Tuesday, May 22, 2007

Kredit valas cenderung meningkat

BISNIS - Selasa, 22/05/2007

JAKARTA: Pertumbuhan kredit yang mencapai 16,6% selama triwulan pertama 2007 (year-on-year) ternyata lebih dipicu dari kredit valas yang cenderung meningkat tiap bulan.Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah mengatakan fungsi intermediasi perbankan masih belum seperti yang diharapkan, meskipun pada Januari-Maret 2007 kredit tumbuh 1,2% menjadi Rp843 triliun.
"Secara year-on-year pertumbuhan kredit mencapai 16,6% di mana kenaikan itu dipicu dari kredit valas yang cenderung meningkat setiap bulannya," tuturnya pada rapat kerja dengan Komisi XI DPR, kemarin.Data bank sentral menunjukkan total kredit valas (termasuk kredit penerusan) per Maret 2007 sebesar Rp184,6 triliun atau naik sekitar Rp9 triliun dari posisi Desember 2006 sementara kredit dalam rupiah hanya naik Rp1 triliun dalam tiga bulan pertama 2007 jadi Rp658,5 triliun.Burhanuddin mengingatkan besarnya outstanding kredit valas yang disalurkan akan membuat bank menghadapi sejumlah risiko seperti risiko nilai tukar. "Tapi tentu ada pertimbangan dari bank sendiri untuk mengambil keputusan itu." Dia menyebutkan bank sentral tidak akan membuat batasan dalam eksposur kredit valas tersebut dan menyerahkan bank-bank untuk menyesuaikan perhitungan besaran posisi devisa neto (PDN).Deputi Gubernur BI Muliaman Hadad mengatakan nominal kredit valas yang besar itu naik, namun secara total belum menyamai kredit valas. "Itu bisa saja digunakan bank untuk pembiayaan ekspor impor atau trade financing. Sekarang banyak bank yang menyediakan trade financing," ujarnya.Bank persero tercatat menyalurkan kredit valas Rp59,63 triliun per Maret 2007 atau naik Rp3 triliun dari posisi Desember 2006. Bank swasta yang berstatus bank devisa mencatatkan kenaikan kredit valas sebesar Rp1,5 triliun menjadi Rp39,9 triliun dalam tiga bulan pertama tahun ini.Muliaman menepis perkiraan dana valas yang disalurkan perbankan digunakan debitor untuk mencari keuntungan pada volatilitas nilai tukar rupiah.Cadangan devisaDi sisi lain, Burhanuddin menambahkan cadangan devisa awal Mei mencapai US$50,3 miliar atau naik US$1 miliar dari posisi April 2007. Angka itu, ungkapnya, setara dengan 5,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri.Gubernur BI menjelaskan naiknya cadangan devisa dikarenakan kinerja neraca pembayaran Indonesia yang surplus US$4,6 miliar serta didukung surplus transaksi berjalan sebesar US$3,2 miliar.Sementara itu Miranda Swaray Goeltom, Deputi Senior Gubernur BI, mengatakan apresiasi nilai tukar rupiah membawa pengaruh pada pertumbuhan ekonomi dan inflasi. "Tiap kenaikan 1% apresiasi rupiah menyebabkan 0,05% pertumbuhan ekonomi dan mengurangi tekanan inflasi 0,7%. Jadi secara jangka pendek, posisi rupiah bagus," kata Miranda.
(fahmi.achmad@bisnis. co.id)
Oleh Fahmi Achmad
Bisnis Indonesia

0 comments: