Monday, June 18, 2007

Rumah Arif Digeledah

KOMPAS - Senin, 18 Juni 2007

Penanganan Eks Narapidana Teroris Dipertanyakan

Surabaya, Kompas - Petugas Detasemen 88 Mabes Polri bersama Kepolisian Sektor Wonokromo, Minggu (17/6), menggeledah paksa rumah Arif Saefudin, tersangka anggota jaringan teroris di Jalan Pulo Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur. Namun, tidak ada satu anggota keluarga pun yang menyaksikan penggeledahan itu.
Sejumlah warga menyatakan, penggeledahan dilakukan sekitar pukul 14.00. Para petugas yang tidak lebih dari 10 orang itu membuka paksa pintu gulung rumah toko yang pernah ditempati Arif dengan menggunakan linggis dan merusak gembok.
Wakil Kepala Kepolisian Sektor Wonokromo Inspektur Satu Bambang Supriyadi, yang mengikuti penggeledahan itu, menjelaskan, polisi memang menggeledah paksa rumah Arif yang berupa rumah toko dua tingkat. Arif sendiri sudah ditangkap hari Selasa (12/6) karena diduga terkait jaringan terorisme.
Penggeledahan dilakukan karena ada dugaan Abu Dujana yang juga sudah ditangkap pernah memberikan paket bahan peledak kepada Arif untuk dikirim ke Poso. "Kami sudah keliling seisi rumah dan tidak menemukan bahan-bahan peledak yang berbahaya. Akhirnya, kami menyita barang-barang yang diduga ada kaitannya dengan tindakan terorisme," ujarnya.
Barang yang disita itu adalah dua unit komputer, buku tabungan, beberapa dokumen, dan buku-buku rohani.
Koordinator Tim Pembela Muslim Jawa Timur Fahmi Bahmid menyesalkan tindakan polisi itu karena penggeledahan dilakukan tanpa dihadiri pihak keluarga. Dia mengatakan, keluarga sama sekali tidak keberatan kalau polisi ingin menggeledah rumah Arif, tetapi keluarga meminta didampingi pengacara.
Menurut Bambang Supriyadi, sebelum penggeledahan ini polisi sudah menelepon keluarga. "Kalau menunggu (pengacara), penggeledahan tidak akan jadi," katanya.
Tiga tahun menghilang
Dari Semarang dilaporkan, dua orang yang diduga terkait jaringan teroris, Azis Mustofa dan Badawi Rahman, sudah menghilang sejak tiga tahun silam dari rumahnya di Jalan Taman Kumudasmoro, Kelurahan Bongsari, Semarang. Azis dan Badawi adalah kakak beradik. Azis sendiri telah ditangkap, Sabtu (9/6), sedangkan Badawi masih buron.
"Sejak tiga tahun lalu saya tak pernah mendapatkan kabar lagi tentang keberadaan mereka. Pergi ke mana, saya tidak tahu," kata Siti Zulaikah (65), ibu Azis dan Badawi.
Badawi pergi sejak 1999, sedangkan Azis sejak 2004. Sebelum pergi, Azis kerap didatangi teman-temannya. Mereka antara lain Noordin, Subur, Wawan Suprihatin, dan Sarwo Edi. Subur, Wawan, dan Sarwo telah ditangkap terlebih dahulu.
Dipertanyakan
Menanggapi penangkapan sejumlah orang yang terkait jaringan terorisme, sejumlah tokoh meminta pemerintah tidak hanya menyerahkan kepada pihak kepolisian. Pasalnya, langkah represif oleh polisi hanya mampu melumpuhkan sesaat itikad kekerasan anggota jaringan teroris.
"Polisi akan sangat kewalahan. Biarpun ditangkapi, patah satu tumbuh seribu," kata mantan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syafi’i Ma’arif.
Benny K Harman, anggota DPR dari Fraksi Demokrat, menyatakan, persoalan terorisme adalah persoalan bagaimana melunakkan ideologi. Karena itu, penegakan hukum semata tidak akan menimbulkan efek jera bagi para pelaku terorisme.
Oleh sebab itu, menurut Syafi’i, pemerintah harus benar-benar intensif melakukan langkah pendekatan yang lunak kepada kelompok apa pun yang cenderung membolehkan cara kekerasan.
Syafi’i juga mempertanyakan tindakan nyata pemerintah terhadap teroris yang telah selesai menjalani hukumannya. Menurut dia, tidak tertutup kemungkinan mereka kembali pada keyakinan awal dan kembali beraktivitas seperti semula.
(AB8/HAN/SF)

0 comments: