KOMPAS - Rabu, 04 Juli 2007
Pengobatan kanker yang paling umum saat ini adalah kemoterapi. Sayangnya, efek racun kemoterapi tidak hanya membasmi sel kanker, sel normal pun ikut rusak.
Penelitian ilmiah dasar selama lebih dari dua dekade membawa kemajuan signifikan dalam pemahaman manusia mengenai pertumbuhan kanker di tingkat molekuler. Berbekal hal itu peneliti membuat terobosan baru dalam pengobatan kanker, yaitu terapi dengan obat bertarget molekuler. Obat ini, menurut situs National Cancer Institute, hanya mengganggu molekul yang terlibat dalam proses pertumbuhan tumor dan tidak mengusik sel normal. Oleh karena itu, terapi ini lebih efektif, mengurangi efek samping, serta meningkatkan kualitas hidup penderita kanker.
Terobosan baru tersebut mengubah dunia kedokteran onkologi dan memungkinkan pengobatan bahkan pada pasien dengan kanker langka yang sebelumnya tidak bisa diobati atau pada pasien yang karena kondisinya lemah tidak bisa dikemoterapi.
Sel target
Tubuh mempunyai mekanisme untuk menjaga agar jaringan dan organ tumbuh dengan jumlah sel yang proporsional. Jika ada sel yang mati, sel yang tertinggal akan membelah untuk menggantikan sel yang mati. Pada kanker, sel kehilangan sensitivitas terhadap sinyal yang memerintahkan kematian sel dan pengaturan pertumbuhan sel. Akibatnya, sel tumbuh tidak terkendali sekaligus tidak kunjung mati. Sel-sel yang tumbuh berlebihan ini dikenal sebagai tumor.
Dengan pemahaman dasar itu, para peneliti mendesain obat dengan target molekul seluler spesifik yang terlibat dalam proses perubahan sel normal menjadi sel kanker (karsinogenesis) dan pertumbuhan tumor.
Jenis terapi bertarget molekuler antara lain penghambat sinyal transduksi. Obat ini menempel pada reseptor di permukaan sel yang bertugas memancarkan sinyal pertumbuhan serta menghambat protein dalam sel yang memicu reaksi kimia untuk pertumbuhan. Target terapi ini yang paling umum adalah enzim protein kinase dan reseptor di permukaan sel tirosin kinase.
Terapi lain adalah penghambat pertumbuhan pembuluh darah baru. Obat ini menyebabkan tumor tidak bisa tumbuh karena tidak mendapatkan zat gizi. Jenis lain adalah obat bermolekul kecil, obat pemicu kematian sel, serta terapi gen yang mengoreksi materi genetik pemicu kanker dalam sel.
Di beberapa negara maju terapi bertarget molekuler menjadi standar baru pengobatan kanker. Hasil terbaik didapatkan pada kombinasi terapi ini dengan kemoterapi atau radioterapi.
Menurut situs European Society for Medical Oncology, dalam "International Symposium on Targeted Anticancer Therapies" yang berlangsung di Amsterdam, Belanda, 8-10 Maret 2007, diungkapkan hasil terbaru dari sejumlah uji klinik dan preklinik obat bertarget molekuler. Obat-obat yang dibahas antara lain bevacizumb, cetuximab, dasanitib, erlonitib, lapanitib, nilonitib, oblimersen sodium, sorafenib, dan sunitinib.
Kanker paru
Sejak Februari 2007 erlonitib bisa diakses di Indonesia sebagai obat untuk kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (non-small cell lung cancer/NSCLC).
Menurut staf Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)-RS Persahabatan Elisna Syahruddin, erlonitib adalah obat oral antikanker golongan penghambat human epidermal growth factor receptor tyrosine kinase (HER1/EGFR TK inhibitor). Dosis yang digunakan untuk NSCLC adalah 150 miligram tablet satu kali sehari.
Studi internasional yang dilakukan National Cancer Institute Canada Clinical Trials Group bekerja sama dengan OSI Pharmaceuticals menunjukkan, terapi erlonitib pada pasien dengan NSCLC stadium lanjut memperlihatkan angka harapan hidup lebih panjang (6,7 bulan) dibandingkan dengan plasebo (4,7 bulan). Gejala terkait kanker paru, seperti batuk, sesak napas, serta nyeri dada, dikendalikan lebih lama dengan erlonitib sehingga kualitas hidup lebih baik.
Menurut guru besar Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-RS Persahabatan Anwar Jusuf, sejauh ini belum ada kesepakatan kapan konsumsi obat ini bisa dihentikan. Bisa dikatakan, obat bertarget molekuler harus diminum seumur hidup untuk mencegah pertumbuhan kanker.
Wednesday, July 04, 2007
Pengobatan Kanker Fokus Sasaran
Posted by RaharjoSugengUtomo at 9:06 AM
Labels: HeadlineNews: Kompas
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment