KOMPAS - Kamis, 30 Agustus 2007
Jakarta, Kompas - Pemerintah terpaksa memberdayakan kapal milik TNI Angkatan Laut dan PT Pelayaran Nasional Indonesia untuk mengatasi masalah kurangnya kapal penyeberangan di lintasan Merak-Bakauheni. Namun, karena kapal bantuan itu tidak dimungkinkan bersandar di dermaga Merak dan Bakauheni, kegiatan penyeberangan dilakukan di dermaga Pelabuhan Cigading Ciwandan, Banten, dan dermaga Panjang, Bakauheni, mulai Kamis (30/1) ini.
Dengan demikian, jika kapal yang akan diperbantukan pada Kamis ini (Kompas, 29/8) masuk ke jalur penyeberangan Merak- Bakauheni, total kapal bantuan yang akan beroperasi di jalur tersebut sebanyak 14 kapal.
Menteri Perhubungan Jusman Safeii Djamal, Rabu di Merak, Banten, menyebutkan, kapal TNI Angkatan Laut (AL) yang diberdayakan adalah KRI 537 dan KRI 538. Adapun dua kapal PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) yang dikerahkan adalah KM Gunung Egon, yang saat ini berada di Semarang, dan KM Ganda Dewata yang berada di Tanjung Priok, Jakarta.
Selain empat kapal itu, ada tiga kapal lagi yang diperbantukan, yakni KM Dharma Ferry II dari Surabaya dan dua kapal milik PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP). Dua kapal milik ASDP itu adalah KM Raja Enggano yang sudah beroperasi hari ini dan KM Belanak, yang saat ini masih berada di Sumatera Utara melayani Sibolga-Nias.
"Dengan demikian, kami harapkan kondisi lintasan penyeberangan Merak-Bakauheni akan kembali normal secepatnya dalam waktu dua hari," ujarnya.
Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta Menteri Perhubungan Jusman Safeii Djamal untuk berkoordinasi dengan tiga daerah untuk mencari jalan keluar bagi penyelesaian masalah antrean panjang dalam penyeberangan dari Merak menuju Bakahueni. Ketiga daerah itu adalah Banten, Lampung, dan DKI Jakarta.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Iskandar Abubakar menjelaskan, pihaknya telah mengevaluasi kapal-kapal yang dimasukkan dalam kategori tidak layak lagi untuk melayani penyeberangan Merak-Bakauheni.
Tak berpengaruh
Sementara itu, sampai sore kemarin antrean truk masih sepanjang lebih kurang 12 kilometer dari pintu pelabuhan hingga Kilometer 91 Jalan Tol Jakarta-Merak. Kendaraan hanya bisa maju sekitar 100 meter per jam. Semakin malam, jumlah kendaraan yang menuju Pelabuhan Merak bertambah banyak. Akibatnya, kendaraan akan terus tertumpuk di ruas jalan tol hingga pintu Pelabuhan Merak.
Dari Pelabuhan Bakauheni dilaporkan, penumpukan kendaraan di pelabuhan itu sampai kemarin petang hanya terjadi di pelataran parkir pelabuhan. Selain itu, layanan penyeberangan Bakauheni-Merak sudah mendapat tambahan satu armada kapal. "Semalam satu kapal milik PT ASDP yang biasa beroperasi di Bengkulu, KM Raja Enggano, yang berkapasitas 100-an kendaraan, bertolak ke Merak. Sejak pagi tadi kapal itu sudah dioperasikan untuk melayani penyeberangan Merak-Bakauheni," kata Manajer Operasional PT ASDP Bakauheni Jailis.
Di Pelabuhan Tanjung Priok, tidak terlihat lonjakan jumlah kendaraan truk barang di dermaga Nusantara Pura, yang merupakan pelabuhan antarpulau. Pelabuhan Tanjung Priok belum dijadikan rute alternatif.
Operator tol rugi
Antrean panjang kendaraan yang umumnya angkutan barang menyebabkan operator tol PT Marga Mandalasakti (MMS) mengalami potensi kehilangan pendapatan Rp 140 juta per hari.
Pemantauan Kompas, Rabu pagi, kemacetan di ruas tol telah mencapai 7 kilometer dari Gerbang Tol Merak (Km 98). "Ini kemacetan terparah. Kami tidak dapat mengatasinya karena bergantung pada penyeberangan di Pelabuhan Merak," kata General Manager PT MMS EB Suwela.
Suwela mengatakan, pihaknya juga berupaya menyeleksi kendaraan agar tidak tertahan semuanya di jalan tol. "Untuk kendaraan bus, sedan, jip, minibus keluar di Gerbang Tol Cilegon Barat. Kendaraan truk penyeberangan keluar di Gerbang Tol Merak. Kendaraan pembawa sembako kami utamakan," ujarnya.
Dalam upaya menjaga keamanan, PT MMS dibantu sekitar 30 personel Brigade Mobil Polri. Di sepanjang jalan tol dari Kebon Jeruk hingga Merak telah diumumkan terjadinya kemacetan panjang di Gerbang Tol Merak.
Sementara itu, sejumlah distributor dan pedagang sembako di Kota Palembang merugi karena keterlambatan pengiriman barang dari Pulau Jawa ke Sumatera. Kerugian keterlambatan ini masih ditambah dengan tidak diperolehnya keuntungan penjualan karena mereka tidak bisa mendapatkan dan menjual sembako kepada konsumen.(NTA/HLN/RYO/ONI/har/OTW)
Thursday, August 30, 2007
Antrean Truk: Pemerintah Libatkan TNI AL dan Pelni
Posted by RaharjoSugengUtomo at 10:35 AM
Labels: HeadlineNews: Kompas
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment