Saturday, August 04, 2007

Dana Kesehatan: PT Askes Belum Bayar Klaim yang Dianggap Mencurigakan

KOMPAS - Sabtu, 04 Agustus 2007

Jakarta, Kompas - PT Askes belum membayar klaim tagihan obat yang nilainya sangat besar dan mencurigakan. Kasus penggelembungan klaim Asuransi Kesehatan untuk Keluarga Miskin di beberapa rumah sakit ini sedang diperiksa oleh Inspektur Jenderal Departemen Kesehatan.
"Yang menemukan kasus di RSUD Bau-Bau itu verifikator PT Askes karena ada lonjakan tagihan klaim," kata Sekretaris Perusahaan PT Askes Fajriadinur, Jumat (3/8) di Jakarta.
Tagihan klaim obat dari RSUD Bau-Bau, Sulawesi Tenggara, yang nilainya wajar sudah dibayar PT Askes. "Setiap pengajuan klaim selalu diverifikasi," katanya.
Sejak ditemukan penggelembungan klaim di Bau-Bau, Kantor Regional IX PT Askes di Makassar, Sulawesi Selatan, dan PT Askes Cabang Buton di Bau-Bau berkoordinasi dengan forum konsultasi Askeskin kabupaten/kota yang terdiri atas Direktur RSUD Bau-Bau, Dinas Kesehatan Bau-Bau, dan Wali Kota Bau-Bau.
Ketua Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia Marius Widjajarta menyatakan, rata-rata tagihan obat per bulan dari Apotek Kimia Farma Bau-Bau Rp 200 juta-Rp 300 juta. Namun, pada Desember 2006 menjadi Rp 900 juta, Januari 2007 menjadi Rp 1,7 miliar, Februari Rp 1 miliar, Maret Rp 1,4 miliar, dan April Rp 1,2 miliar.
Kecurigaan muncul pada Januari 2007 ketika verifikator PT Askes menemukan adanya peningkatan biaya, di antaranya penggunaan obat Gammaras seharga Rp 2,3 juta per vial dan obat Globulin Rp 1,7 juta per vial dalam jumlah yang banyak.
Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia menduga ada oknum dokter spesialis yang bekerja sama dengan oknum pabrik obat.
"Ada informasi oknum dokter itu melakukan intimidasi kepada pihak-pihak terkait yang tak memenuhi keinginannya," tutur Marius. Program Askeskin merupakan embrio Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Kimia Farma mendukung
Presiden Direktur Kimia Farma Gunawan Pranoto menyatakan, pihaknya menurunkan tim satuan pengawasan internal ke beberapa daerah untuk memeriksa kemungkinan penyimpangan prosedur, seperti melayani obat tanpa resep serta sesuai tidaknya jumlah obat dan harganya.
Beberapa apotek yang diaudit berada di Bau-Bau, Manado, Banda Aceh, dan Klaten. Sejumlah apotek memiliki tunggakan klaim tagihan obat sangat besar dan bermasalah.
Tagihan Kimia Farma yang belum dapat dicairkan Rp 48,05 miliar untuk 25 apotek. Apotek menyerahkan obat dari resep sesuai daftar plafon harga obat (DPHO) dari PT Askes kepada pasien setelah disetujui tim atau petugas pengendali yang ditetapkan PT Askes.
Untuk obat di luar DPHO, Apotek Kimia Farma menyerahkan obat dilengkapi protokol terapi. Ini dilakukan setelah resep ditandatangani dokter penulis resep, penanggung jawab departemen terkait, direktur rumah sakit, dan tim pengendali yang ditunjuk PT Askes.
Sementara itu, belasan warga miskin dari sejumlah daerah di Kabupaten Serang, Banten, kemarin mendatangi Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Serang. Mereka mengeluhkan RSUD Serang yang tetap memungut biaya bagi pasien kelas III meskipun pasien-pasien itu memiliki Askeskin. (EVY/LOK/NTA)

0 comments: