Wednesday, May 23, 2007

Sebuah Interaksi yang Perlu Dipahami

KOMPAS - Rabu, 23 Mei 2007

Baru bernapas lega beberapa bulan tanpa bencana yang menyesakkan, Kamis (17/5), secara mendadak diterima laporan mengenai sapuan gelombang laut yang amat tinggi. Sebagian bahkan menjulur bagai tangan-tangan malaikat merengkuh jauh ke daratan. Ratusan rumah rusak, sebagian tergenang sehingga tak dapat ditempati. Sebagian jalan tergerus, pohon bakau hanyut tanpa sempat tumbuh besar.

Apa penyebabnya? Sebagian khawatir akan muncul tsunami, padahal jelas-jelas tak terjadi gempa bumi. Sebagian mengatakan hal itu akibat gaya tarik yang amat kuat dari perpaduan Bulan dan Matahari yang terletak segaris. Ada lagi yang mengatakan penyebabnya adalah Gelombang Kelvin.
Kata sepakat akhirnya tercapai. Ada tiga faktor alam yang saling memengaruhi dan menguatkan ketika pekan lalu—sekitar sepekan ini—terjadi kenaikan tinggi muka laut nyaris di semua pantai yang terbuka ke arah barat dan ke selatan. Kenaikan terjadi di sepanjang pantai mulai dari Aceh, sepanjang pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, sampai dengan Mataram, Nusa Tenggara Barat, dan Flores di Nusa Tenggara Timur.
Puncak ketinggian gelombang terjadi pada 17 Mei dan 18 Mei 2007. Puluhan ribu nelayan dan warga pesisir menanggung rugi. Ratusan rumah rusak, sebagian tewas akibat diseret gelombang atau kecelakaan ikutan lainnya.
Ketiga faktor yang melahirkan fenomena tersebut adalah terjadinya swell dari Samudra Hindia sebelah barat Australia, seperti diungkapkan pihak Badan Meteorologi dan Geofisika, dan Gelombang Kelvin yang menjalar dari Samudra Hindia di sekitar 65 derajat bujur timur, serta posisi Bumi, Bulan, Matahari yang berada pada satu garis.
Swell merupakan gelombang permukaan laut yang panjang (alun). Sifat alun ini cukup stabil dan arah perambatannya lebih konstan dibandingkan dengan gelombang permukaan biasa. Swell muncul akibat adanya tekanan tinggi yang berlangsung terus-menerus dan ada angin yang stabil.
Secara umum, gelombang adalah gangguan yang menjalar sesuai waktu dan ruang dengan membawa energi. Demikian pula gelombang permukaan laut. Gelombang permukaan laut menjalar sesuai waktu dan ruang. Jika energi gelombang itu habis, gelombang itu pun mati, habis.
Melaju konstan
Sepekan sebelumnya, juga muncul swell dari arah Cape Town, Afrika Selatan, yang melaju secara konstan ke arah timur laut hingga jarak 4.000 kilometer dan berlangsung selama tiga hari sebelum energinya hilang.
Dari pengamatan dengan menggunakan Bouy TRITON, tampak pola gerak massa air laut bersuhu tinggi yang dibawa Gelombang Kelvin hingga ke timur ke Selat Lombok.
Gelombang Kelvin ekuator merupakan gelombang yang selalu muncul pada masa transisi musim, bisa empat kali terjadi, tetapi biasanya muncul terkuat pada bulan Mei-Juni. Gelombang Kelvin juga memiliki ukuran yang panjang. Gelombang ini memiliki karakteristik menjalar sepanjang ekuator dan, jika berbelok ke belahan bumi utara, gelombang ini menjalar di sebelah kiri daratan. Jika gelombang ini membelok di belahan bumi selatan, akan menjalar menyusur pantai dengan daratan di sebelah kiri. Karakteristik lain dari Gelombang Kelvin adalah bahwa amplitudo gelombang tersebut biasanya terdapat di pantai.
Gelombang Kelvin memiliki periode 30-90 hari. Periode gelombang adalah waktu penjalaran satu siklus gelombang. Panjang Gelombang Kelvin, menurut ahli kelautan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Fadli Syamsuddin, bisa mencapai 5.000 kilometer (satu siklus Gelombang Kelvin bisa mulai dari ujung utara Pulau Sumatera dan berakhir di sekitar Palembang).
Faktor ketiga adalah adanya gaya tarik terhadap Bumi yang muncul akibat posisi Matahari, Bumi, Bulan berada dalam satu garis. Gaya tarik akibat interaksi Bumi dengan Bulan dan Matahari itu menyebabkan munculnya gaya pasang surut yang menyebabkan air laut naik (pasang) lebih tinggi. Ketinggian pasang laut normalnya sekitar 2 meter, tetapi ketika itu muka laut naik hingga 3-4 meter.
Posisi segaris Matahari, Bumi, Bulan ini, menurut Parluhutan Manurung dari Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), merupakan peristiwa siklis dengan periode sekitar 18,6 tahun. Posisi Bumi, Bulan, Matahari terus bergeser sehingga pengaruh gaya tarik tersebut berangsur berkurang dalam dua-tiga hari.
Saling menguatkan
Ketiga faktor itu semuanya membawa energi gelombang yang lebih besar sehingga amplitudo masing-masing gelombang laut itu memang lebih besar dari biasa. Pada kurun waktu tersebut, ketiga gelombang dengan amplitudo yang besar itu semuanya bertemu. Karena periode gelombang ketiganya tidak sama, ada masa terjadi penguatan satu sama lain walau terkadang juga bisa terjadi secara bersamaan kehilangan energi.
Karena swell dan Gelombang Kelvin bersifat regional dan masing-masing memiliki karakteristik stabil dan energinya bisa bertahan lebih lama, peristiwa kenaikan muka air laut di sepanjang pantai di Indonesia bisa bertahan beberapa hari. Penjelasan baru muncul ketika semua data telah terbaca. Jika data-data kelautan dan udara lokal serta regional itu bisa dibaca dan dianalisa bersama, kerugian materi dan nonmateri mungkin bisa ditekan. Persoalan cuaca dan iklim adalah "milik bersama" karena sistem udara dan laut adalah sistem yang terbuka dan saling berinteraksi dengan cara yang amat kompleks.

0 comments: