Friday, May 18, 2007

Dinding Tak Kuat, Mobil Terjun dari Lantai 6

Ayah, Ibu, dan Seorang Anak Tewas Seketika

Kompas - 18052007

Jakarta, Kompas - Diduga karena dinding pengaman di gedung parkir tak cukup kuat, satu keluarga yang terdiri ayah, ibu dan seorang anak, tewas seketika. Mobil yang mereka tumpangi menabrak dinding pengaman dan terjun dari lantai enam gedung parkir Pertokoan ITC Permata Hijau, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis (17/5) pukul 12.15.
Peristiwa itu diduga diawali oleh Trisna Priyatna (41), duduk di kursi pengendara, yang tidak bisa menguasai mobilnya. Mobil yang seharusnya berada di lajur turun, pindah ke lajur naik, kemudian menabrak dinding pengaman. Mobil itu lalu terjun bebas ke bawah sehingga kondisinya rusak parah.

Di dalam mobil Honda Jazz warna hitam bernomor polisi B 1792 EV yang dikendarai Trisna Priyatna ini terdapat Topan Rusli (45), suaminya, dan anak mereka Samuel (12).
Dari kartu tanda penduduk (KTP) milik Topan tertulis mereka adalah warga Jalan Kemandoran RT 08 RW 11 Nomor 8, Grogol Utara, Kebayoran Lama. Namun, menurut Nahrowi, Ketua RT 08 RW 11, keluarga itu sudah pindah sejak tahun 2005.
Tonny, kakak kandung Topan, saat ditemui di kamar mayat Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat, Kamis malam, menyebutkan, adiknya sekeluarga tinggal di Perumahan Pondok Lestari Blok D Ciledug, Kota Tangerang.
Trisna bekerja di Bank Windu Kencana Kalimalang, Jakarta Timur, sementara Topan bekerja di pabrik helm di Cikarang, Kabupaten Bekasi. Namun, Tonny tidak tahu di mana Samuel bersekolah.
Di lokasi kejadian, terlihat jejak ban mobil melintas di median pembatas antara jalur naik dan jalur turun. Selain itu, dinding pembatas setinggi 1 meter dan setebal 10 sentimeter itu jebol selebar 2 meter.
Dinding pembatas yang jebol itu tampak rapi, tak terlihat adanya tulang besi yang mencuat dari dinding tembok tersebut.
Johny Liem, General Affair PT Marta Olah Cipta selaku pengelola gedung pertokoan itu mengatakan, konstruksi pembangunan gedung sudah sesuai dengan standar konstruksi yang diharuskan. "Tidak ada pengurangan konstruksi. Semua dibangun sesuai dengan yang ditetapkan oleh standar bangunan," katanya.
Sehubungan dengan peristiwa itu, Endy Subijono, Sekretaris Dewan Keprofesian Arsitek Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), menyebutkan musibah di ITC Permata Hijau terjadi antara lain karena kurang kuatnya konstruksi bangunan dinding pembatas di gedung parkir. Padahal soal keamanan adalah faktor penting yang harus diperhitungkan dalam pembangunan gedung bertingkat.
"Konstruksi dari batu bata dan semen saja tidak cukup. Seharusnya dipertimbangkan pula memakai konstruksi beton bertulang atau pagar metal, seperti yang biasa digunakan di setiap tikungan jalan tol," kata Endy.
Ia menambahkan, dalam perencanaan pembangunan pagar pengaman jalan naik-turun berputar sebetulnya sudah bisa diperhitungkan kemungkinan terjadinya kecelakaan, termasuk kemungkinan ditabraknya pagar pengaman itu oleh mobil yang sedang berjalan naik atau turun.
Melanggar UU
Menurut Endy, tak tertutup kemungkinan telah terjadi unsur pelanggaran Undang-Undang Bangunan Gedung dalam pembangunan ITC Permata Hijau. "Untuk itu, ada tiga pihak yang perlu dimintai klarifikasi, yakni insinyur sipilnya, pihak kontraktor, dan pemilik gedung," katanya.
Sementara itu, Kepala Kompartemen Prasarana Kota Real Estat Indonesia (REI) Dhony Rahajoe menyatakan, ia tak mau menyalahkan siapa pun. Kecelakaan seperti itu bisa terjadi di mana saja dan menimpa siapa saja.
"Namun, intinya, kami ingin agar musibah ini menjadi pelajaran bagi kita semua. Kecuali pemilik dan pengelola gedung, masyarakat pengguna gedung juga diharapkan agar lebih berhati-hati," kata Dhony.
Kepala Kepolisian Resor Jakarta Selatan Komisaris Besar Wiliardi Wizar mengatakan, kepolisian sejauh ini masih menduga peristiwa itu merupakan kecelakaan pada umumnya yang diakibatkan kelalaian pengemudi.
Meski demikian, Wiliardi mengatakan pihaknya masih tetap menyelidiki peristiwa tragis tersebut. "Bagaimanapun kami masih akan selidiki dulu. Untuk sementara, saya menganggap itu kecelakaan biasa karena kelalaian," kata Wiliardi.
Pulang dari gereja
Pendeta Aladin Sirait mengemukakan, sebelum peristia terjadi, Topan sekeluarga baru selesai kebaktian memperingati Kenaikan Isa Almasih di gereja Kemah Abraham yang terletak di lantai 7 pertokoan ITC Permata Hijau tersebut. Kebaktian itu sendiri berlangsung dari pukul 10.00 hingga pukul 12.00.
"Sebelum turun, mereka sempat melambaikan tangan kepada saya," kata Sirait.
Sementara, menurut Kiki Sarwani, salah seorang jemaat yang juga teman korban, mobil Honda Jazz milik keluarga korban adalah mobil baru. "Karena mobil baru ini, Trisna jadi belajar mengendarai mobil. Mungkin dia tidak bisa menguasai mobil saat melewati turunan yang berputar seperti itu," kata Kiki.
"Trisna baru satu bulan bisa mengendarai mobil," kata Tonny, kakak Topan yang juga tinggal di Pondok Lestari.
Sampai dengan Kamis malam, Tonny masih mengurus jasad adik, adik ipar, dan keponakannya di kamar mayat RSCM. Jasad ketiganya akan disemayamkan di RS Cikini, Jakarta Pusat. Pada hari Sabtu besok pukul 10.00, rencananya Topan, Trisna, dan Samuel dimakamkan di TPU Joglo, Jakarta Barat.
Tonny belum berpikir untuk menuntut ITC. "Pihak ITC sendiri sangat baik pelayanannya. Mereka yang mengurus dan menanggung semua biaya semua," kata Tonny.(arn/win/muk/sf)


0 comments: