Wednesday, May 23, 2007

ADB terbitkan obligasi rupiah Rp1 triliun; Global bond bakal capai US$2 miliar

BISNIS - Rabu, 23/05/2007

JAKARTA: Pemerintah berpeluang memperbesar jumlah emisi obligasi global (global bond)? 2008 menjadi sekurang-kurangnya US$2 miliar.Sementara, Asian Development Bank (ADB) berencana masuk pasar surat utang Indonesia dengan menerbitkan obligasi Rp1 triliun untuk membiayai proyek infrastruktur.
Dirjen Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Rahmat Waluyanto menyatakan meskipun nominal target indikatif SUN internasional akan membesar, total rasio utang terhadap? produk domestik bruto (PDB) tetap dalam batas aman. "Size [jumlah emisi] global bond bisa membesar. Tapi rasio totalnya terhadap nominal PDB masih aman. Artinya, kami percaya belum akan mengganggu keberlanjutan konsolidasi fiskal atau malah menimbulkan efek crowding out," ujarnya di Jakarta, kemarin.Kendati mengakui akan lebih besar, Rahmat belum bersedia menyebutkan berapa persisnya target indikatif global bond emisi 2008. Yang pasti, katanya, dalam hal pengelolaan utang pemerintah akan mengambil risiko dan ongkos sekecil mungkin.Rencana memperbesar nilai emisi obligasi global itu dilakukan menyusul rencana pelebaran defisit dari 1,1% per 2007 menjadi 1,7% per 2008.Berdasarkan catatan Bisnis, pembiayaan defisit 2008 sebesar 1,7% atau Rp73,1 triliun dari nominal PDB Rp4.290 triliun akan diambil dari dalam negeri 1,3% atau Rp55,7 triliun, dan 0,4% atau Rp17,4 triliun dari utang baru ditambah emisi global bond yang dikurangi pembayaran utang.Itu berarti, jika diasumsikan penarikan utang luar negeri 2008 masih lebih kecil ketimbang angsuran utang yang harus dilunasi pada tahun yang sama-seperti terjadi selama ini-maka angka 0,4% senilai US$1,93 miliar (kurs Rp9.000/US$) akan sepenuhnya berasal dari surat utang global.Nilai global bond sendiri otomatis akan lebih besar dari US$1,93 miliar karena masih ada kebutuhan untuk menutup angsuran utang tadi. "Paling kurang global bond 2008 bakal US$2 miliar," kata Ramson Siagian, anggota Panitia Anggaran dari F-PDIP, di Jakarta, kemarin.Data Bank Dunia terkini menyebutkan Indonesia membutuhkan uang sedikitnya US$5 miliar tiap tahun guna membiayai proyek-proyek infrastruktur dan energi yang sejak dua tahun lalu dicanangkan a.l. pelabuhan, jembatan, jalan tol, dan pembangkit listrik. Sementara itu, outstanding utang Indonesia berdenominasi mata uang domestik dan asing kini mencapai US$78 miliar, dan US$28,5 miliar di antaranya jatuh tempo 2007. Dengan begitu, diperlukan obligasi senilai rata-rata US$3 miliar setiap tahun dari 2008 sampai 2020. Adapun global bond RI sendiri mendapat peringkat BB-minus oleh Standard & Poor's pada Oktober 2006, saat obligasi seri Indo-17 dan Indo-35 diluncurkan. Itu peringkat terkini yang diperoleh sebelum penjualan seri RI-0037 senilai US$1,5 miliar akhir Februari 2007.Peringkat global bond itu tidak berbeda jauh dengan peringkat utang RI. Juli lalu, Fitch dan Standard & Poor's mengganjar RI dengan rating BB-, tiga level di bawah tingkat kelayakan investasi. Peringkat ini lebih tinggi satu level dibandingkan yang diberikan Moody's, B2.? Biayai proyek Sementara itu, Bank Pembangunan Asia (ADB) berencana masuk pasar surat utang Indonesia dalam waktu dekat dengan menerbitkan obligasi Rp1 triliun untuk membiayai proyek infrastruktur.Tiga pialang surat utang yang mendengar rencana itu mengatakan sekitar 10 perusahaan sekuritas sudah diundang dalam tender penjamin pelaksana emisi (underwriter). Jika rencana itu terwujud, penerbitan surat utang berdenominasi rupiah ini menjadi yang pertama bagi ADB."Mereka [calon underwriter] sudah menggelar presentasi di depan tim penyeleksi ADB, Kamis pekan lalu," tuturnya kepada Bisnis, kemarin.Menurut dia, beberapa sekuritas yang mengikuti beauty contest penjamin emisi obligasi ADB adalah PT Standard Chartered Securities Indonesia, PT HSBC Securities, PT Danareksa Sekuritas, PT Bahana Securities, PT Mandiri Sekuritas, dan PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas Indonesia.Dia mengatakan penerbitan surat utang ini memanfaatkan tren penurunan BI Rate ke level 8,75%.Ayun Sundari, External Relations/ Civil Society Liaison Officer? Indonesia Resident Mission ADB, mengatakan ADB terus berbicara dengan Pemerintah Indonesia mengenai rencana penerbitan obligasi rupiah. "Pembicaraan belum selesai. Tetapi, kalau rencana ini diwujudkan, penerbitan surat utang ini menjadi yang pertama di Indonesia. ADB menerbitkan obligasi di negara lainnya dan cukup berhasil."Ketua Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan A. Fuad Rahmany mengakui adanya pemberitahuan dari ADB terkait rencana emisi obligasi rupiah. "Mereka sudah berbicara dengan Bapepam dan kami mendukung rencana itu. Kini masih disiapkan semuanya," tuturnya.Hibah bantuan teknis ADB untuk Indonesia dalam periode sepanjang 2006-2009 mencapai US$47,6 juta. Nilai hibah itu sudah termasuk dalam total alokasi pinjaman senilai hampir US$4 miliar tersebut.
(bastanul.siregar@bisnis.co.id/wisnu.wijaya@bisnis.co.id/munir.haikal@bisnis.co.id)
Oleh Bastanul Siregar, M. Munir Haikal & Wisnu Wijaya
Bisnis Indonesia


0 comments: