Monday, May 21, 2007

Gelombang Pasang Mulai Surut

KOMPAS - 21-052007

Bappenas Sedang Menginventarisasi Nilai Kerusakan

bandung, Kompas - Sepanjang hari Minggu (20/5), gelombang pasang masih terjadi di sejumlah daerah, tetapi pada umumnya tidak lagi setinggi hari-hari sebelumnya. Di sejumlah tempat, nelayan sudah berani melaut meskipun umumnya mereka menunggu situasi.
Berkait dengan bencana gelombang pasang itu, pemerintah, dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), sedang menginventarisasi nilai kerusakan dan potensi kerugian material. Untuk itu, pemerintah daerah diimbau agar aktif dan akurat memberikan data kerusakan.

"Peristiwa ini terjadinya sangat mendadak. Bappenas akan melakukan assessment, terutama kerusakan dan potensi kerugian yang ditimbulkan. Karena baru terjadi satu-dua hari lalu, hasilnya belum bisa kami umumkan," kata Kepala Bappenas Paskah Suzetta di sela-sela acara Temu Nasional Dewan Pendidikan Se-Indonesia di Bandung, Sabtu.
Masih waswas
Pemantauan Kompas, situasi laut di pantai selatan Jawa Timur, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat sepanjang hari Minggu relatif tenang. Begitu pula dengan pantai barat Sumatera, seperti Padang dan Aceh.
Gelombang pasang masih terjadi di Dusun Bang Boler, Desa Hepang, Kecamatan Lela, Kabupaten Sikka, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, meskipun tidak setinggi Sabtu lalu.
"Gelombang pasang masih terjadi hingga saat ini, tetapi tak membahayakan. Air laut tak lagi sampai masuk ke rumah penduduk di pesisir pantai," kata Kepala Kepolisian Resor Sikka Ajun Komisaris Besar Endang Syafruddin yang dihubungi dari Ende.
Kepala Desa Hepang Andreas Korsinus Moat Iku yang dihubungi terpisah mengatakan, tiga rumah warga Bang Boler mengalami kerusakan akibat terjangan gelombang tinggi hari Sabtu lalu. Salah satu rumah terpaksa dibongkar karena rusak berat, sedangkan dua rumah lainnya rusak di bagian dapur dan WC.
Kepala Bagian Humas Kabupaten Sikka Robertus Ray mengatakan, gelombang pasang juga terjadi di kawasan Kecamatan Paga meski tidak sampai menerjang permukiman warga. "Nelayan di Paga juga tetap melaut," katanya.
Di Pantai Pandansimo, Bantul, DI Yogyakarta, para nelayan belum melaut karena masih menunggu laut tenang. Apalagi, informasi yang berkembang menyebutkan gelombang pasang masih mungkin terjadi dalam satu-dua pekan ini. Selain itu, kata Ketua Kelompok Tani Nelayan Pandan Mino, Tumijan, para nelayan juga masih harus memperbaiki alat tangkap mereka yang rusak, Jumat lalu.
Sebaliknya, nelayan di Pantai Depok, Kretek, Bantul, sudah bertekad akan melaut hari Senin ini. Sebab, selain laut sudah mereka anggap normal, juga tidak ada kerusakan alat tangkap yang mereka alami. Itu terjadi karena mereka sudah mengantisipasi dengan memindahkan perahu-perahu mereka ke tempat yang lebih tinggi.
Di Pantai Pangandaran, Ciamis, Jawa Barat, laut juga tenang sehingga sejumlah nelayan sudah memberanikan diri melaut. "Cuaca hari ini cerah, sudah bagus untuk melaut," kata Agus Suharto, nelayan.
Menurut dia, gelombang pasang yang terjadi hari Jumat dan Sabtu juga tidak memengaruhi hasil tangkapan. "Juga tidak merusak terumbu karang," kata nelayan yang aktif dalam konservasi terumbu karang itu.
Pantai Pangandaran sendiri tidak terlalu parah diempas gelombang tinggi meski air sempat menggenangi jalan dan hotel sekitar 20 meter dari bibir pantai. Tercatat 1 perahu patah, 5 rusak berat, dan 47 rusak ringan. "Kebanyakan perahu itu saling bertabrakan di pantai," kata Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Ciamis Jeje Wiradinata.
Meskipun tidak menimbulkan kerusakan parah, gelombang pasang yang terjadi saat libur panjang akhir pekan lalu membuat sejumlah wisatawan pulang lebih awal meninggalkan Pangandaran. Mereka, kata Bendahara Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Ciamis Yos Rosbi, selanjutnya menghabiskan masa berlibur di Purwokerto dan Tegal, atau obyek wisata pegunungan lain.
"Sejak malam Jumat, pengunjung banyak yang datang. Karena laut sedang pasang, mereka takut, akhirnya banyak yang pulang Sabtu pagi," kata Suparman, petugas obyek wisata Pangandaran.
Kerugian Rp 4 miliar lebih
Ketua HNSI Jawa Barat Ulung Laksamana memperkirakan nelayan Jabar mengalami kerugian Rp 4 miliar-Rp 6 miliar akibat terhentinya kegiatan melaut selama dua hari terjadinya gelombang tinggi. Itu belum termasuk kerusakan perahu nelayan.
Ketua HNSI Sumatera Barat Mirwan Pulungan menyatakan, 36.000 anggotanya kehilangan pendapatan Rp 75.000 hingga Rp 100.000 per orang per hari. Nilai itu belum termasuk harta benda para nelayan yang rumah miliknya hancur diterjang pasang air laut.
Ia juga meminta Pemerintah Provinsi Sumatera Barat merelokasi ribuan nelayan dan keluarganya ke lokasi yang lebih aman.
Selain merusak rumah dan perahu, gelombang pasang di Sumatera Barat juga menyebabkan seorang awak kapal tewas tersengat aliran listrik Sabtu lalu.
Saat itu kapal Tirta Mega yang berbobot kotor 750 ton sedang berlayar di Perairan Talang Padang, Sumatera Barat, untuk menangkap ikan tuna. Alat yang digunakan adalah pancingan panjang.
Widodo bertugas menarik pancing. Karena ikan tuna yang ditarik sangat besar, anak buah kapal yang bertugas harus menggunakan aliran listrik untuk melemahkan ikan tuna. Saat ikan tuna sudah dekat dengan kapal, Widodo bermaksud menyengatkan aliran listrik ke tubuh ikan agar menjadi lemah dan mudah diangkat ke dek kapal. Namun, naas, gelombang besar menghantam kapal sehingga Widodo terlempar dari lambung kapal dan menyentuh ujung cincin logam beraliran listrik yang hendak digunakannya untuk melemahkan ikan tuna. (SEM/BEN/MHD/CHE/JON/ AHA/ADH/WER/AB2)

0 comments: