Wednesday, June 27, 2007

Kala Karaoke Lebih Menarik Ketimbang Presiden

KORAN TEMPO - Rabu, 27 Juni 2007

Hajatan dengan tiga panggung itu untuk sementara bisa melenyapkan rasa getir korban Lapindo.

Kebesaran nama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono rupanya bukanlah "magnet" yang memikat warga korban lumpur panas Lapindo Brantas Inc. Datang dengan dua helikopter yang meraung-raung di langit Porong, Sidoarjo, kemarin, tamu penting itu hanya disambut oleh sebagian warga Porong.
Tak jauh dari tempat yang "heboh" dan penuh dengan aparat keamanan yang tergopoh-gopoh itu, Abdul Karim, 50 tahun, dan Sunarto, 50 tahun, berdiri cuek saja. Rasa kecewa mengendap di dasar hatinya. Lelaki tua tersebut telah kehilangan tiga rumahnya akibat terendam lumpur. "Percuma, dari dulu Presiden hanya janji doang tanpa ada bukti," katanya seraya meninggalkan kerumunan warga yang sengaja melihat kedatangan Presiden.
Karim memilih menyaksikan lomba karaoke dangdut yang diikuti korban Lapindo. Lomba dadakan itu diselenggarakan oleh Kepolisian Resor Sidoarjo di lokasi pengungsian di Pasar Baru Porong, tempat yang juga akan dikunjungi Presiden.
Sunarto juga memilih melakukan hal serupa. Koordinator korban lumpur Lapindo dari Desa Renokenongo ini malah memilih menjadi pembawa acara dalam lomba karaoke dangdut ketimbang melihat Yudhoyono.
"Mending jadi pembawa acara sambil lihat penyanyi cantik daripada lihat SBY. Ujung-ujungnya juga menangis," kata Sunarto. "Kami tidak butuh tangisan. Kami butuh dihibur dengan ganti rugi."
Sebagian korban lumpur memang apatis dengan kedatangan Presiden. Suharjo adalah contoh yang lain. Warga Perumahan Tanggulangin Anggun Sejahtera I itu mempertanyakan manfaat kehadiran Presiden. "Kalau tidak ada hasilnya, buat apa? Sudah terlalu banyak pejabat yang berkunjung dan bikin kami bosan," ujarnya.
Seperti halnya Karim, Sunarto, dan Suharjo, warga di lokasi pengungsian di Pasar Baru Porong pun tenggelam dalam kemeriahan lomba karaoke dangdut. Hajatan dengan tiga panggung itu untuk sementara bisa melenyapkan rasa getir korban Lapindo.
Karim tetap tak percaya meski kedatangan Presiden akan menuntaskan masalah lumpur. "Dulu Presiden juga berjanji pembayaran akan segera dilakukan," ujarnya dengan nada kesal. Lelaki itu memiliki tiga rumah dan tanah seluas 770 meter persegi yang tenggelam oleh lumpur. Menurut dia, mestinya dia memperoleh ganti rugi Rp 1,87 miliar.
Guntoro, warga Sidoarjo lainnya yang juga menjadi korban luapan lumpur, berharap Presiden bisa mengeluarkan kebijakan yang tegas untuk korban lumpur Lapindo. "Jangan hanya untuk tebar pesona dan untuk menjawab interpelasi DPR."
ROHMAN T SUNUDYANTORO

0 comments: