Monday, June 11, 2007

Indeks BEJ tetap pada tren kenaikan

BISNIS - Senin, 11/06/2007

JAKARTA: Meski indeks sempat terhempas pada Jumat pekan lalu, sejumlah analis masih optimistis dengan kondisi pasar modal domestik. Bila ada koreksi, tidak akan mengubah laju tren kenaikan. Indeks harga saham gabungan (IHSG) terkoreksi dalam mendekati 2% atau 39,36 poin ke posisi 2.054,45 pada penutupan Jumat, dibandingkan perdagangan hari sebelumnya di 2.093,81.Harga obligasi juga sempat anjlok, terkait pelemahan rupiah yang kembali ke atas level Rp9.000 per dolar AS. Pada penutupan transaksi Jumat, rupiah bertengger di Rp9.105 untuk tiap US$1.Kendati demikian, Head of Research Mega Capital Indonesia Felix Sindhunata, analis Optima Investama Ikhsan Binarto, dan Senior Associate Fixed Income AAA Securities Anung Rony Hascaryo menilai koreksi yang terjadi terhadap indeks dan harga obligasi masih sehat.Penurunan IHSG pada Jumat pekan lalu sepenuhnya terjadi sebagai imbas dari indeks bursa regional dan AS. Di sisi domestik sama sekali tidak ada indikasi buruk, yang bisa memicu indeks turun. Menurut Ikhsan, indeks menjadi rawan terkoreksi karena kondisi pasar domestik memang sedang sepi isu atau sentimen penggerak. "Sehingga ketika bursa regional jatuh kita terseret. Ini koreksi yang wajar, bukan disebabkan oleh faktor fundamental dan sifatnya hanya sentimen sesaat," kata dia, akhir pekan lalu.Efek globalFelix menilai sebagai bagian dari pasar global, bursa RI tak bisa menghindar dari efek domino kejatuhan pasar AS dan Asia Pasifik. "Indeks Dow Jones jatuh setelah pelaku pasar merespons negatif pernyataan Chairperson Federal Reserve Ben Bernanke, yang mengatakan pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam itu ada di bawah ekspektasi."Pasar properti, sebagai salah satu indikator pertumbuhan ekonomi mereka, mengalami pelemahan dan diperkirakan akan berlangsung dalam beberapa bulan . Kekhawatiran ini, kata Felix, menimbulkan spekulasi The Fed bakal menaikkan suku bunganya di akhir bulan ini, akibatnya indeks Dow Jones turun drastis 198,94 poin (1,48%) pada Kamis. Namun, menurut Anung, kemungkinan Fed rate naik kecil sekali. Pasalnya, jika itu terjadi ekonomi AS justru akan semakin memburuk. Sejumlah ekonom, sebagaimana ditunjukkan dalam survei Bloomberg, mengharapkan The Fed untuk kesembilan kalinya membiarkan suku bunganya berada di level 5,25%, bertahan sejak 29 Juni 2006.Untuk pekan ini, Felix mengatakan pergerakan IHSG tetap mencermati perkembangan bursa regional dan AS. "Sentimen pasar masih positif, potensi koreksi ada tapi tidak akan mengubah tren."
(pudji. lestari@bisnis.co.id)
Oleh Pudji Lestari
Bisnis Indonesia

0 comments: