Thursday, May 31, 2007

Marinir dan Warga Bentrok, Lima Orang Tewas

KORAN TEMPO - Kamis, 31 Mei 2007

Komandan Pusat Latihan Tempur Grati dicopot.

PASURUAN -- Lima orang tewas dan tujuh lainnya luka terkena tembakan dalam bentrokan antara ratusan warga dan belasan anggota pasukan marinir di Alas Tlogo, Pasuruan, Jawa Timur, kemarin.
Salah satu korban meninggal adalah bayi 3 tahun bernama Choirul bin Sutrisno. Dia tertembak saat digendong sang ibu, Mistin, 27 tahun, yang juga meninggal dengan luka tembak di bagian dada. Choirul tewas saat dioperasi di Rumah Sakit Syaiful Anwar, Kota Malang. Di dadanya bersarang peluru tajam senjata laras panjang.
Tiga korban tewas lainnya adalah Sutam, 45 tahun, Siti Khotijah (20), dan Rohman (41), semuanya dari Desa Alas Tlogo. "Siti Khotijah sedang hamil lima bulan," tutur Sani, kerabat korban, di Rumah Sakit Syaiful Anwar.
Saksi mata di lokasi kejadian, Bura'i, yang masih kerabat Sutrisno, menerangkan Mistin dan Choirul tertembak ketika sedang berada di dalam rumah. "Peluru yang dilepaskan anggota marinir menerobos dinding kayu rumah Sutrisno," kata Bura'i.
Insiden ini berawal pada kemarin pagi, ketika pasukan marinir dari Markas Pusat Latihan Tempur TNI Angkatan Laut di Grati menjaga lahan yang tengah menjadi subyek sengketa antara warga dan TNI Angkatan Laut.
Sejak pekan lalu, pasukan marinir memang intensif mengawasi lahan itu. Menurut Kepala Dinas Penerangan Komando Armada Timur Letnan Kolonel Tony Syaiful, sengketa tanah itu sebenarnya sudah selesai di tingkat pengadilan. "Pemenangnya TNI Angkatan Laut," katanya.
Warga yang kalah, kata Tony, akan direlokasi dengan kompensasi ganti rugi berupa tanah 500 meter persegi per keluarga. Namun, solusi ini ditentang warga.
Tiba-tiba warga mendatangi mobil patroli marinir. "Warga yang tiba-tiba menyerang lebih dulu," kata Komandan Korps Marinir Mayor Jenderal Safzen Noerdin.
Safzen menduga warga menyerbu karena ada yang memprovokasi. "Saya menduga kejadian ini tidak tiba-tiba," kata Safzen.
Setelah Komandan Patroli Marinir Letnan Budi Santoso berhasil membujuk warga agar membubarkan diri, Safzen menjelaskan, tiba-tiba massa datang lagi dengan membawa senjata tajam.
Dari arah massa pula, katanya, muncul aba-aba agar warga menyerang. Warga segera merangsek. Mereka sempat berhenti ketika senapan seorang marinir menyalak. Sejenak kemudian, bentrokan pecah. Lemparan batu warga dibalas dengan rentetan tembakan. Lima prajurit marinir luka-luka dalam kejadian ini.
Safzen mengakui semua anak buahnya dibekali senjata lengkap dengan peluru tajam. Dari 13 anggota pasukan, 10 di antaranya memegang senjata laras panjang dan 2 orang memegang pistol. Di lokasi kejadian, Tempo sedikitnya menemukan 33 selongsong peluru yang berserakan.
Buntut insiden ini, Safzen langsung memecat Komandan Pusat Latihan Tempur Marinir Grati Mayor Husni Sukarwo. Sebagai pengganti, ditunjuk Mayor Ludi Prasetyo. "Pencopotan itu untuk memudahkan proses hukumnya," ujar Safzen. Pengusutan juga langsung digelar oleh Polisi Militer TNI AL terhadap 13 prajurit yang terlibat bentrokan langsung.
Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto menyesalkan dan prihatin atas insiden itu. "Saya menyampaikan permohonan maaf dan rasa duka mendalam kepada keluarga yang meninggal atau luka-luka," kata Djoko dalam jumpa pers yang didampingi Kepala Staf TNI AL Marsekal Slamet Sugiyanto di Istana Negara, Jakarta.
ABDI PURNOMO KUKUH S WIBOWO BIBIN BINTARIADI SUTARTO

___________________________________________________
Darah di Ladang Tebu
Senapan marinir menyalak di Desa Alas Tlogo, Grati, Pasuruan, kemarin. Pemicunya adalah perebutan lahan yang diklaim oleh Angkatan Laut tapi ditempati warga. Sebanyak 5 warga tewas, termasuk satu balita dan dua perempuan karena peluru menembus dinding rumah kayu mereka. Inilah kronologinya:

Sabtu, 26 Mei 2007
Sebuah perusahaan negara yang menyewa tanah sengketa dari Angkatan Laut mulai menggarap lahannya untuk dijadikan ladang tebu.

Kamis, 31 Mei 2007
Warga yang menempati lahan itu marah karena janji relokasi tak terwujud. Mereka menebangi pohon dan menghalangi jalan raya Pasuruan-Probolinggo.
Marinir bertemu warga.
Versi marinir: Selesai apel pagi, 13 marinir berpatroli dipimpin Letnan Budi Santoso. Mereka bersenjata 10 laras panjang dan dua pistol.
Versi warga:Marinir menjaga traktor perusahaan penyewa tanah dari Angkatan Laut yang membuka lahan pertanian di sana.

Situasi memanas.
Versi Marinir: Warga membawa celurit, batu, dan kayu. Salah satu celurit hampir menebas kepala Kopral Totok. Tentara melepas tembakan peringatan, dan ada yang menembakkan peluru ke tanah, memantul mengenai warga.
-- Versi Warga
Mereka berteriak dari kejauhan, memprotes pengolahan lahan itu karena relokasi yang dijanjikan belum disediakan. Protes tidak ditanggapi, mereka mendekat. Marinir tidak melakukan tembakan peringatan terlebih dulu, dan langsung memberondong mereka.

- Rumah Warga
Sebagian berdinding bambu dan papan
- Jalan makadam
500 meter
- Jalan desa beraspal
500 meter
Ladang tebu
pohon yang ditebangi warga
Lahan 2 hektare yang sudah digarap
Lahan 5 hektare yang hendak digarap

Mereka Meregang Nyawa
Choirul bin Sutrisno, 3 tahun Kena peluru saat digendong ibunya, Mistin, dalam rumah. Meninggal di rumah sakit.
Mistin, 25 tahunIbu Choirul ini tertembak dan langsung tewas saat menggendong anaknya di dalam rumah.
Dewi Khotijah, 35 tahun
Sutam, 40 tahun
Rohman, 41 tahunTewas dalam perjalanan ke rumah sakit.

Api Sengketa Tanah
1960
Angkatan Laut membeli tanah 3.569 hektare seharga Rp 77,6 juta untuk pusat pendidikan.
1963
Tanah selesai dibayar, tapi sebagian warga belum pindah. Karena belum ada dana, pembangunan terkatung.
1984
Angkatan Laut menjadikannya lahan perkebunan dengan mempekerjakan warga lokal.
1986
Angkatan Laut menyelesaikan proses sertifikasi lahan.
1998
Bupati Pasuruan mengusulkan agar warga yang menempati lahan direlokasi dengan luas 500 meter persegi tiap keluarga. Angkatan Laut pada dasarnya setuju, tapi menunggu dana Departemen Keuangan. Pertengahan tahun, warga mengajukan gugatan ke pengadilan meminta tanah dikembalikan ke mereka.
1999
Pengadilan menyatakan tanah milik Angkatan Laut karena ada sertifikat.
2001
Warga menebang 12 ribu pohon mangga siap panen, merusak pompa dan jaringan pengairan. Angkatan Laut memutuskan menjadikan wilayah itu sebagai pusat latihan tempur.

0 comments: