Monday, May 21, 2007

Gelombang Pasang Rugikan Miliaran Rupiah

Senin, 21 Mei 2007

SUKABUMI -- Gelombang pasang yang menerjang pesisir selatan wilayah Indonesia mulai kemarin berangsur mereda. Ketinggian gelombang laut kembali normal. Sementara, para nelayan dan pemerintah daerah mulai berbenah.
Wakil Bupati Sukabumi, Marwan Hamami, mengungkapkan total kerugian akibat amukan gelombang pasang di wilayahnya mencapai Rp 5 miliar. Ratusan rumah penduduk, perahu, serta areal persawahan di pesisir Sukabumi rusak akibat hantaman gelombang pasang sejak Rabu (16/5) hingga Jumat (18/5).

Daerah yang didera kerugian terbesar adalah Pelabuhan Ratu, senilai Rp 1,5 miliar. Pemkab Sukabumi, kata Marwan, akan merelokasi warga yang rumahnya hancur. Mengantisipasi terulangnya kerusakan, Pemkab akan memasang pemecah atau penahan gelombang sepanjang pantai. ''Kita juga perbanyak menanam pohon kelapa dan pohon ketapang karena efektif menahan ombak,'' katanya.
Seiring dengan diturunkannya status dari siaga satu ke siaga dua, warga yang semula mengungsi kini sudah kembali ke rumah masing-masing. Saat ini, warga yang tetap bertahan di tempat pengungsian berjumlah 249 orang. Wakil Ketua I Satlak Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (PBP) Kab Sukabumi, Letkol (Inf) Karmin Suharna, meminta warga tetap waspada.
Di Kebumen, para nelayan di lima tempat pelelangan ikan (TPI), seperti Argopeni, Pedalen, Pasir, dan Srati, mengevakuasi kapal mereka ke tempat lebih aman, sekitar 500 meter dari bibir pantai. ''Air laut masih tinggi, sehingga antarkapal saling bersentuhan. Khawatir rusak, kapal kita pindahkan,'' ujar Jiro (42 tahun), nelayan asal Argopeni, Kec Ayah, Kebumen.
Bupati Kebumen, Rustriningsih, mendata ada 123 kapal dari 500 kapal bantuan pemerintah pascatsunami yang rusak berat. Padahal, kapal bantuan yang terbuat dari fiberglass seharga Rp 24 juta per unit itu baru diserahkan kepada nelayan pada Maret 2007. Selain kapal, tembok penahan ombak yang dibangun dengan dana Rp 8 miliar di Pantai Logending juga porak poranda.
Sementara itu, larangan melaut dilanggar sejumlah nelayan di kawasan Tulungagung, Jatim. ''Meski gelombang pasang, kita tetap melaut. Kalau kita tak melaut, dari mana penghasilan untuk kebutuhan keluarga,'' kata Irwanto (30 tahun), nelayan Pantai Popoh.
Sedangkan sejumlah nelayan Puger, Jember, memilih untuk memperbaiki jala sembari menunggu gelombang pasang reda. ''Kami hanya menunggu kondisi membaik. Perahu kami tambatkan dulu di sungai,'' kata Mustain, nelayan Desa Puger Wetan.
Praktisi cuaca dan kelautan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Maritim Tanjung Perak, Surabaya, M Effendi, menyatakan gelombang di wilayah selatan Jatim hingga NTT masih tinggi disertai angin kencang.(wab/rig/aji/wot/edo/ant )


0 comments: