Friday, August 10, 2007

Adang dan PKS Selamati Fauzi

KOMPAS - Jumat, 10 Agustus 2007

Kubu Fauzi: Itu Sikap Kesatria

Jakarta, Kompas - Adang Daradjatun dan Partai Keadilan Sejahtera menyampaikan selamat kepada pasangan Fauzi Bowo dan Prijanto yang telah mendapatkan kepercayaan masyarakat memimpin Jakarta selama lima tahun ke depan. Kubu Fauzi menilai Adang bersikap kesatria dan terhormat.
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DKI Jakarta Triwisaksana menyampaikan ucapan selamat itu dalam jumpa pers di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta Pusat, Kamis (9/8). Selain Adang dan Triwisaksana, hadir dalam jumpa pers itu Dani Anwar dan Ketua Tim Kampanye Igo Ilham.
Menurut Triwisaksana, PKS sudah mengumpulkan data lapangan di seluruh pelosok Jakarta. Hasilnya, perolehan pasangan Adang Daradjatun-Dani Anwar sebanyak 1.325.000 suara dan Fauzi Bowo-Prijanto sebanyak 1.770.000 suara. Jumlah suara tidak sah tercatat 163.000.
Triwisaksana menambahkan, Pilkada DKI yang berjalan aman dan lancar menunjukkan bahwa masyarakat sudah dewasa dalam berpolitik. "Kami tidak menutup kenyataan bahwa masyarakat Jakarta memberikan kepercayaan lebih kepada Fauzi Bowo dan Prijanto," katanya.
Adang kemudian melontarkan pernyataan serupa. "Saya ucapkan selamat kepada Bang Foke yang unggul dalam Pilkada DKI Jakarta," kata Adang sambil memastikan tidak akan ada konflik atau gejolak pascapilkada.
Dari kubu Fauzi Bowo-Prijanto, Wakil Ketua Tim Kampanye Idrus Marham menilai sikap PKS dan Adang-Dani sebagai sikap kesatria yang patut dihormati dan dicontoh.
"Sikap yang ditunjukkan Adang ini memberikan pelajaran berharga bagi pendidikan politik, menciptakan kedewasaan politik. Jakarta memang harus menjadi contoh kedewasaan berpolitik," kata Idrus, yang berasal dari Partai Golkar.
Idrus berharap sikap kesatria yang ditunjukkan elite PKS dan Adang-Dani mengimbas ke akar rumput. "Kami sangat menghargai dan menghormati ucapan selamat itu. Begitu Fauzi dan Prijanto resmi menjabat, kami akan menggelar silaturahmi dengan PKS dan Adang-Dani," kata Idrus.
Setelah jumpa pers, Adang mengatakan, ia akan berolahraga kembali. "Saya punya waktu lagi untuk berolahraga. Jadwal tenis saya, setiap Selasa dan Kamis. Saya akan ajak Igo Ilham lari," katanya.
Tidak oposisi
Baik Triwisaksana maupun Adang menegaskan, mereka akan mendukung pemerintahan baru Provinsi DKI Jakarta.
Triwisaksana menyebutkan, Fraksi PKS di DPRD DKI akan memosisikan diri bukan sebagai oposisi. "Tapi kami akan menjadi kritis konstruktif. Kami tidak akan menghambat," ujarnya.
Di masa depan, kata Triwisaksana, PKS akan berkoalisi dengan partai politik lain. "Kami tidak bisa sendirian lagi. Pilkada DKI menjadi pelajaran. Kami kurang beruntung. Tapi perolehan suara membuat kami berbesar hati. Ini modal kami menuju pemilihan presiden tahun 2009," tuturnya.
Triwisaksana menambahkan, Adang dan Dani merupakan aset berharga bagi PKS untuk mengembangkan partai dan mengumpulkan massa. Posisi yang akan diberikan bagi Adang-Dani masih diperhitungkan.
Ia menganggap Pilkada DKI berhasil sebagai uji kekuatan mesin politik PKS di Jakarta. Kader-kader PKS berhasil membangun jejaring yang kuat dengan berbagai kelompok dan simpul massa untuk meraih sampai 43 persen suara.
"PKS menargetkan meraih 50 persen suara di Jakarta pada Pemilu 2009. Kader-kader PKS bersama dengan Adang Daradjatun berhasil menarik simpati masyarakat dan hal itu sangat berguna dalam pemilu mendatang," katanya.
Secara terpisah, Presiden PKS Tifatul Sembiring menyampaikan hal senada. "Kami di DPP akan mengusulkan ke Majelis Syura PKS agar Pak Adang bisa maju dalam pemilihan presiden tahun 2009," ujarnya.
Ia mengakui, pemilihan presiden adalah wewenang majelis syura dan selama ini hanya kader PKS yang bisa dicalonkan. "Tetapi kalau melihat perkembangan dalam Pilkada DKI ini, kami menilai kinerja Pak Adang luar biasa dan patut dipertimbangkan dalam Pilpres 2009," katanya.
Dalam kampanye yang baru lalu, Adang mengeluarkan dana Rp 5 miliar, Dani Rp 1 miliar, PKS Rp 2 miliar, dan sumbangan dana masyarakat Rp 50 miliar.
Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso kemarin memuji langkah Adang sebagai sikap pemimpin yang bijak dan kesatria. Sikap mau mengakui kekalahan dan mengendalikan para pendukung menjadi modal utama keberhasilan pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta. (KSP/ECA/MAM/WIN)

BaCa SeLeNgKaPnYa disini...

Seni Budaya: Suku Asmat Buka Persahabatan Melalui Seni

KOMPAS - Jumat, 10 Agustus 2007

Jakarta, Kompas - Masyarakat suku Asmat sebagai salah satu elemen bangsa menanggapi beragam persoalan bangsa Indonesia, termasuk ancaman disintegrasi, dengan mendorong terciptanya persahabatan melalui keragaman seni budaya yang dimiliki Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah didorong untuk memberi tempat bagi pengembangan budaya yang akan memperkuat jadi diri Indonesia meskipun berada dalam keragaman.
Yuvensius A Biakai, Bupati Asmat, yang hadir di Jakarta bersama 150 warga Asmat, Kamis (9/8), mengatakan, kehadiran warga Asmat untuk tampil dalam Asmat Beorpits Festival di Ancol, 12-19 Agustus, sebagai perlambang unsur Bhinneka Tunggal Ika.
"Kami juga bagian dari negara ini. Kami ingin berbagi daya nalar seni yang tinggi yang dimiliki warga Asmat. Saya ingatkan kepada warga Asmat bahwa kami datang bukan untuk cari duit atau baju. Kami datang dari pedalaman untuk mencari teman. Dengan begini, Asmat akan bisa mendunia," kata Biakai.
Armandus Anakat, Wakil Ketua Lembaga Masyarakat Adat Asmat, mengatakan, suku Asmat juga ingin menunjukkan bahwa untuk mendamaikan bangsa ini bukan hanya perlu politik, tetapi juga seni dan budaya. Suku Asmat hendak mengedepankan persaudaraan dengan memberikan rasa aman. "Yang bergaul dengan suku Asmat harus merasa aman dan damai," kata Anakat.
Rektor Institut Kesenian Jakarta Sardono W Kusumo mengatakan, suku Asmat memiliki spontanitas dan kebebasan dalam menunjukkan budaya mereka. Apa adanya dari kehidupan suku Asmat inilah yang secara bebas diekspresikan sehingga terjadi interaksi yang wajar.
"Dari suku Asmat kita bisa belajar bahasa tubuh yang murni dan spontan, yang terlihat dari tari-tarian ataupun saat mengukir. Ini bisa memberikan penyegaran dalam kehidupan. Dari bahasa tubuh itu akan muncul egalitarianisme dan spontanitas untuk keluar dari pengotak-ngotakan manusia," kata Sardono.
Kehidupan suku Asmat ini bisa secara dekat dilihat dan dipelajari masyarakat sebagai bagian dari acara "Warna-warni 62 Tahun Kemerdekaan RI" yang digelar di Pantai Carnaval Ancol. (ELN)

BaCa SeLeNgKaPnYa disini...

Gempa Bumi: Ratusan Rumah Warga Retak, Turbin Pertamina Rusak

KOMPAS - Jumat, 10 Agustus 2007

Indramayu, Kompas - Gempa berkekuatan 7,0 skala Richter, Kamis (9/8) pukul 00.04, di 75 kilometer barat laut Indramayu, Jawa Barat, membawa efek luas di sejumlah daerah.
Di sejumlah kota, di antaranya DKI Jakarta dan sekitarnya, Bandung, DI Yogyakarta, Cilacap, Bogor, Sukabumi, Serang, dan di lereng Gunung Merapi, getaran gempa cukup mengguncang sehingga warga berhamburan ke luar rumah. Getaran cukup kuat juga terasa di beberapa kota di Sumatera, mulai dari Bandar Lampung hingga Padang, Sumatera Barat.
Di Jakarta, warga yang tinggal di apartemen (10 sampai 40 lantai) berlarian turun ketika apartemen mereka bergoyang. Setelah tiba di ruang terbuka, wajah mereka tampak tegang. Sebagian berlari ke luar rumah hanya dengan mengenakan handuk, daster, atau celana pendek.
Kerusakan akibat gempa di mana-mana. Ratusan rumah warga di sejumlah kecamatan di bagian selatan Sukabumi retak-retak. Beberapa turbin Pertamina Unit Pengolahan (UP) VI Balongan, Indramayu, rusak.
Di Kota dan Kabupaten Sukabumi, getaran gempa terasa hingga tiga menit. Warga berhamburan ke luar rumah begitu merasakan gempa. Sesudah gempa hingga matahari terbit, warga bertahan di luar rumah karena takut terjadi gempa susulan.
Sularsono (50), warga Kampung Cimanggis, Desa Sukamukti, Kecamatan Waluran, mengatakan, gempa tak hanya mengakibatkan tembok rumah retak, tetapi juga meruntuhkan genteng rumah. Sepanjang Kamis, warga bergotong-royong mengganti genteng yang rontok.
Warga pesisir Sukabumi yang panik mengemasi barang-barang mereka begitu getaran gempa reda. Mereka menunggu air laut surut sebelum mengungsi.
Tiga dari lima steam turbin generator milik Pertamina UP VI Balongan rusak selama beberapa jam. Proses pengolahan minyak terhambat sekitar empat jam.
"Kilang dimatikan karena pembangkitnya agak goyang," ujar Direktur Utama PT Pertamina Ari H Soemarno. Meskipun kilang sudah bisa dinyalakan lagi kemarin siang, ia memperkirakan dibutuhkan waktu tiga hari sampai produksi kembali normal.
Kapasitas produksi kilang Balongan mencapai 125.000 barrel per hari. Vice President Bidang Niaga dan Pemasaran PT Pertamina Hanung Budya menjamin pasokan bahan bakar minyak di wilayah Jabar dan Jateng tidak akan terganggu.
Gempa tektonik yang berpusat di Laut Jawa dekat Indramayu ini kemungkinan besar bisa memicu aktivitas empat gunung api di Indonesia. Untuk memastikannya akan dilihat seberapa besar deformasi, temperatur sumber air, dan anomali kimia gas gunung itu, termasuk apakah terjadi gempa dalam dan dangkal di gunung api itu.
Empat gunung api yang diperkirakan terpengaruh itu adalah Gunung Anak Krakatau (Lampung), Gunung Papandayan (Garut), Gunung Ciremai (Kuningan), dan Gunung Slamet (Purwokerto).
Menurut Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Surono, Kamis, peningkatan aktivitas bisa terjadi jika gunung api berada dalam kondisi kritis. Tumbukan yang terjadi bisa melepaskan energi dan kemudian memengaruhi aktivitas gunung api.
Petugas pengamat gunung api (PGA) Papandayan mengatakan, aktivitas Papandayan tidak terlalu terpengaruh. Namun, pada pukul 00.06 sempat tercatat gempa dengan getaran III MMI. Menurut Momom, petugas PGA, dalam jeda waktu pukul 00.00 hingga 05.00 terjadi satu kali gempa vulkanik A, enam kali vulkanik B, dua kali tektonik jauh, dan dua kali gempa tremor.
Mengenai luasnya daya getar gempa, Surono mengatakan, karena dalamnya pusat gempa mencapai 286 kilometer, meskipun terjadi di perairan Indramayu, tumbukan antara lempeng Eurasia dan Indo Australia itu bisa terasa hingga Padang dan Yogyakarta. Meski daya rusaknya kecil, di beberapa daerah yang tanahnya bersifat lepas urai dampak gempa akan terasa.
Gempa dalam
Dalam konteks itu, guru besar seismologi yang juga Ketua Kelompok Keahlian Ilmu dan Teknik Geofisika ITB Sri Widiyantoro mengungkapkan, gempa berkekuatan sekitar 7,0 SR itu jika dibandingkan dengan gempa di Yogyakarta tahun lalu yang magnitudonya 5,9 SR berarti kekuatannya 10 kali lipat besarnya. Pengukuran magnitudo ini bersifat algoritmik—satu angka meningkat berarti 10 pangkat 1, dua angka meningkat berarti 10 pangkat 2 atau sama dengan 100 kali.
"Untungnya itu merupakan gempa dalam sehingga getaran di permukaan tidak besar," tuturnya. Karena gempa dalam, menurut Widiyantoro, pengaruhnya terhadap infrastruktur tidak terlalu besar. (NIT/MKN/AHA/JON/CHE/ EGI/MDN/YOP/PRA/WSI/ DOT/ISW/RTS/NTA/LAS)

BaCa SeLeNgKaPnYa disini...

Karnaval: Kreativitas Rakyat Jember

KOMPAS - Jumat, 10 Agustus 2007

SUSI IVVATY dan FRANS SARTONO

Fashion itu milik semua orang. Setiap orang berhak merancang fashion-nya sendiri. Itu kata Dynand Fariz, penggagas dan Presiden Jember Fashion Carnaval. Karnaval itu digelar untuk keenam kalinya hari Minggu (5/8) lalu.
Di Jember Fashion Carnaval (JFC) daya cipta itu dikembalikan ke rakyat. Dan dengan sukacita anak-anak muda Jember, kota kecil di Jawa Timur, bebas berkreasi membuat rancangan kostum yang mereka kenakan sendiri. Rancangan mereka itu dengan mudah dapat dinikmati masyarakat yang memadati sepanjang jalan kota.
Lihat kesibukan Thamrin (45) dan istrinya, Feni (43), yang menemani Kevin Akbar (10), anak mereka, yang tampil di JFC. Hari itu Thamrin dan Feni tidak berjualan nasi goreng dan tahu campur di Bursa Jajan, Talangsari, Jember. Jauh sebelum hari H mereka telah sibuk luar biasa.
"Seluruh keluarga kami terlibat. Saya yang menggambar model bajunya. Iseng-iseng saja saya menggambar sambil jualan. Bapaknya yang kasih ide-ide dan pasang kempyeng-kempyeng dari tutup botol," kata Feni.
Kempyeng-kempyeng jelas bukan istilah "ilmiah" di jagat mode. Namun, itulah mode ala rakyat. Yang dimaksud kempyeng-kempyeng adalah pernik-pernik pada kostum yang terbuat dari 200 tutup botol minuman ringan. Feni dengan mudah mengumpulkan tutup botol karena minuman ringan merupakan bagian dari jualannya di warung.
Nuansa China ini sesuai dengan delapan tema yang disodorkan JFC kali ini, yaitu Borneo, prison, predator, undercover, Amazon, Chinese opera, anime, dan recycle. Tema tersebut merupakan penjabaran dari tema besar JFC kali ini, Save Our World, Selamatkan Bumi Kita.
JFC memberi kebebasan seluas-luasnya pada imajinasi dan daya cipta. Elly yang memilih tema undercover—pekerja bawah tanah, membebatkan keset kain pada kedua betisnya. Seorang peserta yang memilih tema Borneo memasang kemoceng bulu ayam di kepala. Peserta lain membelitkan selang pancuran kamar mandi (shower) sebagai belenggu.
JFC memberi rangsang kreatif. Lewat kreativitas, kata Dynand Fariz, JFC ingin menumbuhkan rasa percaya diri pesertanya. Eko (21), lulusan Jurusan Busana SMK Sri Tanjung Banyuwangi ini, awalnya selalu gagap saat berdiri di depan publik. Sejak bergabung dengan JFC tahun 2004, Eko berubah. Ia mengenakan kostum serupa Kaisar China pada abad XIII. Ia memimpin 50 orang dalam defile barisan dan koreografi.
Untuk busananya yang fantastis itu, Eko menghabiskan biaya Rp 400.000, hasil kerjanya di Dynand Fariz Centre, lembaga yang didirikan Dynand Fariz. Ia pun memermak diri bak Kaisar China. "Enam hari saya tidak tidur untuk membuat baju ini," kata Eko.
Sebanyak 450 anak muda ambil bagian dalam JFC 2007. Berbagai warna mengepung kota. Arak-arakan itu menyedot puluhan ribu penonton. Sepanjang Jalan Sultan Agung serta jalan- jalan menuju gedung olahraga menjadi pagar betis penonton.
Kota karnaval
Hingga tahun keenam penyelenggaraannya, JFC makin diperkaya. Dynand Fariz berulang-ulang menyebut fashion sebagai kepribadian, dan lebih jauh lagi kehidupan. Tidak ada yang salah dalam fashion, bahkan di kota religius seperti Jember. Ia ingin menjadikan Jember sebagai kota karnaval yang bisa diperhitungkan dunia.
Fariz belajar dari karnaval bunga di Pasadena, AS. Juga Rio de Janeiro yang terkenal dengan sambanya. "Saya ingin bikin konsep karnaval yang beda, dengan kostum menutup seluruh tubuh. Ini dituntut kreativitas tinggi," ujarnya.
Lewat karnaval, fashion menjadi tidak berjarak dengan penonton. Peragaan busana yang umumnya hanya bisa disaksikan dari bawah catwalk, di JFC menjadi lain. Penonton bisa turut berinteraksi, berfoto bersama model, dan memotret dengan jarak sangat dekat. "Setiap kami berjalan beberapa langkah, ada saja penonton yang minta foto bersama," ungkap Fariz.
Sebagai kota karnaval, Fariz ingin membawa Jember ke dunia. Untuk itu, masih dalam rencana, dalam waktu tiga tahun ke depan, alun-alun akan disulap menjadi colosseum dengan kapasitas 6.000 orang. Pemerintah Kabupaten Jember, menurut Fariz, mendukung rencana itu.
Budaya hibrida
JFC menjadi semacam cara Jember dalam menyambut tren global. Meski selama ini dianggap sebagai kota religius, menurut budayawan Jember, Ayu Sutarto, Jember bisa menerima tren tersebut. Ratusan pesantren ada di Jember, banyak ulama ternama tinggal di Jember, tetapi, menurut Sutarto, mereka bisa menerima perubahan.
Dalam pandangan pengajar Folklor dan Pengantar Penelitian Kebudayaan Universitas Negeri Jember itu, Jember tidak mempunyai akar budaya Jawa dan Madura yang kuat. Tumbuhlah kemudian budaya hibrida, kultur silang.
"Karena akar budaya yang tidak kuat itu, masyarakat, terutama anak-anak muda, dengan mudah menerima fenomena peradaban global," paparnya.
Karnaval menjadi sangat mudah diterima masyarakat karena budaya agraris yang juga masih sangat kental. "Masyarakat agraris itu sangat suka dengan tontonan dan kerumunan. Ada tontonan fashion seperti ini, masyarakat langsung mengerubungi," ujar Sutarto.
Di luar kesan tontonan spektakuler itu, penyelenggara JFC ingin menanamkan rasa percaya diri pada saudara-saudara di kampung halamannya. Salah satunya dengan menumbuhkan keberanian berkreasi—sebuah keberanian yang mahal di tengah dunia yang dikuasai brand dan trend. "Lewat kreativitas, kami berharap JFC dan Jember bisa menjadi satu titik dalam peta fashion dunia," ujar Fariz, mengenai cita-cita yang terpendam sejak lama itu. (Syamsul Hadi)

BaCa SeLeNgKaPnYa disini...

Semarang Pesona Asia Dibuka

KOMPAS - Jumat, 10 Agustus 2007

Pergelaran Budaya Pemantik Kerja Sama Antardaerah

SEMARANG, KOMPAS - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Kamis (9/8) malam, secara resmi membuka "Semarang Pesona Asia" yang berlangsung hingga 15 Agustus. Dimulai tahun ini, acara tersebut akan menjadi agenda tahunan untuk mendukung tekad menjadikan Semarang sebagai salah satu tujuan wisata utama Asia.
Dalam sambutan pembukaan Semarang Pesona Asia (SPA), Presiden menyatakan sangat mendukung SPA yang bisa menjadi ajang menjalin kerja sama di bidang pariwisata atau ekonomi, baik dengan daerah lain maupun dengan negara lain. Presiden bahkan minta agar setiap daerah bisa menampilkan kekhasan budayanya ke tingkat nasional maupun internasional.
Dalam pembukaan SPA kemarin, misalnya, Pemerintah Kota Semarang menampilkan beragam kekayaan budaya Jawa Tengah maupun Asia. Keberagaman itu terungkap, misalnya, dalam pentas tari Gunungan, tari Blekok, tari Tangan Seribu, tari Warak Dugder, dan Rampak Kenthong Purbamas dari Kabupaten Purbalingga, yang diramu menjadi tarian multikultural.
Pergelaran itu juga mengangkat semangat nasionalisme, tampak dari lagu Indonesia Raya, Rayuan Pulau Kelapa, dan Padamu Negeri, yang dinyanyikan penyanyi seriosa kenamaan Christopher Abimanyu, diiringi Surya Orkestra Semarang.
Menurut Presiden, pergelaran budaya dapat menjadi pemantik kerja sama antardaerah dan antarnegara. Presiden mencontohkan pergelaran Semarang Pesona Asia di Kota Semarang mengangkat kekayaan budaya dan potensi ekonomi kota. Kekayaan dan potensi itu dipadukan dengan daerah dan negara-negara lain sebagai jembatan membangun kerja sama di bidang pariwisata dan ekonomi.
Forum itu bisa menjadi forum berinteraksi. Di bidang pariwisata, Semarang merangkum kekayaan budaya Asia dan Jawa Tengah. Di bidang ekonomi, Semarang ingin memperkuat investasi dan perdagangan.
Diwarnai unjuk rasa
Selain membuka SPA, Presiden juga meresmikan pabrik kaca PT Tossa Shakti dan industri lainnya di kompleks Kawasan Ekonomi Khusus Kaliwungu di Kabupaten Kendal.
Siang hari sekitar seratus mahasiswa berunjuk rasa di Videotron Jalan Pahlawan. Mereka yang menolak pelaksanaan SPA itu kemudian berjalan kaki ke RRI Semarang. Unjuk rasa berakhir ricuh karena sejumlah mahasiswa berusaha menurunkan bendera di halaman kantor RRI. Upaya itu sempat dicegah seorang pegawai RRI. Tarik-menarik tali bendera pun terjadi.
Sejumlah polisi datang ke lokasi dan menangkap dua mahasiswa, Yana Sukmaya (24) dan Budi Setiawan (22). Mereka selanjutnya dibawa ke kantor Kepolisian Wilayah Kota Besar Semarang untuk dimintai keterangan. (HAN/HEN)

BaCa SeLeNgKaPnYa disini...

Linguistik Jangan Hambat Kerukunan

KOMPAS - Jumat, 10 Agustus 2007

Yogyakarta, Kompas - Kerukunan antarumat beragama di Indonesia masih berpeluang besar untuk terwujud jika setiap umat mau membuka diri untuk bergaul. Selama ini interaksi itu kerap terhambat hanya karena kesalahpahaman akan istilah linguistik tertentu.
Budayawan Emha Ainun Najib, yang akrab disapa Cak Nun, mencontohkan pengucapan salam antarumat adalah contoh hambatan yang masih kerap terjadi. "Kalimat assalamualaikum, misalnya, seolah-olah hanya menjadi milik umat Islam, padahal semua umat boleh mengucapkannya sekaligus membalas salam ini," kata Cak Nun, Rabu (8/8) malam.
Dalam acara dialog antarumat beragama yang digelar di halaman Gereja Pugeran, Yogyakarta, itu, tokoh agama yang selalu mengobarkan semangat pluralisme tersebut menjelaskan, "Jika diibaratkan, kerbau biarlah tetap menjadi kerbau dan kambing tetap menjadi kambing. Tidak perlu kerbau dikambing-kambingkan atau sebaliknya. Tanpa menjadi hewan lain, kerbau dan kambing pun masih bisa merumput bersama di lapangan."
Dialog bertema "Membangun Habitus Kebangsaan Baru" ini terlaksana sebagai rangkaian acara ulang tahun ke-73 Paroki Pugeran. Dalam acara yang diketuai Untung Basuki itu turut hadir tokoh agama Hindu, Buddha, Kristen, dan Konghucu.
Satu hal unik terjadi pada akhir acara. Lewat tengah malam umat yang hadir merasakan getaran gempa bumi. Mereka lalu berdiri, merapat, dan berkumpul hingga guncangan gempa berangsur reda. "Ini merupakan bukti bahwa rasa persaudaraan itu sesungguhnya ada dalam masing-masing orang," kata Cak Nun. (YOP)

BaCa SeLeNgKaPnYa disini...

BAHASA: Menepis Tendangan

KOMPAS - Jumat, 10 Agustus 2007

Piala Asia 2007 sudah lewat, tapi gaungnya masih terdengar. Kompas 29 Juli melaporkan pertandingan Korsel-Jepang yang dimenangi Korsel. Kemenangan itu mendudukkan Korsel di peringkat III Piala Asia 2007. Kompas menulis: "Tim Korsel menutup perjalanannya di Piala Asia..."
Serangkaian pertandingan dalam Piala Asia 2007 diibaratkan sebuah perjalanan yang harus ditutup? Seolah sebuah pertunjukan teater yang harus turun layar saat menutup pertunjukan. Upacara pelantikan bupati ditutup, PRJ ditutup. Biasanya kita memakai kata tutup untuk sebuah acara. Kemenangan Korsel atas Jepang belum menutup perhelatan bola Asia ini. Justru tim Irak yang menutup perhelatan ini.
Pada laporan yang sama, wartawan Kompas menulis, "Kemenangan Korsel ditentukan oleh kegemilangan penjaga gawang Lee Woon-jae menepis tendangan penalti Naotake." Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, salah satu makna kata menepis adalah menangkis (mengelakkan, menolak) dengan belakang tangan. Contoh yang diberikan kamus itu: "Pendekar itu mencoba menepis pukulannya." Apakah benar Lee Woon-jae menolak atau mengelakkan bola dengan belakang tangan, seperti seorang pendekar menepis sebuah pukulan? Untuk memastikan, kita harus menonton rekaman pertandingan. Saya tak punya rekaman itu, tapi tampaknya kata tepis kurang tepat dipakai di sini. Bola yang datang dengan keras pasti harus ditolak dengan seluruh tangan.
Kata tepis sering kita baca dalam bentuk kiasan seperti "penjelasan pejabat tersebut menepis anggapan bahwa….". Di sini aktivitas menolak atau mengelakkan tentu tak dilakukan dengan punggung tangan, tapi dengan sebuah penjelasan.
Dari contoh yang diberikan KBBI, kata tepis sebagai aktivitas fisik dilakukan dalam dunia persilatan. Dalam dunia persilatan banyak dipakai ungkapan dengan kata menolak, melempar, mengunci, dan memotong yang tak semua bermakna fisik. Dua kata pertama memang bermakna fisik.
Dunia persepakbolaan memang dunia gado-gado. Istilah yang dipakai komentator bola atau wartawan datang dari berbagai bidang. Coba cermati! "Gol gemilang dicetak oleh…" KBBI menjelaskan kata cetak untuk mencetak gol sebagai salah satu penjelasan untuk lema cetak. Namun: "… Andi berhasil membobol gawang lawan…" Hasil dari membobol ini bukannya gawang yang rusak sebagaimana dijelaskan dalam KBBI. Membobol memang berarti merusak, tapi dalam kasus membobol gawang lawan, yang terjadi ialah bola masuk ke gawang lawan.
Sering dipakai kata mendobrak walau tak ada pintu yang harus didobrak. Yang lebih mengerikan ialah kata melindas (menggilas) atau melibas (memukul dengan rotan) untuk menyatakan, sebuah kesebelasan menang telak.
Dunia sepak bola memang hidup dengan berbagai kata kiasan, dan berita atau siaran pandangan mata tentu akan mati tanpa kata kiasan.
Apakah kita senang mendengar laporan pandangan mata seperti ini? "Kiper menendang bola ke tengah lapangan, bola dikejar oleh Agus, tetapi bola segera direbut oleh Iwan, dan menggelinding ke pinggir lapangan ditunggu oleh Ridwan, dibawa ke tengah lapangan lagi namun segera direbut oleh Taufiq yang dihalang-halangi oleh Gunawan. Dari belakang Zawawi merebut bola, membawanya berlari menuju gawang lawan dan Zawawi menendang bola masuk ke dalam gawang lawan. Kiper jatuh tersungkur tanpa menangkap bola." Kering.

Sunaryono Basuki Ks Sastrawan, Tinggal di Singaraja

BaCa SeLeNgKaPnYa disini...

Belajar dari konsep Imageneering Walt Disney

BISNIS - Jumat, 10/08/2007 11:47 WIB
oleh : Anthony Dio Martin
Managing Director HR Excellency

You may say I'm a dreamer, but I'm not the only one. I hope someday you'll join us. And the world will be as one. ('Imagine', John Lenon)

Bisakah kita membayangkan dunia tanpa sosok Walt Disney? Mungkin kita tidak akan pernah mengenal ikon-ikon lucu seperti Mickey Mouse, Donald Bebek, Putri Salju, dan sebagainya. Yang jelas, masa kecil kita tidak lebih indah tanpa kehadiran tokoh-tokoh animasi tersebut.
Dengan tokoh-tokoh itu, Disney mampu mengantarkan kita ke dunia hiburan yang sangat mempesona. Penuh impian. Bahkan, Disney menjadi salah satu raksasa bisnis dunia dengan keuntungan US$1,3 miliar.
Sulit membayangkan emporium bisnis itu dipelopori oleh seorang manusia rendah hati yang pernah drop out dari sekolahnya, Walt Disney. Bahkan, dalam hidupnya, Disney mengalami kebangkrutan sampai menguras uangnya selama empat kali. Membuatnya mengalami bencana keuangan dan guncangan bisnis yang cukup hebat.
Namun, keajaiban terjadi. Walt Disney tidak patah arang. Ia mampu mengubah tokoh-tokoh binatang di garasi mobilnya menjadi maha bintang animasi yang luar biasa. Tikus garasi diubah menjadi Mickey Mouse yang melegenda itu.
Keajaiban Disney terletak pada kemampuannya melakukan sebuah proses yang disebut Imageneering. Istilah ini dikembangkan Walt Disney pada 1967. Berasal dari kombinasi dua kata, imagination dan engineering. Proses imageneering inilah yang menjadi kunci sukses Disney. Strategi kreatif inilah yang melahirkan produk-produk apik Disney. Ini menjadi urat nadi dari Research and Development (R&D) mereka.
Kunci imageneering juga terungkap oleh salah satu tokoh penting di Disney. Menurutnya, ada tiga sisi penting pada Walt Disney yang muncul ke rapat setiap hari. Ketiganya adalah Si Pemimpi (the dreamer), Si Perencana nyata (the realist), dan Si Pengkritik (the critic). "Nah, kadang, kita tidak tahu siapa yang sedang kita temui di meeting saat itu," katanya.
Bagaimana kita menggunakan jurus ampuh Walt Disney untuk kesuksesan diri dan bisnis kita? Melalui teknologi modeling dari NLP (Neuro Linguistic Programming), kita pun mampu mengaplikasikan imageneering itu dalam diri kita untuk menggapai kesuksesan.
Pertama kali dikembangkan oleh Robert Dilts, proses imageneering pun bisa kita terapkan. Menurut Robert Dilts, proses ini merupakan kunci penting dalam memecahkan masalah dan mengubah mimpi-mimpi menjadi kenyataan.


Tiga jiwa

Singkatnya, di dalam diri kita masing-masing, kita mampu membangunkan ketiga jiwa yang juga dimiliki Disney, yakni the dreamer, the realist, dan the critic. The dreamer merupakan jiwa kita yang penuh kreativitas, penuh mimpi dan fantasi. Jangkauan pemikirannya luas. Tidak terbatasi oleh batas-batas dan kelemahan. Imaginasi terbentang menembus batas-batas. Tengok saja lirik lagu Imagine dari John Lenon. Lirik lagi ini mengungkapkan diri seorang dreamer sejati.
Kita pun perlu membangunkan jiwa pemimpi yang memampukan kita menyongsong masa depan dengan optimistis.
Lalu, ada pula the realist yang merupakan bagian diri yang bertugas untuk memikirkan secara membumi, membuat rencana realistis, dan konstruktif. Inilah sang eksekutor yang akan mengubah mimpi menjadi kenyataan.
Ada juga the critic dalam jiwa kita untuk mengetes dan menguji apa yang sudah direncanakan. The critic juga menciptakan berbagai skenario baru jika apa yang dipikirkan tidak berjalan dengan semestinya.
Normalnya, tidak ada orang yang mampu kuat di ketiganya. Tapi, untuk menggapai kesuksesan, kita membutuhkan ketiganya. The realist dan the critic tanpa the dreamer, akan menghasilkan self sabotage. Artinya, jalan di tempat lantaran tidak tahu harus melangkah ke mana.
The dreamer dan the critic tanpa the realist, menghasilkan pertentangan batin luar biasa antara impian dan kritik-kritik. Sebaliknya, the dreamer dan the realist tanpa the critic justru akan menghasilkan rencana tanpa antisipasi. Ketiganya harus berjalan seiring.
Nah, bagaimana kita bisa menerapkan model imageneering ini untuk pencapaian cita-cita? Paling sederhana, mulailah dengan the dreamer untuk menggali hasrat inti kita yang paling dalam. Hasrat inti ini menjawab apa yang kita inginkan dan juga ide-ide yang terbersit untuk segera mewujudkannya.
Salah satu pertanyaan pembantu bagi the dreamer adalah "Seandainya kamu mempunyai waktu serta sumber daya yang tak terbatas untuk mewujudkan cita-citamu, apakah ide-ide yang ingin kamu wujudkan?" Selanjutnya, setelah membuat ide-ide, langkah berikutnya adalah membuat rencana konkret. Inilah saatnya mengenakan jubah the realist.
Logikanya, perlu memperhitungkan waktu, apa saja yang dibutuhkan, dan langkah-langkah merealisasikan. Langkah terakhir, mengantisipasi apa yang mungkin menjadi kendalanya. Di sinilah, kita bisa membuat plan B atau C, seandainya yang kita pikirkan tidak terealisasikan.
Dengan ketiga itu, keajaiban akan muncul dalam hidup kita. Kita akan mampu mengubah segala mimpi-mimpi menjadi kenyataan. Dunia mimpi menjadi dunia kenyataan. Dan mimpi akan kesuksesan pun berubah menjadi kesuksesan secara nyata.

BaCa SeLeNgKaPnYa disini...

Killer statement

BISNIS - Jumat, 03/08/2007 10:57 WIB
oleh : Anthony Dio Martin
Managing Director HR Excellency

Ada sebuah istilah komunikasi negatif dalam Kecerdasan Emosional yang disebut killer statement. Apa itu killer statement? Gampangnya, killer statement itu adalah segala bentuk pernyataan kita yang kita keluarkan, sadar maupun tidak, tetapi melukai dan mampu merusak mental maupun semangat orang lain.
Jenis-jenis killer statement ini, tanpa sadar kita dengar setiap hari, atau barangkali tanpa sadar kita keluarkan dengan maksud bercanda, memotivasi, tapi justru merusak. Nah, kalimat-kalimat perusak jiwa yang menghasilkan perasaan yang negatif pada diri seseorang itulah yang seringkali kita sebut killer statement.
Menariknya, sejarah dunia komik pun pernah mencatat akibat buruk dari killer statement yang pernah diterima oleh dua anak bernama Jerry Siegel dan Joe Shuster. Kisahnya begini. Di masa depresi yang melanda Amerika pada 1933, Jeery Siegel mempunyai ide menciptakan seorang tokoh pahlawan anak-anak yang mempunyai kemampuan luar biasa.
Tenaganya lebih kuat dari besi, bisa terbang dan asalnya dari planet lain. Maka, bersama dengan temannya yakni Joe Shuster yang pandai melukis, diciptakanlah untuk pertama kalinya gambaran manusia baja tersebut. Tetapi gambaran komik manusia super itu tidaklah begitu menarik. Kecaman dan kritikan diterima.
Selama enam tahun berturut-turut komiknya pun ditolak sana-sini. Hingga akhirnya, puncak kehancuran mental Siegel dan Shuster terjadi saat mereka mendengar ada editor dari Detective Comics yang membutuhkan komik strips. Lantas mereka pun mencoba menjual kepada mereka.
Tapi, saat membuka-buka dan menlihat gambaran komik mereka, para editor pun tertawa dan berkata, "Wah, nggak akan ada yang percaya dengan ide komik seperti ini. Gambarnya murahan dan tak mungkin laku dijual". Maka, karena sudah terlalu frustrasi dengan penolakan dan kalimat yang menghancurkan itu, Shuster dan Siegel akhirnya sepakat menjual komik serta segala hak ciptanya kepada Detective Comics hanya senilai US$130.
Perhatikan baik-baik, hanya seharga US$130 ! Tapi, itulah kesalahan terbesar Siegel dan Shuster akibat terlalu mendengarkan killer statement yang diterimnya. Karena, beberapa saat setelah komiknya dibeli, karakter komiknya ternyata menjadi pujaan. Anda pasti bisa menebak. Itulah tokoh Superman, manusia Krypton dengan kemampuan terbang, penglihatan super serta kekuatan fisik yang luar biasa.
Komik Superman menjadi begitu laris, hingga difilmkan, karakternya menjadi tokoh idola anak-anak. Sementara Shuster dan Siegel, penciptanya yang pertama, hanya bisa gigit jari. Tokoh Superman menjadi populer dan meraup keuntungan miliaran dolar AS. Tapi tokoh penciptanya hanya mendapat US$130, bahkan hidup dalam utang dan kemiskinan.
Untungnya, pada 1975 setelah mendapatkan tekanan bertubi-tubi dari publik yang menganggap Detective Comics tidak berperikemanusiaan dengan membiarkan pencipta Superman hidup dalam miskin, akhirnya Detective Comics sepakat memberikan jaminan finansial. Tetapi, kalau kita melihat kembali, itulah harga dari sebuah killer statement yang telah menghancurkan karir dan kehidupan dua orang bocah bernama Shuster dan Siegel.
Pembaca, kisah ini kiranya membuat kita sadar akan bahaya dari killer statement dalam hubungan interpersonal kita. Memang, kadang killer statement ini diucapkan tidak dengan intensi yang negatif, tapi dampaknya, sungguh merusak! Namun, bisa juga killer statement ini diucapkan dengan maksud khusus untuk menjatuhkan mental orang yang mendengarnya.


Tip penting

Untuk itu, ada beberapa tip penting bagi kita. Pertama, hati-hati dengan killer statement yang mungkin kita ucapkan baik kepada anak kita, pasangan hidup kita, rekan kerja maupun bawahan kita. Killer statement ini menunjukkan bahwa kalimat yang diucapkan tanpa pertimbangan, bisa membunuh potensi, kemampuan maupun karakter baik seseorang.
Karena itu, kalaupun Anda sedang stress, sedang tidak dalam kondisi mood untuk bicara, merasa tidak puas dengan hasilnya, ataupun merasa tidak suka dengan apa yang Anda saksikan, usahakan untuk menghindari menggunakan kalimat yang bernada menghancurkan atau mencela.
Kedua, kita sendiri sebagai orang yang akan dan biasa menerima killer statement dari orang-orang di sekitar kita, lebih baik kita siapkan anti virus bagi kita sendiri. Anti virus ini berisi kalimat lain yang kita ucapkan pada diri kita sendiri, meskipun orang lain sudah mengatakan killer statement itu kepada kita.
Dalam workshop Kecerdasan Emosional yang kami lakukan, salah satu latihan yang kami berikan adalah dengan menggunakan kalimat penguatan positif yang cepat menetralkan meskipun orang lain telah mengatakan hal yang buruk kepada Anda.
Menariknya, juga di salah satu acara kontes menyanyi, ada seorang penyanyi kodang yang sudah tua, tapi diundang menjadi tamu untuk juri. Saat itu ada seorang penyanyi yang mendapat penilaian buruk dan akhirnya tersingkir. Saat sebelum mundur, si penyanyi tua ini memberikan nasihat, "Jangan pedulikan hasil penilaian ini buatmu. Yang penting adalah kuatkanlah dirimu terus. Sayapun tidak pernah menjuarai kontes menyanyi, toh dengan kegigihan, saya bisa menjadi seorang penyanyi. Teruslah berlatih dan buktikan dirimu bisa berhasil". Wow, mata saya berkaca-kaca mendengar motivasi dari sang artis dan bintang penyanyi tua ini.
Sungguh suatu kata-kata penguatan yang luar biasa. Andapun harus mengatakan hal yang sama kepada diri Anda, saat Anda diberikan kata-kata negatif ataupun killer statement. Ingatlah pembaca, jangan sampai potensi dan kemampuan Anda dirusak oleh kata-kata dari kalimat orang yang tidak bertanggung jawab. Merekalah yang sebenarnya punya masalah dengan diri mereka. Jangan biarkan mereka merusak diri Anda. Jangan biarkan mereka mencuri mimpi Anda.

BaCa SeLeNgKaPnYa disini...

Pribadi to do, to have, atau to be?

BISNIS - Jumat, 27/07/2007 11:12 WIB
oleh : Anthony Dio Martin
Managing Director HR Excellency

"Kegembiraan terbesar dalam hidup adalah keyakinan bahwa kita dicintai. Oleh karenanya, kita membagikan cinta bagi orang lain." (Victor Hugo)

Tidak ada yang bisa menghentikan waktu. Ia terus maju. Umur terus bertambah. Manusia pun mengalami babak-babak dalam hidupnya. Saat masuk fase dewasa, orang memasuki tiga tahapan kehidupan.
Ada masa di mana orang terfokus untuk melakukan sesuatu (to do). Ada saat memfokuskan diri untuk mengumpulkan (to have). Ada yang giat mencari makna hidup (to be). Celakanya, tidak semua orang mampu melewati tiga tahapan proses itu.
Fase pertama, fase to do. Pada fase ini, orang masih produktif. Orang bekerja giat dengan seribu satu alasan. Tapi, banyak orang kecanduan kerja, membanting tulang, sampai mengorbankan banyak hal, tetap tidak menghasilkan buah yang lebih baik. Ini sangat menyedihkan.
Orang dibekap oleh kesibukan, tapi tidak ada kemajuan. Hal itu tergambar dalam cerita singkat ini. Ada orang melihat sebuah sampan di tepi danau. Segera ia meloncat dan mulailah mendayung. Ia terus mendayung dengan semangat. Sampan memang bergerak. Tapi, tidak juga menjauh dari bibir danau. Orang itu sadar, sampan itu masih terikat dengan tali di sebuah tiang.
Nah, kebanyakan dari kita, merasa sudah bekerja banyak. Tapi, ternyata tidak produktif. Seorang kolega memutuskan keluar dari perusahaan. Ia mau membangun bisnis sendiri. Dengan gembira, ia mempromosikan bisnisnya. Kartu nama dan brosur disebar. Ia bertingkah sebagai orang sibuk.
Tapi, dua tahun berlalu, tapi bisnisnya belum menghasilkan apa-apa. Tentu, kondisi ini sangat memprihatinkan. Jay Abraham, pakar motivasi bidang keuangan dan marketing pernah berujar, "Banyak orang mengatakan berbisnis. Tapi, tidak ada hasil apa pun. Itu bukanlah bisnis." Marilah kita menengok hidup kita sendiri. Apakah kita hanya sibuk dan bekerja giat, tapi tanpa sadar kita tidak menghasilkan apa-apa?
Fase kedua, fase to have. Pada fase ini, orang mulai menghasilkan. Tapi, ada bahaya, orang akan terjebak dalam kesibukan mengumpulkan harta benda saja. Orang terobesesi mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Meski hartanya segunung, tapi dia tidak mampu menikmati kehidupan.
Matanya telah tertutup materi dan lupa memandangi berbagai keindahan dan kejutan dalam hidup. Lebih-lebih, memberikan secuil arti bagi hidup yang sudah dijalani. Banyak orang masuk dalam fase ini.
Dunia senantiasa mengundang kita untuk memiliki banyak hal. Sentra-sentra perbelanjaan yang mengepung dari berbagai arah telah memaksa kita untuk mengkonsumsi banyak barang.
Bahkan, dunia menawarkan persepsi baru. Orang yang sukses adalah orang yang mempunyai banyak hal. Tapi, persepsi keliru ini sering membuat orang mengorbankan banyak hal. Entah itu perkawinan, keluarga, kesehatan, maupun spiritual.
Secara psikologis, fase itu tidaklah buruk. Harga diri dan rasa kepuasan diri bisa dibangun dengan prestasi-prestasi yang dimiliki. Namun, persoalan terletak pada kelekatannya. Orang tidak lagi menjadi pribadi yang merdeka.
Seorang sahabat yang menjadi direktur produksi membeberkan kejujuran di balik kesuksesannya. Ia meratapi relasi dengan kedua anaknya yang memburuk. "Andai saja meja kerja saya ini mampu bercerita tentang betapa banyak air mata yang menetes di sini, mungkin meja ini bisa bercerita tentang kesepian batin saya...," katanya.
Fase itu menjadi pembuktian jati diri kita. Kita perlu melewatinya. Tapi, ini seperti minum air laut. Semakin banyak minum, semakin kita haus. Akhirnya, kita terobsesi untuk minum lebih banyak lagi.
Fase ketiga, fase to be. Pada fase ini, orang tidak hanya bekerja dan mengumpulkan, tapi juga memaknai. Orang terus mengasah kesadaran diri untuk menjadi pribadi yang semakin baik.
Seorang dokter berkisah. Ia terobesesi menjadi kaya karena masa kecilnya cukup miskin. Saat umur menyusuri senja, ia sudah memiliki semuanya. Ia ingin mesyukuri dan memaknai semua itu dengan membuka banyak klinik dan posyandu di desa-desa miskin.


Memaknai hidup

Ia memaknai hidupnya dengan menjadi makna bagi orang lain. Ada juga seorang pebisnis besar dengan latar belakang pertanian hijrah ke desa untuk memberdayakan para petani. Keduanya mengaku sangat menikmati pilihannya itu.
Fase ini merupakan fase kita menjadi pribadi yang lebih bermakna. Kita menjadi pribadi yang berharga bukan karena harta yang kita miliki, melainkan apa yang bisa kita berikan bagi orang lain.
Hidup kita seperti roti. Roti akan berharga jika bisa kita bagikan bagi banyak orang yang membutuhkan. John Maxwell dalam buku Success to Significant mengatakan "Pertanyaan terpenting yang harus diajukan bukanlah apa yang kuperoleh. Tapi, menjadi apakah aku ini?"
Nah, Mahatma Gandhi menjadi contoh konkret pribadi macam ini. Sebenarnya, ia menjadi seorang pengacara sukses. Tapi, ia memilih memperjuangkan seturut nuraninya. Ia menjadi pejuang kemanusiaan bagi kaum papa India.
Nah, di fase manakah hidup kita sekarang? Marilah kita terobsesi bukan dengan bekerja atau memiliki, tetapi menjadi pribadi yang lebih matang, lebih bermakna dan berkontribusi!

BaCa SeLeNgKaPnYa disini...