Tuesday, June 12, 2007

The power of choice

BISNIS - Jumat, 08/06/2007 11:26 WIB

oleh : Anthony Dio Martin
Managing Director HR Excellency

"Kita selalu punya pilihan"(Tobey Maguire, Spiderman 3)

Dalam rubrik di Bisnis edisi 27 Mei, Bapak Christovita Wiloto telah menyoroti soal film Spiderman, dari sisi ide dan penjualannya. Kali ini, lebih khusus lagi, film anak-anak Spiderman 3 tersebut akan kita jadikan sebagai suatu inspirasi dalam hidup kita.
Tanpa bermaksud promosi, saya akan mengawali tulisan ini dengan sepotong cerita dari film Spiderman 3. Film yang dibintangi Tobey Maguire dan Kirsten Dunst ini cukup memukau. Jauh-jauh hari, dunia dibikin heboh dengan simbol si manusia laba-laba ini.
Sekuel ketiga film yang diangkat dari cerita komik terbitan Marvel Comics ini memang memikat, mirip tokoh-tokoh superhero lain, seperti Superman, Batman, X-Man, dan sebagainya. Film superhero ini memang menjadi tontonan akhir akhir pekan dan hiburan yang menyenangkan. Jutaan orang di seluruh dunia tidak mau melewatkan hiburan garapan sutradara Sam Raimi itu.
Dari film tersebutlah, saya mendapatkan sebuah inspirasi hidup penting yang ingin saya bagikan kepada pembaca kali ini. Saya ingin berbagi soal kekuatan memilih (The power of choice). Singkat cerita, dalam film ini, ada salah satu karakter antagonis, musuh bebuyutan Spiderman, yakni Goblin Junior bernama Harry Osborn (James Franco).
Harry membuat pilihan hidup terbaik justru pasa saat-saat akhir film. Ada kata-kata menarik yang tergelincir dari mulut Peter Parker alias Spiderman ini: "Saya belajar sesuatu tentang pilihan hidup dari Harry. Harry membuat pilihan yang lebih baik di saat..."
Begitu juga, ada tokoh bernama Sandman yang selalu berkata, "I am a good person, but have a bad luck (saya orang baik, tetapi bernasib sial). Lalu, Spiderman membalas, "Kita selalu punya pilihan."
Pembaca, mari kita bicara tentang pilihan hidup. Ada orang yang mengatakan hidup adalah perkara memilih. Memang benar, hidup selalu dihadapkan oleh setiap pilihan. Lihat saja, dari bangun tidur sampai mau tidur lagi kita dihadapkan pada 1001 pilihan. Sebenarnya, pilihan yang dibuat itulah yang seringkali membedakan antara seorang yang sukses dan seorang yang gagal dalam hidupnya.
Banyak orang yang gagal merasa dirinya tidak mempunyai banyak pilihan. Sementara itu, orang yang sukses melihat, dirinya selalu mempunyai pilihan dan mampu memilih. Hanya saja, persoalannya, apakah dia melihat adanya alternatif-alternatif itu atau tidak.
Orang yang tidak sukses tidak terlatih untuk melihat alternatif itu. Karena itu, dengan kondisinya, dia membuat banyak pilihan yang buruk. Saat ditanya mengapa dia melakukan tindakan dan sikap tertentu, dia sering dengan pesimis mengatakan, "Saya tidak mempunyai pilihan lain."
Pembaca, dalam sebuah permainan Think-Fell-Act yang seringkali saya praktikkan dalam workshop Kecerdasan Emosional, peserta selalu belajar melakukan pemilihan dalam berbagai situasi. Pilihan itu bisa baik dan bisa juga buruk. Tapi, pertama yang harus kita sadari adalah kita pasti punya pilihan. Kita bukanlah bintang yang terkondisi.
Setop-Pikir-Pilih
Kemudian, ada proses yang disebut dengan SPP, yakni Setop-Pikir-Pilih. Jadi, dalam situasi apa pun, penting bagi kita untuk stop (jeda) sejenak, memikir sejenak, dan baru menentukan pilihan.
Ingat, stop di sini bukan untuk berlama-lama. Bahkan, kalau kita mengacu pada proses neurologi di otak yang terbukti dalam sebuah riset, kita hanya butuh waktu enam detik untuk membantu membuat pilihan.
Jadi, para tokoh jahat dalam film Spiderman yang merasa dirinya membunuh disebabkan karena tidak mempunyai pilihan. Atau, mereka yang berkata kasar karena merasa tidak mempunyai pilihan. Atau, mereka yang bekerja tidak halal karena tidak punya pilihan. Mereka yang menjadi koruptor karena memang tidak ada pilihan lain. Nah, mereka salah!
Saya teringat pada seorang pegawai administrasi yang bekerja di sebuah perusahaan komputer selama hampir tujuh tahun. Dia bekerja dilandasi oleh motivasi yang sangat payah. Saat ditanya mengapa sikap kerjanya demikian, dia menjawab, "Saya sebenarnya tidak suka kerjaan ini. Tapi, saya tidak mempunyai pilihan." Bayangkan. Tentu saja, bekerja tujuh tahun dengan semangat loyo tanpa merasa punya pilihan adalah kesiaa-siaan dalam hidupnya!
Kemampuan kita untuk memilih didasarkan pada kenyataan bahwa kita adalah manusia yang diciptakan dengan bebas. Kebebasan inilah anugerah yang terbesar dari Pencipta bagi kita. Dengan kebebasan itu, kita mampu membuat pilihan.
Binatang dan tumbuhan tidak bisa menjatuhkan pilihan. Ingat, kebebasan selalu inheren (melekat erat) dengan tanggung jawab. Nah, orang yang memilih berarti mengkondisikan dirinya sebagai orang bebas. Orang yang bebas akan mengkondisikan dirinya sebagai orang yang bertanggung jawab. Tidak ada tanggung jawab tanpa kebebasan memilih. Orang yang berani memilih adalah orang yang berani bersikap.
Akhirnya, mari kita belajar dari Spiderman. Kita selalu mempunyai pilihan atas kehidupan kita. Dan di dalam setiap pilihan kita, ada tanggung jawab. Ketika kita sudah memilih, energi kita akan terkumpul untuk menghidupi pilihan itu. Seseorang yang menjadikan menulis sebagai pilihan hidupnya, maka dia akan mencurahkan segala energinya untuk menulis dengan totalitas. Dia akan selalu disiplin untuk duduk di kursi hanya untuk merangkai kata-kata.
Dengan begitu, sebenarnya dia sedang berusaha hidupi pilihannya dengan totalitas. Dengan membuat pilihan, sebenarnya orang itu sedang mengamini hidupnya sendiri. Intinya, menyadari bahwa kita punya pilihan. Berani membuat pilihan. Lantas, mengoptimalkan pilihan yang telah dibuat, itulah kekuatan yang sesungguhnya. Itulah kekuatan dari pilihan, the power of choice.

0 comments: