KOMPAS - Jumat, 10 Agustus 2007
Yogyakarta, Kompas - Kerukunan antarumat beragama di Indonesia masih berpeluang besar untuk terwujud jika setiap umat mau membuka diri untuk bergaul. Selama ini interaksi itu kerap terhambat hanya karena kesalahpahaman akan istilah linguistik tertentu.
Budayawan Emha Ainun Najib, yang akrab disapa Cak Nun, mencontohkan pengucapan salam antarumat adalah contoh hambatan yang masih kerap terjadi. "Kalimat assalamualaikum, misalnya, seolah-olah hanya menjadi milik umat Islam, padahal semua umat boleh mengucapkannya sekaligus membalas salam ini," kata Cak Nun, Rabu (8/8) malam.
Dalam acara dialog antarumat beragama yang digelar di halaman Gereja Pugeran, Yogyakarta, itu, tokoh agama yang selalu mengobarkan semangat pluralisme tersebut menjelaskan, "Jika diibaratkan, kerbau biarlah tetap menjadi kerbau dan kambing tetap menjadi kambing. Tidak perlu kerbau dikambing-kambingkan atau sebaliknya. Tanpa menjadi hewan lain, kerbau dan kambing pun masih bisa merumput bersama di lapangan."
Dialog bertema "Membangun Habitus Kebangsaan Baru" ini terlaksana sebagai rangkaian acara ulang tahun ke-73 Paroki Pugeran. Dalam acara yang diketuai Untung Basuki itu turut hadir tokoh agama Hindu, Buddha, Kristen, dan Konghucu.
Satu hal unik terjadi pada akhir acara. Lewat tengah malam umat yang hadir merasakan getaran gempa bumi. Mereka lalu berdiri, merapat, dan berkumpul hingga guncangan gempa berangsur reda. "Ini merupakan bukti bahwa rasa persaudaraan itu sesungguhnya ada dalam masing-masing orang," kata Cak Nun. (YOP)
Friday, August 10, 2007
Linguistik Jangan Hambat Kerukunan
Posted by RaharjoSugengUtomo at 2:53 PM
Labels: HeadlineNews: Kompas
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment