bersamaan dengan hilangnya bayangan gelap yang menutup permukaan Bulan, pukul 19.30. Ini tak terkait dengan tradisi dan kepercayaan Jawa, tetapi karena saat itu bersamaan dengan dimulainya pentas sendratari Ramayana yang digelar di kompleks taman wisata Candi Prambanan.
Suasana muram terjadi di Jayapura. Masyarakat yang semula sangat antusias untuk bisa menikmati gerhana harus kecewa. Awan tebal menghalangi sehingga fenomena alam itu sama sekali tak bisa dinikmati di wilayah itu. Padahal, "Papua merupakan salah satu tempat terbaik untuk menyaksikan gerhana bulan kali ini," kata Pelaksana Harian Kepala Kantor Badan Meteorologi dan Geofisika Jayapura Ahmad Mujahiddin. (WER/ROW)
Posted by RaharjoSugengUtomo at 10:43 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Kompas
Masa Transisi Dua Bulan
KOMPAS - Rabu, 29 Agustus 2007
Sutiyoso: Kelangkaan Diduga Disengaja Oknum Tertentu
Jakarta, Kompas - PT Pertamina menargetkan masa transisi pengalihan pemakaian minyak tanah ke elpiji hanya berlangsung dua bulan. Ada kemungkinan penghematan sebesar Rp 126 miliar yang dapat dicapai dari konversi yang telah berjalan akan digunakan untuk mengamankan pasokan minyak tanah selama transisi.
Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina Achmad Faisal mengemukakan itu, Selasa (28/8) di Jakarta, seusai rapat kerja dengan Komisi VII DPR yang antara lain membidangi energi. "Memang ada kemungkinan dana itu dipakai, tetapi mudah-mudahan tidak," ujar Faisal.
Pemerintah memperpanjang masa transisi konversi minyak tanah ke elpiji agar masyarakat lebih siap. Selama itu minyak tanah tak akan ditarik. Konsekuensinya pemerintah harus mengeluarkan subsidi untuk minyak tanah dan elpiji sekaligus.
Faisal mengatakan, agar masyarakat segera terbiasa menggunakan elpiji, Pertamina akan mencontohkan langsung penggunaan elpiji. "Salah satu penyebab masyarakat enggan memakai elpiji karena mereka belum melihat langsung manfaatnya," ujarnya.
Pelaksanaan program konversi minyak tanah ke gas elpiji mendapat sorotan Komisi VII DPR. Komisi yang membidangi energi itu meminta pemerintah menyampaikan detail rencana program. "Kami minta kejelasan pemetaan program termasuk pola pelaksanaan, wilayah mana saja yang akan ditarget, jadwal, kesiapan infrastruktur, dan perkiraan volume," kata Ketua Komisi VII Erlangga Hartarto.
Dalam kaitan penegasan dasar hukum pelaksanaan konversi, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro mengatakan, pemerintah segera mengeluarkan peraturan presiden tentang penunjukan Pertamina sebagai pelaksana. "Perpresnya akan keluar bersama-sama dengan perpres harga elpiji bersubsidi, tetapi yang penting, kan, program ini sudah masuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2007," kata Purnomo.
Pengawasan diperketat
Untuk memperlancar program konversi minyak tanah ke gas, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan memperketat pengawasan distribusi kedua bahan bakar tersebut. Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso mengatakan, program konversi dan pengawasannya akan dilakukan bersama, antara Pertamina dan jajaran pemerintah kota sampai tingkat kelurahan. Jalur distribusi sejak dari depo sampai ke pengecer diawasi agar tidak terjadi kelangkaan gas dan minyak tanah secara bersamaan.
Menurut Sutiyoso, kelangkaan gas itu diduga sengaja dilakukan oknum tertentu agar pemerintah tetap mengucurkan minyak tanah. Minyak tanah diperlukan oknum itu untuk mengoplos bahan bakar lain sehingga mereka mendapat keuntungan ganda.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan, fokus pemerintah adalah mencegah terjadi kelangkaan minyak tanah di masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah akan terus mengevaluasi perkembangan program konversi minyak tanah ke elpiji. (DOT/ECA/RTS/OIN)
Posted by RaharjoSugengUtomo at 10:42 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Kompas
AdamAir: Kotak Hitam Diangkat dari Perairan Majene
KOMPAS - Rabu, 29 Agustus 2007
Makassar, Kompas - Dua kotak hitam pesawat AdamAir dengan nomor penerbangan KI-574 yang hilang di perairan Majene, Sulawesi Barat, dalam penerbangan dari Surabaya ke Manado, 1 Januari 2007, telah ditemukan dan diangkat. Kotak hitam itu akan dikirim ke Washington, Amerika Serikat, untuk dianalisis.
Kotak hitam rekaman data penerbangan (flight data recorder/FDR) ditemukan di koordinat 03.41.02 Lintang Selatan (LS) dan 118.08.53 Bujur Timur (BT). Adapun rekaman suara kokpit (cockpit voice recorder/CVR) ditemukan di koordinat 03.40.22 LS 118.09.16 BT, sekitar 21 meter dari FDR.
FDR ditemukan Senin (27/8) pukul 12.29 Wita di kedalaman 2.000 meter, sedangkan CVR ditemukan Selasa pukul 11.00 Wita di kedalaman yang sama.
Menteri Perhubungan Jusman Safeii Djamal di Jakarta menyatakan, kotak hitam AdamAir diangkat dari lokasi yang telah dideteksi Kapal United State Naval Ship Mary Sears awal Januari lalu. Kapal AS itu mendeteksi pancaran sinyal underwater locator beacon (ULB) dengan alat towed pinger locator (TPL).
Menurut Jusman, penemuan kotak hitam AdamAir yang segera dikirim ke AS untuk dianalisis ini diharapkan dapat mengungkap penyebab terjadinya kecelakaan AdamAir. Itu karena sampai saat ini belum bisa disimpulkan penyebab hilang dan jatuhnya AdamAir di Selat Makassar yang menewaskan 112 penumpang dan awaknya itu.
Menurut Jusman, pengangkatan kotak hitam ini merupakan hasil yang luar biasa mengingat kedalaman 2.000 meter, tempat kotak hitam berada, sangat sulit dijangkau dan belum pernah terjadi sebelumnya pengambilan di kedalaman ini. "Ini merupakan kerja yang luar biasa dan akan berdampak positif bagi dunia penerbangan Indonesia," kata Jusman.
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi menjelaskan, pengambilan kotak hitam dilaksanakan oleh tim dari perusahaan Phoenix (AS) menggunakan kapal tunda penyuplai lepas pantai berbendera Siprus dengan peralatan deep sea recovery robot yang dikendalikan dari kapal itu.
Selain lima awak Phoenix, dalam kapal itu ikut juga satu orang dari National Transport Safety Board (NTSB), satu orang dari Federal Aviation Administration (FAA), satu orang dari Boeing, dua orang dari KNKT, dua orang dari AdamAir, dan seorang dari BPPT. (NAR/ANG/DOE/OTW)
Posted by RaharjoSugengUtomo at 10:40 AM 0 comments
Labels: HeadlineNews: Kompas