Monday, July 09, 2007

Kecelakaan: Piknik yang Menewaskan 4 Orang Lagi

KOMPAS - Senin, 09 Juli 2007

Ratih PS, Neli Triana dan AgusTinus Handoko

Beberapa jam setelah pemakaman belasan korban kecelakaan lalu lintas di Jembatan Cikundul, Desa Ciloto, Cianjur, Jawa Barat, hari Minggu (8/7) sekitar pukul 15.30 terjadi lagi sebuah kecelakaan lalu lintas yang menewaskan empat orang dan melukai tujuh orang.
Kecelakaan lalu lintas yang menewaskan empat orang dan melukai tujuh orang itu terjadi di tanjakan Cibalok, Kampung Gunung Peuteui, Desa Gunung Sari, Pamijahan, Kabupaten Bogor. Kecelakaan ini melibatkan dua bus. Korbannya adalah rombongan piknik dari Yayasan Al Amanah di kawasan Perumnas Karawaci II, Tangerang. Para korban baru saja berwisata alam ke Gunung Bunder, di kawasan wisata Salak Endah, Pamijahan.
Korban dalam kecelakaan kemarin adalah Evi Alfia (21), Mia Eka Putri (43), Apriatidian Mulyati (32), dan Loji (50). Apriatidian adalah kondektur bus Pusaka Jaya dan Loji adalah penduduk lokal yang saat itu tengah berjalan kaki.
Kecelakaan melibatkan bus Parung Indah B 2635 CQ yang disopiri Bambang dengan bus Pusaka Jaya B 7025 GC yang disopiri Kusmana (45). Kedua bus itu disewa Yayasan Al Amanah untuk membawa rombongan ke Gunung Bunder.
"Bus Pusaka Jaya ditabrak dari belakang oleh bus Parung Indah. Tabrakan terjadi karena rem bus Parung Indah blong," kata Kepala Polsek Cibungbulang Ajun Komisaris Ade S Hidayat, petang kemarin.
Baru saja dimakamkan
Sehari sebelumnya bus wisata Sekolah Menengah Pertama Islam Ar-Ridho, Depok, yang dikemudikan Helmy Mahmud (37) terjun ke dalam jurang di bawah Jembatan Cikundul.
Helmy, pengemudi bus Limas bernomor polisi B 7919 PW, kemarin akhirnya mengembuskan napas terakhir, menyusul 16 korban tewas lain yang dimakamkan Minggu kemarin.
Kepala Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung Tri Wahyu M mengatakan, kematian Helmy disebabkan banyaknya pendarahan yang diakibatkan patah kedua tungkai kaki. Pemberian cairan pengganti disertai donor darah juga tidak mampu menyelamatkan nyawanya.
Hingga Minggu siang, pihak RSHS masih merawat empat korban dari 10 pasien yang dirujuk. Empat korban ialah M Rafli (7) dan Sinta (16) yang menderita cedera kepala ringan, Rifki (14) dan M Esra (14) yang sedang dalam tahap pemulihan.
Suasana duka di Depok
Suasana duka menyelimuti rumah Dedy (47) di Kampung Sawah RT 01 RW 04 Nomor 34, Sukmajaya, Depok, Minggu. Pagi itu ia dan keluarganya baru saja menguburkan putri sulungnya, Desy Aryanti (14). Desy termasuk dalam 16 korban tewas kecelakaan bus di Jembatan Cikundul, Ciloto, Sabtu.
"Ia itu anak yang manja, tetapi pintar. Di umur 14 tahun ini ia sudah lulus SMP dengan nilai ujian rata-rata 8,7. Kami sudah berencana memasukkan Desy ke SMA Manunggal atau SMK Ar-Ridho. Desy bersemangat sekolah dan ingin kuliah. Desy ingin kuliah sambil kerja untuk membantu kami, orangtuanya," kata Dedy.
Kabar tewasnya Desy diterima bagai petir menyambar dirinya di siang bolong.
Najah (39), istri Dedy, tak mampu berkata apa-apa. Air mata masih menetes sedih ditinggal putri sulungnya. Pandangan matanya selalu jatuh ke adik Desy yang masih duduk di bangku sekolah taman kanak-kanak. Wajah itu mengingatkannya pada wajah Desy.
Pasangan suami-istri ini sempat melarang Desy ikut acara wisata sekaligus perpisahan anak-anak kelas III SMP Ar-Ridho yang baru saja lulus ujian. Namun, karena Desy tampak begitu gembira dan bersemangat, Dedy mengizinkan dengan syarat harus selalu mengabarkan kondisinya dan cepat pulang, Sabtu malam itu juga.
Kegembiraan yang berubah menjadi kesedihan itu terlihat sangat nyata setelah bus Limas masuk jurang berkedalaman 30 meter itu. Tangisan membahana di tengah keluarga besar dan alumni SMP tersebut.
"Ini seperti mimpi. Tadi pagi kami masih bersenda gurau, siang ini mereka sudah terbujur kaku dan meninggalkan kami," tutur Umi, alumnus kelas IIIB Sekolah Menengah Pertama Islam Ar-Ridho Depok 2007, Sabtu (7/7) siang di Rumah Sakit Umum Cimacan.
Setelah bertutur, Umi kembali menangis. Seorang teman lain yang berbalut perban di kepala dengan mata kanan biru lebam mencoba menenangkannya. Umi masih tak percaya atas apa yang mereka alami beberapa jam sebelumnya. Rombongan alumnus dan guru yang semula akan menghabiskan akhir pekan di Kebun Raya Cibodas harus mengakhiri rencana mereka di dasar Jembatan Cikundul.
Sabtu siang itu, Umi memang serasa hidup dalam mimpi kendati dia dalam keadaan sadar. Umi baru saja kehilangan tujuh teman yang semuanya akrab dengannya, dua guru, seorang penjaga sekolah, dan seorang petugas administrasi. Kecelakaan maut itu juga merenggut dua anak balita, anak para guru dan korban yang tertabrak bus.
Umi bertutur, selepas mereka lulus dari SMP Islam Ar-Ridho, mereka ingin meninggalkan kenangan manis bersama guru-guru mereka yang telah mendidik mereka selama tiga tahun. Kenangan itu mereka torehkan karena sebentar lagi mereka akan beranjak menjadi manusia lebih dewasa ke jenjang sekolah yang lebih tinggi.
"Sungguh, kami ingin meninggalkan sekolah dengan kenangan yang indah," kata Umi sambil terisak. (CHE/MKN)

0 comments: