Friday, June 15, 2007

Pria dengan Serenceng Nama

KORAN TEMPO - Jum’at, 15 Juni 2007

Pria yang pernah mengaku sebagai tukang servis komputer ini memang dikenal santun dan pintar bergaul.

JAKARTA -- Yusron Mahmudi alias Abu Dujana, yang diringkus oleh Detasemen Antiteror di Banyumas pada Sabtu pekan lalu, dikenal lihai berkelit dari kejaran aparat. Berbekal serenceng nama, dia terus berpindah tempat. "Paling tidak ada tujuh nama yang pernah ia gunakan," kata seorang sumber Tempo.
Ketujuh nama itu adalah Mahmud, Pak Guru, Mas Hud, Ainul Bahri, Sorim, Sobirin, dan Dedi. "Di setiap tempat baru, dia membentuk komunitas baru," kata sumber tersebut. Pria yang pernah mengaku sebagai tukang servis komputer ini memang dikenal santun dan pintar bergaul.
Pada pertengahan 1990-an, Yusron mengajar di Pondok Pesantren Luqmanul Haqiem di Malaysia. Dia kembali ke Indonesia bersama Amir Jamaah Islamiyah Abdullah Sungkar setelah kejatuhan Soeharto, 1998. Dia dikabarkan sempat mengajar di Mahad Ali Gading, pesantren setingkat perguruan tinggi di Solo, yang kini sudah bubar.
Seusai peristiwa Bom Bali I, 2002, Yusron gencar berpindah tempat tinggal. Pernah suatu kali Yusron tinggal di Desa Kebarongan, Kabupaten Boyolali.
Tak lama di Boyolali, keluarga Yusron pindah ke Gading, Solo. Pada 2004, mereka pindah lagi ke sebuah desa di Kecamatan Baki, Sukoharjo, bertetangga dengan Imam Samudra, pelaku peledakan bom Bali.
Yusron terus bergerak. Dari Sukoharjo, dia menuju Magelang. Lalu, pada 7 Februari 2007, Yusron mengantongi kartu tanda penduduk dari Kecamatan Kemranjen, Banyumas. "Dia mengurus administrasi pindah penduduk secara resmi pada pemerintah setempat," kata si sumber.
Kini, perjalanan Yusron terhenti di tahanan Detasemen Antiteror--yang masih disembunyikan lokasi persisnya. Yusron pun belum dipertemukan dengan istrinya, Sri Mardiyati, sejak penahanan Sabtu pekan lalu.
Menurut Achmad Michdan, Ketua Tim Pembela Muslim yang juga pengacara Yusron, keluarganya meminta kesempatan bertemu. "Istri dan anak-anaknya meminta dipertemukan dengan suami dan ayah mereka," kata Achmad kepada Tempo kemarin. Dia menambahkan, keluarga tetap tidak yakin Yusron adalah Abu Dujana.
Komunikasi terakhir antara Sri dan Yusron terjadi pada Selasa lalu (12 Juni). Saat itu seorang polisi dari Kepolisian Daerah Jawa Barat mendatangi rumah keluarga Yusron di kampung Cisadang, Desa Mandalasari, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung. "Melalui telepon seluler milik seorang polisi, Sri berbicara dengan suaminya selama dua menit," kata Achmad.
Melalui perbincangan telepon, katanya, Yusron berpesan agar istrinya tabah, istiqomah (teguh), dan tidak menggadaikan keyakinan. Yusron juga meminta istrinya menjaga keempat anak mereka, yakni Yusuf Shaleh, 8 tahun, Salman Fariz (5), Hilma Sofia (2,5 tahun), dan Fadil abdul Aziz (6 bulan).
ERWIN DARIYANTO IMRON ROSYID

0 comments: