Thursday, June 14, 2007

Noordin M Top Masih Terus Diburu

KOMPAS - Kamis, 14 Juni 2007

Yusron Dipastikan adalah Abu Dujana atau Ainul Bahri

Jakarta, Kompas - Penangkapan atas Yusron yang kemudian dipastikan sebagai Abu Dujana atau Ainul Bahri belum merupakan klimaks dari perburuan terhadap anggota jaringan teroris di Indonesia. Sebab, sampai hari Rabu (13/6), gembong teroris asal Malaysia yang paling diburu, Noordin M Top, belum juga tertangkap.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Sisno Adiwinoto, kemarin, menyatakan, Noordin tetap teroris buronan krusial. Penangkapan terhadap Abu Dujana hari Sabtu lalu merupakan satu rangkaian perburuan terhadap Noordin selama ini.
"Kami tetap memburu Noordin seperti upaya yang dulu. Mereka (kelompok Noordin) sekarang sudah tahu Dujana tertangkap. Sebab itu, kami tidak bisa cepat-cepat umumkan karena masih berupaya memburu dia (Noordin)," kata Sisno dalam konferensi pers di Mabes Polri.
Selain menargetkan Noordin, polisi juga menargetkan Zulkarnaen, sesepuh di Jemaah Islamiyah (JI) sekaligus mantan Ketua Askariy (Militer) JI.
Sisno menjelaskan, dalam serangkaian penggerebekan beberapa hari terakhir, polisi telah menangkap delapan orang di sejumlah tempat di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Selain Dujana, mereka yang ditangkap adalah AI (45), NA (33), IAM (17), NFAS (19), AM (33), AW (31), AS (29). Namun, Sisno tidak menjelaskan lebih rinci mengenai identitas dan lokasi penangkapan ketujuh tersangka itu.
Dalam catatan Kompas, sejumlah orang yang pernah ditangkap atau dilaporkan hilang adalah Aries Widodo (ditangkap di Karanganyar), Arief Syarifudin (Surabaya), dan Sigit (Sleman). Belum jelas benar apakah AW dan AS adalah Aries Widodo dan Arief Syarifudin.
Berdasarkan informasi yang dihimpun di kepolisian, diketahui bahwa perburuan terhadap kelompok Dujana yang mencuat tahun ini sesungguhnya dilakukan kepolisian dalam rangka meringkus Noordin M Top. Meskipun Noordin memiliki kemampuan dan kepemimpinan yang lebih rendah ketimbang Dujana, Noordin M Top cenderung memilih metode peledakan bom yang berdampak masif.
Kepada Kompas yang menemuinya hari Selasa (12/6) malam, Sarwo Edi, salah seorang anak buah Dujana yang ditangkap dalam penggerebekan di Yogyakarta, pada bulan Mei lalu, mengatakan, gerakan kelompok Noordin M Top sebenarnya sudah semakin lemah kekuatannya. "Semua telah ditangkapi, dan logistik pun menipis, mau bagaimana lagi mereka," katanya.
Sarwo menambahkan, Dujana dan Noordin sesungguhnya tidak memiliki satu pemahaman dalam memilih pola gerakan. Noordin memilih metode peledakan bom, sedangkan Dujana memilih serangan terbatas seperti di Poso serta rencana pembunuhan Rektor Universitas Kristen Satya Wacana.
"Kalau Pak Guru (salah satu sebutan untuk Dujana) sepertinya tidak pernah pegang logistik. Kami yang pegang. Untuk Poso, misalnya, target kami pembinaan jangka panjang. Enggak beraksi seperti Noordin. Pak Guru (juga) pernah menasihati Noordin, tapi enggak dituruti," kata Sarwo.
Keterangan Sarwo itu sangat mirip dengan hasil pemetaan polisi yang menyebut bahwa aktivitas Noordin merupakan pola operasi JI yang bebas (uncontrolled operation). Noordin dapat melancarkan peledakan bom tanpa instruksi langsung organisasi, sekalipun organisasi JI mengetahui manuvernya.
Sementara itu, pola operasi Dujana bersifat terpusat dan terdesentralisasi. Keterlibatan Dujana di Poso adalah salah satu contoh pola operasi kelompoknya.
Sisno menambahkan, Dujana ditangkap atas dugaan keterlibatan kepemilikan dan penyembunyian amunisi, senjata api, dan bahan peledak di rumah Sikas (37) di Sukoharjo, Jawa Tengah. Sikas adalah anggota bidang logistik dalam gugus Syariah (sayap militer) pimpinan Dujana, yang telah ditangkap Maret 2007.
Selain itu, Dujana juga diduga terlibat dalam berbagai kasus bom di Poso dan terlibat dalam penyembunyian para buronan pelaku Bom JW Marriott 2003.
Dari informasi yang dihimpun di kepolisian, Dujana juga pernah menghadiri rapat prapeledakan bom Marriott di Lampung. Rapat itu dihadiri salah satu pelaku utama Bom Bali I dan Marriott, yaitu Sunarto bin Kartodiharjo alias Adung (51). Ketika Adung ditangkap 30 Juni 2004 di Sukoharjo, Dujana lolos. Sejak itu, polisi menjanjikan imbalan Rp 500 juta bagi pemberi informasi keberadaan Dujana.
Keluarga belum yakin
Di Bandung, Jawa Barat, pihak keluarga belum yakin sepenuhnya apakah Yusron yang disebut-sebut polisi sebagai Abu Dujana dan kini telah ditangkap itu adalah Ainul Bahri (38). Untuk memastikannya, keluarga harus dipertemukan terlebih dahulu dengan orang Yusron.
Sampai kemarin, kata Yaya Sunarya, paman Ainul Bahri, pihak keluarga belum mendapatkan pemberitahuan dari polisi atau mendapat foto terbaru dari Ainul Bahri yang biasa dipanggil Aen.
Dian, salah satu keponakan Abu Dujana, menyatakan, fotofoto yang terpampang di media massa memang agak mirip dengan Ainul Bahri. (SF/AHA)

0 comments: