Saturday, June 16, 2007

Amir Darurat JI Ditangkap

KOMPAS - Sabtu, 16 Juni 2007

Penangkapan Tidak Tuntaskan Masalah Terorisme

Jakarta, Kompas - Pemimpin tertinggi atau amir darurat kelompok Jemaah Islamiyah, Zarkasih alias Mbah (45), telah diringkus tim polisi antiteror di Daerah Istimewa Yogyakarta, selang sekitar enam jam sesudah penangkapan Abu Dujana (37) di Banyumas, Jawa Tengah, tanggal 9 Juni lalu.
Akan tetapi, penangkapan Zarkasih serta Abu Dujana tidak membuat kekuatan kelompok Jemaah Islamiyah (JI), yang disebut polisi terlibat berbagai aksi teror, melemah, apalagi salah satu kekuatan JI yang utama adalah eratnya solidaritas. "Zarkasih alias Mbah (yang sebelumnya pernah disebut Zulkarnaen), selaku amir darurat atau mashul JI yang menggantikan Adung, sudah ditangkap," kata Kepala Tim Polisi Antiteror Markas Besar Polri Brigadir Jenderal (Pol) Suryadarma Salim, Jumat (15/6).
Zarkasih adalah pengganti Adung, yang ditangkap polisi di Sukoharjo, Jawa Tengah, tahun 2004. Adung menjabat semacam pelaksana harian organisasi JI pada kurun waktu 2003-2005. Sebelumnya, Amir JI, Abu Rusdan, ditangkap polisi pada tahun 2003 di Kudus, Jawa Tengah.
Pascapenangkapan Adung, para petinggi JI yang tergabung dalam Lajnah Ikhtiar Linasbil Amir (LILA) atau komisi para petinggi JI memilih Zarkasih sebagai amir darurat. Zarkasih dalam struktur JI dahulu merupakan Ketua Mantiqi II.
Dalam pernyataannya yang tertuang dalam rekaman video Polri, Zarkasih mengaku dipilih sebagai amir darurat untuk mengisi kekosongan posisi amir dalam tubuh JI. Secara resmi, Zarkasih menjabat sebagai mashul sejak tahun 2005 hingga sekarang.
Sebelumnya, polisi beberapa kali sempat menyebut sosok bernama Mbah, yang kerap disebut-sebut tujuh tersangka teroris yang ditangkap Maret 2007.
Informasi yang dihimpun di kepolisian menyebutkan, tim polisi antiteror baru mengetahui siapa sebenarnya Zarkasih dalam struktur JI setelah penangkapan dan pemeriksaan awal.
Salah satu bekas anggota JI sekaligus mantan Ketua Mantiqi III JI, Nasir Abbas, warga negara Malaysia, dalam perjalanan di pesawat udara antara Jakarta dan Yogyakarta, kemarin, mengatakan, tertangkapnya Zarkasih menjawab sebagian teka-teki selama ini soal sosok pemimpin tertinggi di JI saat ini.
Menurut Nasir, Zarkasih adalah teman satu angkatan dirinya saat mengikuti pendidikan militer angkatan ke-5 di Kamp Saddah milik mujahidin Afganistan di perbatasan Pakistan.
Zarkasih juga pernah mengajar di Kamp Hudaibiyah JI di Mindanao, Filipina, tahun 1998. Dia memiliki nama lain, yaitu Zuhroni, Zainudin, atau Oni. Dia lahir di Pekalongan, Jateng, 28 Desember 1962, dan alamat terakhir di Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.
Pendekatan personal
Nasir menambahkan, dengan tertangkapnya mashul JI (Zarkasih), pemimpin gugus militer JI (Dujana) serta anggota lain, tidak berarti organisasi JI melemah.
Pemerintah Indonesia perlu memikirkan suatu solusi untuk menangani persoalan ideologi yang diyakini para anggota JI. Penanganan itu membutuhkan upaya soft power serta pendekatan personal sangat serius. Pemerintah pun perlu mencoba aktif bekerja sama dengan Filipina untuk mengatasi kamp pelatihan militer di Mindanao yang masih aktif, Kamp Jabal Quba.
Suryadarma menambahkan, Zarkasih selama ini diduga mengontrol operasi pelatihan militer JI di kamp di Jabal Quba. Zarkasih juga bertanggung jawab mengirim peserta latihan militer, menerima dan menempatkan anggota JI setelah pendidikan, mengirim uang kebutuhan, dan mengirim anggota ke Kamp Jabal Quba. Zarkasih diduga terlibat pula dalam kasus teror di Poso, Sulawesi Tengah.
Sementara itu, identitas lengkap enam tersangka teroris yang ditangkap selain Abu Dujana adalah Nur Afidudin alias Suharto alias Haryanto, Aziz alias Mustofa alias Ari, Aris Widodo alias Tri, Arif Saefudin, Isa Ansyori Muchaironi, dan Nur Fauzan. Mereka ditangkap di sejumlah tempat di Yogyakarta, Jateng, dan Surabaya, 9-10 Juni lalu.
Pengacara delapan tersangka, Asluddin Hajani, mengatakan, Isa masih berusia 16 tahun dan Fauzan 17 tahun. Sebab itu, pihaknya akan memohon agar keduanya tidak ditahan karena masih anak-anak. Keduanya ditangkap di suatu bengkel di Yogyakarta.
Berkaitan dengan buronan teroris nomor satu, Noordin M Top, menurut Suryadarma, kelompok Dujana, termasuk Zarkasih, kerap melindunginya.
Di Jakarta, Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai penjelasan dini Perdana Menteri Australia Alexander Downer mengenai informasi penangkapan Dujana oleh aparat Polri kurang pantas karena informasi itu belum diumumkan di Indonesia. Padahal, penjagaan kerahasiaan diperlukan untuk operasi polisi. (SF/INU)

0 comments: