Friday, July 06, 2007

BAHASA: Benahi Jakarta!

KOMPAS - Jumat, 06 Juli 2007

F Rahardi

Slogan salah satu calon gubernur DKI Jakarta adalah "Benahi Jakarta!" Ini sebuah frasa sebab hanya terdiri dari predikat dan obyek. Dalam kampanye ini, frasa "Benahi Jakarta!" didahului dengan berbagai frasa lain. Misalnya: "Bosan macet", "Ingin tidak banjir", dan "Mau aman". Slogan yang baik memang selalu berupa frasa, bukan kalimat lengkap. Sebagai slogan, frasa "Benahi Jakarta!" sangat menarik. Hal-hal negatif yang selama ini melekat pada Ibu Kota ini akan berubah menjadi positif apabila Jakarta dibenahi.
Slogan seperti ini sangat lazim digunakan dalam berbagai promosi bisnis maupun kampanye program sosial, seperti "Mau bonus gede? Kunjungi stan kami!", "Ingin sehat? Hindari rokok!", dan "Bosan miskin? Jauhi judi!" Pesan sosial demikian selalu berasal dari individu atau lembaga yang representatif, serta berkompeten untuk hal-hal tersebut. Slogan "Ingin hidup sehat? Hindari rokok!" akan representatif dan tepat sasaran apabila disampaikan oleh tokoh kesehatan. Paling tidak, oleh pesohor atau tokoh yang secara fisik tampak sehat.
Akhiran -i dalam benahi Jakarta bermakna perintah. Nada perintah ini lebih dipertegas lagi dengan adanya tanda seru. Kombinasi akhiran -i dengan partikel –lah memperlunak, menciptakan bujukan atau saran. Makna benahilah Jakarta, hindarilah rokok, atau jauhilah judi menjadi lunak. Frasa semacam ini tidak digunakan para konseptor kampanye calon gubernur. Mereka ingin yang tegas rupanya. Namun, sebagai slogan kampanye, perintah yang tegas ini bisa bikin blunder. Siapa yang memerintah dan siapa yang diperintah membenahi Jakarta?
Gubernur DKI Jakarta wajar memberi perintah kepada warganya dengan slogan "Ingin lancar? Patuhi rambu lalu lintas!" sebab warga Jakarta memang wajib mematuhi rambu lalu lintas. Namun, gubernur tentu tak mungkin memerintah warganya dengan slogan "Lalu lintas semrawut? Benahi Jakarta!" Yang harus membenahi kesemrawutan Jakarta, ya si gubernur itu sendiri bersama aparaturnya.
Seorang calon gubernur, bupati, atau presiden biasanya menjanjikan sesuatu kepada pemilihnya. Ia akan membenahi semua yang sekarang dirasakan masyarakat sebagai sesuatu yang mengganggu. Karena calon gubernur berpasangan dengan calon wakilnya, maka slogan mereka harus menggunakan kata ganti kami. Lebih tepat bila slogan "Benahi Jakarta!" menjadi "Akan kami benahi Jakarta" sebab ini semua baru janji. Slogan memang menjadi lebih panjang dan tak efisien, tetapi keefektifannya lebih tinggi sebab lebih masuk akal. "Benahi Jakarta!" efisien menggunakan kata, tetapi tidak efektif, bahkan kontraproduktif.
Tim kampanye calon wali kota, gubernur, terlebih presiden di negara maju selalu melibatkan banyak pihak. Ada sosiolog, psikolog, ahli komunikasi, ahli bahasa, ahli desain grafis, dan lain-lain. Pilihan kata, frasa, serta kalimat yang dijadikan slogan sudah melewati pertimbangan dari berbagai aspek.
Slogan yang dirancang cermat bisa komunikatif, tepat sasaran, dan mampu mendorong masyarakat memilih sang calon. Iklan mi yang baik tentu berbunyi "Ingin mi lezat? Akan kami penuhi selera tinggi Anda". Bukan "Ingin mi lezat? Benahi selera Anda!"
F Rahardi Penyair

0 comments: