Monday, May 21, 2007

Yang muda, yang sukses, dan berjaya

Jumat, 04/05/2007 12:46 WIB

oleh : Anthony Dio Martin
Psikolog, penulis buku best seller EQ Motivator, dan Managing Director HR Excellency

"Jangan pernah menjadi tua, tanpa pernah menjadi dewasa" (Dom Helder Camara)
Pembaca, pada edisi-edisi sebelumnya, saya pernah membicarakan tentang usia dan kesuksesan. Saya menulis tentang orang-orang yang sudah uzur tetapi sukses. Artikel ini mendapat tanggapan menarik.
Dalam mailbox saya, seorang mengirim surat dan bertanya bagaimana kalau justru kendala sukses adalah usia muda. Tentu saja, sekali lagi, usia bukanlah faktor penentu orang mampu meraih kesuksesan atau kegagalan.

Ada anggapan, usia berpengaruh dalam produktivitas dan kesuksesan orang bila dikaitkan dengan banyaknya pengalaman. Orang yang berpengalaman pasti mempunyai intuisi dan kepekaan mengambil langkah dan tindakan. Katakanlah asam-garamnya benar-benar sudah penuh untuk merajut prestasi. Tapi, jangan salah sangka. Sejarah membuktikan banyak orang muda yang meraih prestasi dan sukses.
Nah, mari berbicara tentang orang muda. Banyak orang yang mengamini masa muda sebagai masa penuh gairah, cita-cita, dan mimpi. Tapi, tak jarang juga yang merasa masa muda sebagai satu 'halangan' untuk sebuah kesuksesan.
Ada yang menunda kesuksesannya dengan berpikir, "Ah, aku ini kan masih muda" atau "Okelah, saya masih punya banyak waktu untuk belajar", "Pelan-pelan saja, masih banyak waktu kok!", atau "Kayaknya, untuk bidang saya, orang biasa mencapai kesuksesan setelah umurnya di atas 40 tahun deh. Jadi, sulit bagiku untuk diakui dalam usia yang masih bau kencur ini."
Perasaan rendah diri orang muda ini layak dikikis. Semangat untuk tidak menanti sempurna sebaiknya menjadi energi. Kadang masyarakat cukup jahat dengan melabeli orang muda sebagai yang belum matang, belum bisa apa-apa, belum banyak pengalaman, dan sebagainya.
Hal ini mirip bunyi iklan yang mengatakan, "Yang muda, yang tidak dipercaya". Tapi, singkatnya, yang jelas, betapapun mudanya usia kita, semuanya dipanggil untuk menyingsingkan lengan baju, mulai bekarya, tanpa harus menunggu diri sempurna, punya banyak pengalaman dulu, atau berbagai 'excuse' lainnya.
Empat alasan
Mari belajar dari David J. Schwartz. Dalam bukunya berjudul The Magic of Thinking Big, David Schwartz mengatakan ada empat dalih (excuses) yang umumnya dipakai orang untuk menjadi alasan dirinya tidak sukses atau tidak berani mengambil risiko. Keempat alasan itu adalah kesehatan, intelegensi, usia, dan nasib.
Mari kita perhatikan potongan kisah sukses orang-orang terkenal. Bill Gates lahir pada 1955. Tapi, dalam usia 25 tahun dia sudah memberanikan diri dan berhasil menjalin kerja sama dengan perusahaan raksasa IBM. Sepuluh tahun kemudian di usia yang masih muda juga, Gates mampu meluncurkan Window versi 3.0. Tidak lama kemudian, Gates menjadi seorang jutawan. Hingga sekarang, Bill Gates masuk daftar orang terkaya di dunia.
Masih ada orang muda selain Bill Gates yang mencapai puncak kesuksesan setelah mengalami perjalanan panjang dengan merangkak dari bawah. Bukan lantaran mereka mendapat warisan dari orangtuanya atau KKN, tetapi berkat keberanian, kreativitas, dan kerja keras. Sebut saja Marc Andersen dengan Netscape-nya, termasuk Steve Job dengan kemahiran di bidang IT, juga kita masih bisa menyebut sederet nama besar di dunia lainnya.
Di Indonesia, kita punya beberapa contoh yang bisa menjadi inspirasi dan motivasi meraih prestasi dan kesuksesan di masa muda. Ada Nelson Tansu Ph.D kelahiran 1977 yang menjadi profesor di Lehigh University dengan fokus di bidang semikonduktor.
Dengan belasan penghargaan yang dia terima, oleh sebuah majalah berita terkemuka nasional, dia dinobatkan sebagai salah satu orang yang berpengaruh di Indonesia pada 2006.
Di bidang musik, kita mengenal Anggun C. Sasmi yang sudah go international sejak umur 19 tahun. Enam tahun kemudian namanya melejit ke blantika musik internasional saat lagu Snow on the Sahara menduduki top ten tangga lagu dunia.
Ada juga Anne Ahira, gadis muda kelahiran Bandung yang dikenal sebagai Internet marketer dunia. Saat usianya 25 tahun, penghasilannya sudah ribuan dolar AS. Kelahiran 1979 itu pun sudah dikenal oleh media internasional.
Di dunia film, lahir sineas-sineas muda seperti Riri reza, Mira Lesmana, Nia Dinata yang film-filmnya turut tampil di festival film dunia. Masih banyak yang lain entah di bisnis, politik, media, dan sebagainya. Kita sepakat semua kesuksesan itu bukan hoki semata. Ada kerja keras, kehendak kuat, dan fokus. Sepertinya, orang muda benar-benar sedang merayakan kemudaannya dengan mengukir prestasi. Inilah abad orang muda.
Muda dan sukses
Ada tiga poin penting yang bisa dipelajari dari kisah orang muda sukses tadi. Pertama, keberanian mengambil risiko (risk taker). Kita perlu lepas atau meninggalkan zona kenyamanan (comfort zone) kita.
Anggun meninggalkan kemapanannya untuk bertarung di panggung dunia. Padahal, saat itu di kancah musik nasional, namanya sudah diakui, toh dia tidak cepat berpuas diri. Memang, kita bisa belajar dari Anggun bahwa tidaklah mudah mencoba sesuatu yang baru.
Tapi, masa muda adalah masa yang paling baik untuk menantang dan mengambil risiko dengan melepaskan diri dari zona nyaman kita. Mumpung masih muda, keberanian mengambil risiko adalah kunci. No risk, no gain.
Kedua, fokus pada bidangnya. Rata-rata, mereka yang sukses selalu fokus pada bidangnya. Mereka bukanlah all rounds yang mencoba menguasai semua hal, tapi fokus dan profesional pada kemampuan mereka. Mereka menjadi pakar dan sangat hebat di bidangnya. Mereka membawa personal brand-nya sendiri. Ironisnya, banyak orang muda ingin sukses tetapi tidak membangun personal mastery atau keunggulan pada diri. Banyak yang tidak sabar untuk membangun. Anggun membutuhkan enam tahun sampai lagunya dinikmati dunia.
Ketiga, menciptakan peluang sukses sendiri. Karena mempunyai mimpi, hasrat, dan energi, mereka tiddak menyia-nyiakan peluang. Mereka tidak bermental menunggu. Mereka belajar dari banyak orang dan membangun jejaring dengan siapa saja. Semua hal ini akhirnya menjadi cara memuluskan langkah sukses mereka.
Nah, berbahagialah mereka yang masih muda dan masih berjiwa muda. Semangat muda adalah semangat kehidupan. Meski umur sudah tua, tapi jiwa tidak boleh renta. Kemudaan identik dengan optimisme, gairah, kreativitas, elan vital, dan sebagainya. Benar pendapat Simone de Beauvoir, lawan hidup bukanlah kematian, tetapi kerentaan. So, tetaplah berjiwa muda!

0 comments: