Sabtu, 19 Mei 2007
Ratusan Rumah, Kafe, dan Perahu Nelayan Rusak
Jimbaran, Kompas - Gelombang air tinggi yang bervariasi 2 meter hingga 6 meter menerjang 11 provinsi, Jumat (18/5). Sedikitnya 300 rumah warga, 80 kafe, dan 400 perahu nelayan di 11 provinsi tersebut rusak. Belasan ribu warga mengungsi ke kawasan yang aman dari terjangan gelombang.
Sebelas provinsi tersebut adalah Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali. Gelombang tinggi di antaranya mulai tampak pukul 02.00 di Jawa Barat, pukul 05.00 di pantai barat Nanggroe Aceh Darussalam dan Banten, pukul 08.00 di Sumatera Barat, serta pukul 11.00 dan 13.00 di Bali. Sebelumnya, Kamis, gelombang tinggi sudah tampak di Sumatera Barat, Lampung, dan Bengkulu.
Data sementara menyebutkan, provinsi paling menderita akibat gelombang ini adalah Jawa Barat. Di sana, lebih dari 200 rumah di sepanjang pesisir Teluk Palabuhanratu dan pesisir selatan Kabupaten Sukabumi hancur diterjang gelombang besar yang terjadi sejak Jumat pukul 02.00.
Ribuan warga mengungsi
Kerusakan paling parah dari terjangan gelombang itu terjadi di kawasan wisata Teluk Palabuhanratu. Semua warung dan permukiman penduduk di pantai sepanjang 15 kilometer dari Kecamatan Palabuhanratu, Kecamatan Cikakak, hingga Kecamatan Cisolok tersapu gelombang. Kafe dan warung-warung dari bilik bambu hampir seluruhnya roboh atau rusak berat.
Hanya warung-warung dari bangunan permanen yang bertahan kendati beberapa juga jebol dindingnya. Ny Yoyom (37), pemilik warung di Pantai Karangnaya, Palabuhanratu, mengatakan, kerugian yang diderita pemilik warung dari bilik bambu rata-rata mencapai Rp 2,5 juta per warung. Adapun pemilik warung permanen mengalami kerugian Rp 20 juta per warung. Terjangan gelombang di sepanjang garis pantai itu mengakibatkan aktivitas pariwisata di kawasan tersebut lumpuh.
Selain kawasan wisata di Teluk Palabuhanratu, kerusakan parah terjadi di permukiman penduduk di Kampung Cipatuguran dan Rawa Kalong, Kelurahan/Kecamatan Palabuhan. Di kedua kampung itu, 61 rumah warga hancur dan 51 rumah lainnya rusak berat. Jalan utama yang menghubungkan ibu kota Palabuhanratu dengan dua kampung itu dan Pos Pengamatan TNI AL terendam air laut. Ini belum termasuk kerusakan sentra pengolahan ikan asin di Kampung Rawa Kalong.
Gubernur Jawa Barat Danny Setiawan mengimbau masyarakat di pesisir selatan Jawa Barat agar berhati-hati terhadap gelombang pasang di pesisir selatan. Namun, ia mengingatkan masyarakat agar tidak panik karena peristiwa ini merupakan siklus yang terjadi setiap lima tahun.
Gelombang pasang yang menghantam pesisir selatan Pulau Bali menghebohkan karena wisatawan asing dan domestik tengah menikmati liburan panjang akhir pekan. Kehebohan menjadi-jadi karena ratusan perahu nelayan Jimbaran hancur, hilang, dan rusak. Adapun para pengelola puluhan rumah makan dan kafe di kawasan wisata pesisir pantai itu kalang kabut menghadapi empasan air yang memasuki bangunan. Air laut bahkan sempat naik hingga menggenangi jalan di kawasan Pantai Kuta. Tidak ada korban jiwa di kawasan padat manusia itu.
Pesisir Jimbaran biasanya tenang dan menjadi tempat singgah wisatawan yang ingin menikmati keindahan pantai dan makan siang. Kemarin, kawasan itu hiruk pikuk oleh aktivitas warga sekitar. Sepanjang hari, mereka mengungsikan perahu, peralatan tangkap, hingga meja kursi setiap restoran yang berjajar di sepanjang pantai dari hantaman ombak.
"Air laut naik ke daratan hingga 5 meter selama setengah jam. Kejadiannya sangat cepat sehingga kami tidak siap. Perahu berukuran kecil dan sampan harus kami relakan hilang dibawa ombak atau hancur," kata Wayan Nadi, nelayan di Kedonganan.
Gelombang pasang juga menerjang kawasan Pantai Kuta, obyek wisata molek di Bali. Sejumlah saksi mata yang sehari-hari berjualan di Kuta menuturkan, gulungan ombak hingga puncak punggung pantai. Ujung empasan gelombang hingga jalan raya melalui sejumlah pintu pagar pembatas garis pantai.
Begitu air surut, kawasan Pantai Kuta, Jumat menjelang petang, kembali diserbu wisatawan. Sebagian menikmati arus gelombang yang lebih kencang dari biasanya untuk rekreasi selancar.
Kebumen dan Cilacap
Gelombang pasang Samudra Indonesia setinggi 6 meter sampai 7 meter kembali menghantam perairan pantai selatan Kabupaten Kebumen dan perairan pantai bagian timur Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Jumat pagi. Puluhan perahu rusak dan ratusan jaring hilang terseret gelombang pasang yang menghantam kawasan pantai sampai sejauh 200 meter dari garis pantai.
Peristiwa ini seperti mengingatkan kembali pada fenomena alam tsunami yang menghantam hampir seluruh pantai selatan Pulau Jawa, termasuk pantai selatan Jawa Tengah, 16 Juli 2006 sore.
Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi dan Geofisika Cilacap jauh hari sudah mengingatkan nelayan untuk mewaspadai gelombang besar yang akan muncul di Samudra Indonesia (Kompas, Senin, 14/5). Gelombang pasang yang disertai badai berkecepatan sekitar 50 kilometer per jam akan berlangsung sepanjang minggu ketiga Mei 2007.
(BEN/ANS/ONI/NTS/NTA/KSP/ MDN/AHA/CHE/WER/MHD/ HLN/NDY)
Saturday, May 19, 2007
Gelombang Tinggi Terjang 11 Provinsi
Posted by RaharjoSugengUtomo at 4:40 PM
Labels: HeadlineNews: Kompas
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment