KOMPAS - Kamis, 14 Juni 2007
Dari balik jeruji selnya, Sarwo Edi Nugroho (40) mengingat-ingat makan malam terakhirnya dengan Pak Guru. Sambil memegang kalender lipat, bekas guru matematika itu menunjuk hari Minggu, 4 Februari 2007.
Empat bulan lalu itulah, menurut Sarwo, sedikitnya delapan anak buah Pak Guru Abu Dujana alias Ainul Bahri (37) berkumpul di Parakan, Temanggung, Jawa Tengah. Parakan adalah sebuah kecamatan di lereng Gunung Sindoro-Sumbing, yang sejak zaman kolonial dikenal dengan senjata bambu runcing, tetapi penduduknya senantiasa menjunjung tinggi toleransi beragama.
"Waktu itu pengajian sampai dzuhur, lalu makan siang. Rupanya itu pertemuan terakhir kami. Maret kami ditangkap, sekarang (Juni) beliau yang ditangkap," ujar Sarwo kepada Kompas, Selasa (12/6) malam di tahanan Brimob Depok. Sarwo adalah Ketua Ishobah II Semarang dalam gugus militer (syariah) pimpinan Abu Dujana.
Saat membuka pertemuan waktu itu, Dujana pernah berpetuah. "Keputusan organisasi, tidak ada acara begitu-begitu dulu," ujar Sarwo menirukan ucapan Dujana. Yang dimaksud "acara begitu-begitu" adalah aksi balasan dalam konflik di Poso.
Boleh jadi, Dujana sudah berfirasat sehingga memutuskan untuk mendinginkan aktivitas gerakan mereka. Pasalnya, polisi intensif memburu pelaku Poso.
Sarwo bercerita, pertemuan itu juga dihadiri Zulkarnaen, sesepuh di jaringan JI yang kini diburu polisi antiteror. Sarwo mengaku menjemput Si Mbah, panggilan untuk Zulkarnaen, di suatu stasiun pompa bensin Secang, Magelang. Pertemuan itu dikoordinasi antaranggota melalui telepon seluler, yang nomornya selalu berganti-ganti.
Setelah serangkaian pertemuan fisik yang tak terhitung dengan Dujana, Sarwo melihat Dujana sebagai sosok yang karismatik dan lebih cermat ketimbang Noordin M Top.
Menurut Sarwo, Pak Guru pernah menasihati Noordin supaya tidak doyan meledakkan bom dan beralih pada operasi dengan sasaran terbatas.
Setelah nyaris tertangkap polisi antiteror di Sukoharjo, Jawa Tengah, 30 Juni 2004, Dujana sempat tiarap. Namun, dalam masa tiarap itu rupanya ia terus membangun dan memperkuat selnya.
Dan, Agustus 2006 di Wates, Yogyakarta, Dujana memperkenalkan struktur gugus militer (syariah). Hanya saja, tak sampai setahun berselang, gugus itu mulai berkeping-keping diberangus polisi. (SF)
Thursday, June 14, 2007
Terorisme: Parakan, Tempat Pertemuan Terakhir Abu-Anak Buahnya
Posted by RaharjoSugengUtomo at 8:56 AM
Labels: HeadlineNews: Kompas
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment