KOMPAS - Sabtu, 21 Juli 2007
Balikpapan, Kompas - Di dalam proses reformasi ekonomi masih terasa ada kesenjangan antara indikator makroekonomi dan mikroekonomi. Hal itu terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang stabil, tetapi relatif rendah, dan tingkat inflasi yang terkendali. Namun, membaiknya kondisi itu belum sepenuhnya dapat mengatasi persoalan ketenagakerjaan dan kemiskinan.
Demikian antara lain isi kesimpulan dan rekomendasi Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) yang dibacakan Ketua Panitia Pengarah Sidang Pleno Ke-12 ISEI Dr Ninasapti Triaswati di Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat (20/7). Proses reformasi terjadi dalam berbagai aspek perekonomian, yaitu reformasi administrasi, perpajakan, privatisasi, anggaran, desentralisasi, dan akuntabilitas.
Setelah melalui beberapa tahap tertentu, ujar Ninasapti, akan terjadi percepatan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mampu mengatasi permasalahan ketenagakerjaan dan kemiskinan.
Ketua Umum ISEI Burhanuddin Abdullah menambahkan, indikator-indikator terkini di dalam semester I-2007 sudah mengarah pada pertumbuhan yang lebih berkualitas.
"Hal itu terbukti dari berkurangnya jumlah penganggur dan menyempitnya jumlah rakyat miskin, serta distribusi pendapatan yang lebih merata. Sebagian dari peserta Sidang Pleno ISEI berpendapat bahwa terdapat kemungkinan pada tahun 2008 perekonomian akan dapat tumbuh lebih baik, berada pada kisaran 6,5 persen sampai 7 persen," ujar Burhanuddin.
Landasan perekonomian
Kekayaan alam, terutama sektor pertanian, merupakan landasan perekonomian nasional. Saat ini, jelas Burhanuddin, sektor pertanian menampung hampir separuh (43 persen) dari pekerja Indonesia. Namun, sebagian besar (58 persen) berada dalam kemiskinan. Kenaikan harga beberapa komoditas pertanian di pasar dunia belum dinikmati secara merata oleh petani.
Sementara itu, pembangunan sektor jasa dapat lebih dinamis apabila tersedia data yang memadai dan perbaikan kapasitas produksi jasa. Meskipun sudah menunjukkan perbaikan, secara keseluruhan industri manufaktur masih menghadapi tantangan yang menyebabkan pertumbuhannya masih lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan sebelum krisis.
"Di samping itu terdapat indikasi pergeseran dari industri pengolahan padat karya menjadi industri padat modal. Sekitar separuh dari industri pengolahan termasuk kelompok industri yang kehilangan pangsa pasar dan berada dalam pasar yang tumbuh lambat," ujar Ninasapti.
Dalam rekomendasinya, ISEI menyarankan agar di lingkungan pemerintah dan swasta dikembangkan budaya yang mendukung demokratisasi. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan melaksanakan paradigma ekonomi politik yang lebih banyak berpihak kepada rakyat.
ISEI juga menyarankan supaya pelayanan publik bisa dilaksanakan secara berkualitas melalui reformasi jaminan sosial dan reformasi birokrasi secara efektif. Dengan demikian, tingkat korupsi dapat diturunkan, baik di sektor publik maupun swasta.
Pemerintah juga diharapkan bisa menerapkan kebijakan pertanian yang mendorong peningkatan investasi, penguatan institusi, penelitian, dan pengembangan. Jadi, pembangunan pertanian dapat mendorong pertumbuhan dan memberantas kemiskinan.
Menjawab pertanyaan pers, Burhanuddin mengatakan, kontribusi pemikiran ISEI diharapkan bisa diadopsi pemerintah pusat ataupun pemda. Selama ini saran dan rekomendasi ISEI sebagian sudah dilaksanakan oleh otoritas fiskal (pemerintah) ataupun otoritas moneter. (gun)
Saturday, July 21, 2007
Pertemuan ISEI: Masih Ada Kesenjangan Reformasi Ekonomi
Posted by RaharjoSugengUtomo at 8:32 AM
Labels: HeadlineNews: Kompas
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment