Friday, May 25, 2007

Mantan Staf Yudhoyono Akui Terima Dana Rokhmin

KORAN TEMPO - Jum’at, 25 Mei 2007

"Pemerintah harus bertindak radikal dalam kasus ini."

JAKARTA -- Mantan anggota staf khusus Susilo Bambang Yudhoyono, Munawar Fuad Nuh, kemarin mengaku menerima dana nonbujeter Departemen Kelautan dan Perikanan melalui Menteri Rokhmin Dahuri. Dana Rp 150 juta itu diterima pada 11 Oktober 2004 ketika Yudhoyono belum dilantik menjadi presiden.

Dalam sidang pidana korupsi yang digelar dua hari lalu, mantan Kepala Biro Umum dan Tata Usaha Direktorat Jenderal Kelautan Pulau-pulau Kecil dan Pesisir, Didi Sadili, mengaku pernah tiga kali mengeluarkan uang dari dana nonbujeter Departemen Kelautan untuk tim sukses pasangan Yudhoyono-Jusuf Kalla.
Yang pertama, uang diserahkan oleh anggota staf khusus menteri bernama Fadhil Hasan sebesar Rp 200 juta. Penyerahan kedua oleh Didi sendiri kepada Munawar Fuad sebesar Rp 150 juta. Dan yang ketiga Rp 100 juta, diserahkan langsung oleh Rokhmin Dahuri.
Pengakuan Munawar dan Didi itu dibantah juru bicara kepresidenan Andi Mallarangeng. Andi mengatakan Munawar bukan anggota tim sukses calon presiden Yudhoyono dan Kalla. "Tim sukses SBY-JK juga tidak pernah menerima uang dari Rokhmin Dahuri."
Munawar, yang mengaku saat itu menjadi anggota staf khusus bidang sosial dan keagamaan Yudhoyono, juga membantah jika disebut dana yang diterimanya dari Rokhmin digunakan untuk kepentingan kampanye tim Yudhoyono-Kalla. "Nama saya tidak pernah terdaftar dalam tim kampanye resmi pemenangan pasangan Yudhoyono-Kalla," kata Munawar dalam keterangan pers di sebuah restoran di Jakarta.
Munawar bercerita, ia pernah diminta membantu mengerjakan proyek pemberdayaan pesantren pesisir saat Rokhmin diangkat menjadi menteri. Rokhmin meminta Munawar mendata dan memetakan jumlah pesantren dan nelayan di wilayah pesisir Pulau Jawa.
Munawar lalu mengajukan dana Rp 150 juta untuk operasionalisasi. Rokhmin tidak menjelaskan dari mana sumber dana tersebut, dan Munawar pun tidak pernah menanyakan hal itu. "Ini jelas jebakan," kata Munawar mengenai pencantuman namanya dalam catatan penerima uang dari Departemen Kelautan yang dikaitkan dengan tim Yudhoyono-Kalla.
Dia menduga ada pihak-pihak yang berupaya memanipulasi dengan melakukan pencatatan secara sepihak nama-nama penerima dana Rokhmin.
Yang juga meradang karena pengakuan Didi dalam persidangan Rokhmin adalah mantan presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Ketua Dewan Syura Partai Kebangkitan Bangsa itu mengatakan tak pernah menerima sepeser pun uang dari Rokhmin.
Gus Dur bahkan mengancam akan menuntut balik sebesar Rp 100 miliar karena namanya disebut-sebut menerima Rp 50 juta langsung dari tangan Rokhmin. 'Tudingan itu tidak benar," kata Gus Dur dalam sebuah acara di Madiun, Jawa Timur, kemarin.
Namun, Salahuddin Wahid, adik Gus Dur, mengaku menerima uang dari Rokhmin untuk membantu berbagai kegiatan sosialnya.
Ia mengatakan bantuan itu diberikan secara pribadi dan tidak ada hubungannya dengan kegiatan kampanye saat ia dicalonkan menjadi wakil presiden mendampingi Wiranto. "Pemerintah harus menghadapi kasus ini dengan tindakan radikal," katanya.
ERWINDA DINI MAWUNTYAS AQIDA SWAMURTI SUTARTO

_________________________________
Siapa Berbohong

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri mengatakan semua tim calon presiden 2004 menerima kucuran dana darinya, yang bersumber dari dana nonbujeter yang kini dipersoalkan pengadilan korupsi. Amien Rais mengakui menerimanya, tapi para calon presiden yang lain berusaha membantah.

Tim Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla (disebutkan menerima Rp 225 juta)
"Saya tidak pernah bergabung dengan tim SBY." -- Imam Addaruqutni, pendiri Partai Bintang Matahari, orang yang namanya disebut Rokhmin menerima dana Rp 225 juta untuk tim sukses SBY-JK.
"Dia (Imam) bukan bagian dari tim sukses kami. Bagaimana mungkin dana tersebut kami terima kalau dia bukan anggota tim sukses?"-- Wakil Presiden Jusuf Kalla
"Saya terima Rp 150 juta. Tapi dana itu bukan untuk kampanye. Itu untuk survei jumlah pesantren dan nelayan di pesisir Jawa." --Bekas anggota staf khusus Susilo Bambang Yudhoyono saat pemilihan presiden, Munawar Fuad Nuh

Tim Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi (Rp 300 juta ke Mega Center lewat Arief Budimanta, Steven, dan Suminta)."Tidak ada nama-nama yang disebut Pak Rokhmin yang disebut sebagai anggota tim pemenangan Megawati yang masuk ke Mega Centre atau pribadi Megawati." -- Sekretaris Jenderal Partai, Pramono Anung, membantah.

Amien Rais-Yudohusodo (menerima Rp 400 juta)"Saya terima Rp 400 juta. Uang itu bukan untuk sewa pesawat, melainkan untuk membayar iklan di TV."--Amien Rais, pendiri Partai Amanat Nasional

Tim Wiranto-Salahuddin Wahid (Rp 20 juta melalui Popup)(calon presiden dalam pemilu 2004)"Tidak pernah kami terima dana dari Departemen. Tidak ada nama Popup" -- Mantan Ketua Tim Sukses Calon Presiden Wiranto, Suadi Marasabessy

"Saya terima untuk bantuan berbagai kegiatan (pribadi) saya."--Salahuddin

Abdurrahman Wahid (Rp 60 juta diserahkan langsung oleh Rokhmin)
"Saya tidak pernah terima uang sepeser pun dari Rokhmin Dahuri. Tidak juga tim sukses, karena saya tidak punya tim sukses," kata Abdurrahman Wahid. Didi Sadili mengatakan Rokhmin menyerahkan langsung Rp 60 juta kepada Gus Dur di kantor pusat Nahdlatul Ulama, Jakarta.

naskah: tim Tempo

0 comments: