KOMPAS - Senin, 18 Juni 2007
Solo, Kompas - Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri atau IPDN yang gencar mengungkap kebobrokan di kampusnya, Inu Kencana Syafiie, mengakui hingga kini masih mendapat ancaman dan teror dari berbagai kalangan yang tidak senang dengan sikapnya. Meskipun demikian, ia mengaku tidak gentar menghadapi berbagai ancaman, sebaliknya dia menegaskan tidak akan berhenti mengungkap kebenaran.
Demikian disampaikan Inu ketika tampil berbicara dalam acara "Bedah Buku IPDN Undercover: Sebuah Kesaksian Bernurani" yang digelar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta (UNS), Sabtu (16/6) di Kampus UNS. Inu tampil berbicara bersama Prof Dr HM Furqon (praktisi pendidikan UNS) di hadapan mahasiswa dan dosen di UNS. Dalam acara ini Inu berbicara blakblakan mengungkap kondisi di IPDN dan menceritakan kehidupan dirinya.
Karena mendapat ancaman, Inu mengaku hingga kini dia dan keluarga mendapat pengawalan dari aparat kepolisian. "Saya siap menghadapi pengadilan, saya masuk penjara enggak apa-apa, tetapi saya punya semua datanya. Kalau nekat juga, mereka akan malu sendiri," ujarnya.
Soal hasil kerja Tim Evaluasi Penyelenggaraan Pendidikan di IPDN yang dipimpin Ryaas Rasyid, Inu mengaku telah mendapat informasi. Namun, karena hasil kerja tim tersebut harus dilaporkan kepada presiden lebih dulu, hingga kini hasilnya belum dibuka kepada publik.
Meskipun demikian, Inu menyatakan, dari evaluasi yang dilakukan, ada banyak hal yang harus dilakukan di IPDN. "Kalau saya maunya 95 persen orangnya di IPDN keluar. Tentu mereka tidak mau, maka ada adu kuat dan pembunuhan karakter terhadap saya," ujarnya.
Apakah sudah ada calon tersangka dalam kasus IPDN? Inu menyatakan, dari informasi yang diperolehnya, ada banyak calon tersangka dari IPDN. Tidak tertutup kemungkinan dari evaluasi yang dilakukan, Departemen Dalam Negeri juga akan terkena dampaknya. "Tetapi, saya tidak bisa bicara banyak. Ini kewenangan polisi," katanya. (SON)
Monday, June 18, 2007
Inu Kencana Mengaku Masih Diteror
Posted by RaharjoSugengUtomo at 2:52 PM
Labels: HeadlineNews: Kompas
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment