Monday, June 11, 2007

RI Harus Punya Cita-cita yang Diimplementasikan

KOMPAS - Senin, 11 Juni 2007

Yichang, Kompas - Dalam kunjungan terakhirnya di China, Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla hari Minggu (10/6) mengunjungi proyek raksasa Three Gorges di Yichang, Hubei. Bendungan yang mengendalikan Sungai Yangtze ini merupakan kebanggaan baru bangsa China setelah Tembok China.
Proyek yang mulai dibangun sejak tahun 1992 itu sangat fenomenal. Bukan hanya proyek itu dibangun melalui pemikiran yang panjang selama lebih kurang 40 tahun, tetapi juga karena menghabiskan dana yang tidak sedikit, sekitar 20 miliar dollar AS.
Menurut Wakil Presiden China Yangtze Three Gorges Project Development Company Cao Guangjing, akibat proyek mega itu, sedikitnya 1,3 juta penduduk terpaksa dipindahkan dari tempat kelahirannya. Namun, pilihan itu terpaksa diambil karena Sungai Yangtze, yang memiliki panjang 6.000 kilometer, itu setiap tahun membuat jutaan orang sengsara akibat banjir yang ditimbulkannya.
Dengan adanya bendungan tersebut, banjir bisa dikendalikan. Bahkan, dari bendungan itu bisa dipetik manfaat lain, yakni dihasilkannya tenaga listrik terbesar di dunia, sekitar 23.000 MW, dan transportasi air yang lebih baik.
Implementasi cita-cita
Wapres menilai proyek raksasa yang dilaksanakan bangsa China itu merupakan cermin dari kemampuan mereka untuk mengimplementasikan cita-cita pembangunan mereka.
"Kalau kita ikuti bagaimana perdebatan yang mereka lakukan sebelum proyek itu dilaksanakan, ternyata begitu panjang. Namun, mereka tidak pernah berhenti untuk mencari jalan sampai kemudian perdebatan itu dieksekusi," kata Wapres.
Pelajaran itulah yang penting dilakukan bangsa Indonesia. Bagaimana bisa merumuskan sebuah cita-cita yang bisa diimplementasikan. Jangan hanya berdebat pada hal yang kecil dan tidak substansial.
Jusuf Kalla mengajak semua pihak untuk mengubah pola kerja. Sepanjang bangsa Indonesia tidak pernah mau mengubah sikap untuk berpikir dan bertindak besar, tidak pernah akan ada karya besar bangsa yang bisa dihasilkan.
Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Prof Komaruddin Hidayat melihat ada tiga kekuatan yang menopang dan memacu kebangkitan China, yaitu the power of knowledge, the power of leadership, dan the power of ideology (etos dan tradisi bangsa). Kalau dilihat lebih dalam lagi, ketiga kekuatan itu berakar pada semangat kekeluargaan dan kerakyatan yang ujungnya menggumpal jadi kekuatan China sebagai sebuah bangsa. (TOM)

0 comments: