Friday, August 10, 2007

Gempa Bumi: Ratusan Rumah Warga Retak, Turbin Pertamina Rusak

KOMPAS - Jumat, 10 Agustus 2007

Indramayu, Kompas - Gempa berkekuatan 7,0 skala Richter, Kamis (9/8) pukul 00.04, di 75 kilometer barat laut Indramayu, Jawa Barat, membawa efek luas di sejumlah daerah.
Di sejumlah kota, di antaranya DKI Jakarta dan sekitarnya, Bandung, DI Yogyakarta, Cilacap, Bogor, Sukabumi, Serang, dan di lereng Gunung Merapi, getaran gempa cukup mengguncang sehingga warga berhamburan ke luar rumah. Getaran cukup kuat juga terasa di beberapa kota di Sumatera, mulai dari Bandar Lampung hingga Padang, Sumatera Barat.
Di Jakarta, warga yang tinggal di apartemen (10 sampai 40 lantai) berlarian turun ketika apartemen mereka bergoyang. Setelah tiba di ruang terbuka, wajah mereka tampak tegang. Sebagian berlari ke luar rumah hanya dengan mengenakan handuk, daster, atau celana pendek.
Kerusakan akibat gempa di mana-mana. Ratusan rumah warga di sejumlah kecamatan di bagian selatan Sukabumi retak-retak. Beberapa turbin Pertamina Unit Pengolahan (UP) VI Balongan, Indramayu, rusak.
Di Kota dan Kabupaten Sukabumi, getaran gempa terasa hingga tiga menit. Warga berhamburan ke luar rumah begitu merasakan gempa. Sesudah gempa hingga matahari terbit, warga bertahan di luar rumah karena takut terjadi gempa susulan.
Sularsono (50), warga Kampung Cimanggis, Desa Sukamukti, Kecamatan Waluran, mengatakan, gempa tak hanya mengakibatkan tembok rumah retak, tetapi juga meruntuhkan genteng rumah. Sepanjang Kamis, warga bergotong-royong mengganti genteng yang rontok.
Warga pesisir Sukabumi yang panik mengemasi barang-barang mereka begitu getaran gempa reda. Mereka menunggu air laut surut sebelum mengungsi.
Tiga dari lima steam turbin generator milik Pertamina UP VI Balongan rusak selama beberapa jam. Proses pengolahan minyak terhambat sekitar empat jam.
"Kilang dimatikan karena pembangkitnya agak goyang," ujar Direktur Utama PT Pertamina Ari H Soemarno. Meskipun kilang sudah bisa dinyalakan lagi kemarin siang, ia memperkirakan dibutuhkan waktu tiga hari sampai produksi kembali normal.
Kapasitas produksi kilang Balongan mencapai 125.000 barrel per hari. Vice President Bidang Niaga dan Pemasaran PT Pertamina Hanung Budya menjamin pasokan bahan bakar minyak di wilayah Jabar dan Jateng tidak akan terganggu.
Gempa tektonik yang berpusat di Laut Jawa dekat Indramayu ini kemungkinan besar bisa memicu aktivitas empat gunung api di Indonesia. Untuk memastikannya akan dilihat seberapa besar deformasi, temperatur sumber air, dan anomali kimia gas gunung itu, termasuk apakah terjadi gempa dalam dan dangkal di gunung api itu.
Empat gunung api yang diperkirakan terpengaruh itu adalah Gunung Anak Krakatau (Lampung), Gunung Papandayan (Garut), Gunung Ciremai (Kuningan), dan Gunung Slamet (Purwokerto).
Menurut Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Surono, Kamis, peningkatan aktivitas bisa terjadi jika gunung api berada dalam kondisi kritis. Tumbukan yang terjadi bisa melepaskan energi dan kemudian memengaruhi aktivitas gunung api.
Petugas pengamat gunung api (PGA) Papandayan mengatakan, aktivitas Papandayan tidak terlalu terpengaruh. Namun, pada pukul 00.06 sempat tercatat gempa dengan getaran III MMI. Menurut Momom, petugas PGA, dalam jeda waktu pukul 00.00 hingga 05.00 terjadi satu kali gempa vulkanik A, enam kali vulkanik B, dua kali tektonik jauh, dan dua kali gempa tremor.
Mengenai luasnya daya getar gempa, Surono mengatakan, karena dalamnya pusat gempa mencapai 286 kilometer, meskipun terjadi di perairan Indramayu, tumbukan antara lempeng Eurasia dan Indo Australia itu bisa terasa hingga Padang dan Yogyakarta. Meski daya rusaknya kecil, di beberapa daerah yang tanahnya bersifat lepas urai dampak gempa akan terasa.
Gempa dalam
Dalam konteks itu, guru besar seismologi yang juga Ketua Kelompok Keahlian Ilmu dan Teknik Geofisika ITB Sri Widiyantoro mengungkapkan, gempa berkekuatan sekitar 7,0 SR itu jika dibandingkan dengan gempa di Yogyakarta tahun lalu yang magnitudonya 5,9 SR berarti kekuatannya 10 kali lipat besarnya. Pengukuran magnitudo ini bersifat algoritmik—satu angka meningkat berarti 10 pangkat 1, dua angka meningkat berarti 10 pangkat 2 atau sama dengan 100 kali.
"Untungnya itu merupakan gempa dalam sehingga getaran di permukaan tidak besar," tuturnya. Karena gempa dalam, menurut Widiyantoro, pengaruhnya terhadap infrastruktur tidak terlalu besar. (NIT/MKN/AHA/JON/CHE/ EGI/MDN/YOP/PRA/WSI/ DOT/ISW/RTS/NTA/LAS)

0 comments: