Monday, July 30, 2007

Kemenangan Sarat Makna

KOMPAS - Senin, 30 Juli 2007

Irak Kampiun Baru Persepakbolaan Asia

jakarta, kompas - Tim Irak mencatat kemenangan sarat makna dalam laga final Piala Asia 2007 di Stadion Gelora Bung Karno, Minggu (29/7) malam. Salah satu makna penting kesuksesan Irak adalah bahwa kebersamaan, -dan bukan perpecahan-, menjadi kunci pencapaian prestasi puncak.
Gol striker dan kapten Irak Younis Mahmoud pada menit ke-71 meruntuhkan harapan Arab Saudi merebut gelar juara keempat kalinya di Asia. Younis, striker klub Al Gharafa (Qatar) itu menanduk bola tendangan sudut gelandang Hawar Mulla Mohammed. Bola yang melayang dari sisi kanan kotak penalti ke sebelah kiri gawang, tak terjangkau kiper muda Yasser Al Mosailem.
Kemenangan Irak seiring dengan dukungan sebagian besar penonton yang hadir di stadion kepada tim Negeri 1001 Malam. Sejak kick off, teriakan "Irak..Irak..Irak" beberapa kali membahana. Di salah satu tribun sejumlah suporter Irak membentangkan poster "Peace for Iraq" (Perdamaian untuk Irak).
Younis Mahmoud menyatakan, kemenangan ini dipersembahkan kepada rakyat Irak yang sedang menderita karena perang. "Ada seorang ibu yang anaknya tewas karena bom mengatakan, ingin mempersembahkan anaknya itu sebagai korban demi kemenangan tim Irak. Mulai saat itulah, kami lebih termotivasi memenangi turnamen ini," katanya.
Secara khusus, Younis juga mengungkapkan agar kemenangan tersebut bisa membawa kebahagiaan dan kedamaian di Irak. "Saat kami bergembira, rakyat kami sedang menderita di rumah. Seharusnya Amerika tidak pernah datang ke Irak," ujarnya dengan emosional.
Harapan kedamaian di Irak juga diungkapkan gelandang Nashat Akram. "Kesuksesan ini pesan untuk rakyat Irak, bahwa kami yang berbeda (aliran) saja bisa bersatu. Saya berharap ini membawa perdamaian dan keselamatan di Irak", ujar pemain terbaik laga final ini.
Laga babak pertama berlangsung keras dengan banyak benturan badan (body charge) pemain kedua tim. Tak heran, wasit Mark Alexander Shield (Australia) mengeluarkan lima kartu kuning sebelum turun minum.
Baru pada babak kedua terjadi adu taktik yang sesungguhnya, dengan Irak lebih mendominasi. Setelah Saudi menggebrak lewat tendangan Taisir Al Jassam yang ditepis kiper Noor Sabri, serangan ke pertahanan lawan lebih sering dilakukan Irak. Tim asuhan Jorvan Vieira punya peluang emas pada menit ke-62 lewat dua tendangan beruntun, masing-masing oleh Younis dan Nashat Akram. Namun, keduanya tak berbuah gol karena bola dihalau Al Mosailem. Serangan beruntun Irak membuahkan gol oleh Younis, yang tak mampu disamakan Arab Saudi hingga laga usai.
"Pesta" tembakan
Seperti perayaan saat tim Irak menundukkan Australia, juga ketika mereka lolos ke perempat final, semifinal dan final; ibu kota Irak, Bagdad, pada Minggu malam juga riuh oleh "pesta" tembakan ke udara. Hujan tembakan ini sekaligus mengukuhkan sikap warga Irak, termasuk aparat keamanan setempat, soal gaya mereka yang khas dalam merayakan gelar juara Asia pertama kali itu. Itu tetap terjadi meski pemerintah Irak telah melarang perayaan dengan tembakan.
Seperti dilaporkan kantor berita AFP, tentara, polisi dan warga sipil bersenjata, berbaur dengan ribuan warga lain di Bagdad, turun ke jalan-jalan raya pada Minggu malam, beberapa saat setelah laga final usai. Para pria bersenjata itu menembakkan senjata ke udara, dan sebagian lain ke Sungai Tigris yang melintasi kota Bagdad.
Getir
Perjalanan tim Irak tampil di Piala Asia 2007 harus dilalui penuh kegetiran. Mereka harus berlatih di Amman, Yordania, karena Irak tidak memberikan tempat aman untuk berlatih. Pelatih Akram Salman, yang memoles tim Irak di awal kualifikasi, sempat diancam akan dibunuh.
Tak ada satu pun pemain Irak yang tak terimbas perang. Banyak kerabat atau sahabat pemain Irak tewas akibat konflik di negeri sarat konflik itu. Sebelum turnamen dimulai, saudara tiri kiper Noor Sabri, dan kerabat Nashat Akram tewas. Dua hari sebelum melawan Vietnam di penyisihan, Hawar Mulla Mohammed juga kehilangan ibu angkatnya.
Bukan itu saja, Pelatih Jorvan Vieira hanya memiliki waktu dua bulan untuk menyiapkan tim. Di awal latihan, hanya enam pemain yang hadir karena klub-klub di Bagdad enggan melepas pemain. Para pemain yang membela klub-klub negara Arab, juga tak boleh masuk Irak. Problem lain Vieira, ia harus memoles skuad yang diperkuat pemain dari berbagai kepentinagan yang bertikai: Sunni, Syiah, dan Kurdi.
Kegembiraan Younis dan kawan-kawan makin berlipat setelah Irak memperoleh bonus tambahan 50.000 dolar Amerika Serikat (Rp 456,87 miliar) dari Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), atas biaya perjalanan mereka yang lebih tinggi daripada tim lain. Salah satunya karena mereka lebih sulit berkumpul gara-gara kondisi negara.
Bonus tersebut menambah bantuan subsidi perjalanan AFC sebesar 40.000 dolar AS (Rp 365,5 miliar) untuk tiap-tiap tim peserta putaran final Piala Asia. “Kami memberi subsidi 40.000 dolar AS sebagai bantuan perjalanan dari negara mereka ke lokasi pertandingan. Tetapi Irak, tentu tidak bisa bermarkas di negaranya karena harus pergi ke berbagai tempat", kata Presiden AFC Mohamed bin Hammam. (RAY/BIL/SAM/ADP)

1 comments:

Anonymous said...

Да уж. По поводу коментариев - навеяла на меня где-то услышанная фраза:
Это НАШИ женщины могут остановить на скаку маршрутку.