KOMPAS - Sabtu, 07 Juli 2007
Jakarta, Kompas - Strategi kebudayaan nasional sudah kian mendesak dan penting di tengah berbagai perubahan yang begitu cepat terjadi di masyarakat. Masalah kebudayaan sejalan dengan perkembangan masyarakat global telah menjadi semakin kompleks.
Antropolog dari Universitas Indonesia Ahmad Fedyani Jumat (6/7) mengatakan, hal yang relevan didiskusikan untuk kepentingan bangsa saat ini ialah kebudayaan dalam konteks praktikal atau kebijakan oleh negara.
Sementara dalam konteks kebangsaan, strategi kebudayaan dapat dikatakan merupakan rekayasa tertentu yang tujuannya untuk membangun dan memelihara jati diri bangsa dari waktu ke waktu. Muaranya adalah jati diri sebuah bangsa.
Tafsir tunggal
Dahulu sebelum terjadi reformasi, kebijakan kebudayaan dibangun secara terpusat dan ditafsirkan secara tunggal oleh pemerintah sebagai pemegang kekuasaan.
Hal ini tercermin dalam gagasan pengamalan Pancasila yang dapat dikatakan sebagai salah satu strategi kebudayaan nasional saat itu. Strategi itu surut setelah gerakan reformasi pada tahun 1998 dan ketika itu dipertanyakan relevansinya.
Perubahan besar, dalam hal ini reformasi, mengakibatkan antara lain pergeseran politik nasional dari yang sentralisasi menjadi desentralisasi.
Belum lagi kini keaneragaman semakin meningkat. Kini banyak yang berbicara tentang negara dan bangsa. Negara bangsa dipertanyakan, terlebih lagi ketika negara tidak dapat menjamin kesejahteraan rakyatnya. Isu yang kemudian muncul ialah gejolak dan konflik.
Dia mengatakan, sejauh ini belum ada strategi kebudayaan yang baru yang mampu menjawab tantangan domestik maupun global. Pemerintah dan lembaga belum berbicara strategi baru yang relevan dan kontekstual.
Bahkan, kebudayaan oleh pemerintah terkadang direduksi menjadi komoditas pariwisata. Di sisi lain memang perlu dimaklumi bahwa pemerintah memang menghadapi tantangan berat.
Mengakomodasi keragaman
Dia mengusulkan, kebijakan strategi kebudayaan sebaiknya mampu mengakomodasi keanekaragaman bangsa. Kebijakan baru juga harus sinergis dengan perubahan yang terjadi. Terutama globalisasi yang menjadi tantangan serius. Selain itu, penanaman rasa kebangsaan pada generasi muda dalam pembangunan dengan cara yang relevan tetap perlu dilakukan.
Kebijakan harus berbasis realitas yang konkret bukan jargon yang berjarak.
"Contohnya, kita sering mendengar bagaimana ungkapan membangun pemerintahan yang bersih berwibawa didengungkan tetapi tidak demikian realitanya sehingga ketidakpercayaan masyarakat kini (justru) meningkat," katanya.
Ahmad Fedyani mengatakan, isu kebudayaan merupakan isu spesifik yang meliputi segala aspek kehidupan masyarakat. Oleh karena itu pemerintah sebaiknya menjalankan kebijakan yang menyeluruh secara integral.
Pemahaman yang kuat terhadap kebudayaan domestik sudah seharusnya mulai ditanamkan ke dalam berbagai departemen dan lapisan masyarakat.
Kreasi anak bangsa juga perlu didukung sehingga terjadi keberlangsungan intelektual.
"Konteks kebanggaan yang aktual perlu terus dibangun. Jerman, misalnya, saat ini begitu bangga dengan kemajuan teknologinya," ujarnya.
Bukan hanya negara kaya dan maju, bahkan negara Bangladesh yang miskin, yang telah melahirkan seorang peraih nobel. Berbagai inovasi baru harus terus dilakukan dan itu harus didukung," ujarnya.
Perjuangan setiap sektor
Sastrawan Nirwan Dewanto sementara itu mengatakan, yang dibutuhkan bangsa Indonesia saat ini bukan lagi strategi atau cetak biru kebudayaan di atas kertas yang berujung kepada jargon-jargon semata.
"Yang diperlukan saat ini ialah perjuangan setiap sektor secara nyata agar ada hasil yang konkret," ujarnya.
Dia sendiri melihat kini di berbagai bidang telah terjadi berbagai kontradiksi. Apa yang diucapkan berbeda dengan apa yang dilakukan.
"Sebagai contoh, etos kerja keras sebagai sebuah budaya selalu didengungkan agar dapat diinternalisasikan, namun pada kenyataannya pemerintah malah terus menambah hari-hari libur nasional," ujar Nirwan.
Untuk membangun kebudayaan ada baiknya berbagai unsur kebudayaan dihidupkan dalam khasanah keilmuan.
Harus diingat, tambah Nirwan, pengembangan bidang arkeologi dan permuseuman menjadi salah satu hal penting dalam menjadikan tradisi dan nilai-nilainya bisa masuk ke dalam khasanah keilmuan.
Jika khasanah keilmuan tersebut berkembang, maka masyarakat dapat langsung berinteraksi dengan perkembangan budayanya. "Kenyataannya, pengembangan museum dan pengembangan arkeologi saat ini seperti terbelakang," ujarnya. (INE)
Saturday, July 07, 2007
Kebudayaan: Strategi Nasional Sudah Mendesak
Posted by RaharjoSugengUtomo at 12:43 PM
Labels: HeadlineNews: Kompas
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment