Thursday, June 28, 2007

Bisnis seluler tumbuh pesat

BISNIS - Kamis, 28/06/2007

JAKARTA: Nilai bisnis telekomunikasi seluler selama semester I/2007 sekitar Rp40 triliun dan diproyeksikan mencapai Rp80 triliun hingga akhir tahun, naik 78% dibandingkan dengan tahun lalu sebesar Rp45 triliun. Ketua Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI) Bambang Riadhy Oemar mengatakan bisnis telekomunikasi tumbuh sangat signifikan tahun ini, karena penetrasi yang tinggi pada segmen pasar menengah ke bawah. "Ponsel-ponsel telah menjamur pada berbagai lapisan masyarakat, sementara operator juga terus menggenjot pembangunan jaringannya melalui penggunaan belanja modal yang besar," ujarnya pada pembukaan Indonesia Cellular Show 2007, kemarin.ATSI mencatat dalam dua tahun terakhir industri seluler berkembang cukup signifikan. Pada 2005, nilai bisnis telekomunikasi seluler mencapai Rp35 triliun dan meningkat menjadi Rp45 triliun tahun lalu yang dipicu oleh peningkatan jumlah pelanggan dan kebutuhan suara. Berdasarkan data ATSI, proyeksi pertumbuhan industri telekomunikasi seluler nasional mencapai 20% setiap tahun de ngan nilai belanja modal sebesar US$3 miliar-US$4 miliar.Tingginya belanja modal operator itu dipicu oleh masih gencarnya perusahaan membangun jaringan mereka. Berdasarkan data ATSI, margin EBITDA (earnings before interest, tax, depreciation and amortization) sebagian besar operator seluler di Indonesia adalah sekitar 50% sampai 60%, bahkan ada yang melebihi 70%. Angka ini jauh melampaui negara-negara lainnya yang umumnya berkisar antara 25% hingga 30%. Bambang menambahkan peningkatan nilai bisnis telekomunikasi juga bisa dilihat dari pertambahan jumlah pelanggan seluler yang signifikan tahun ini yang berada pada kisaran 15 juta sampai 18 juta pengguna."Pajak yang dibayarkan ke negara dari telekomunikasi seluler juga sangat besar di mana satu operator saja bisa mencapai Rp500 miliar," ujarnya.Industri pendukungMenkominfo Mohammad Nuh mengingatkan pesatnya industri telekomunikasi ternyata tidak diikuti industri manufaktur dan telematika di Tanah Air mengingat masyarakat Indonesia lebih suka menjadi konsumen."Padahal belanja telematika tahun ini sangat besar. Pada sektor pendidikan saja dibutuhkan dana Rp1,3 triliun untuk penyewaan komputer kepada sekolah-sekolah," katanya.Nuh mengungkapkan tingginya teledensitas suatu negara merupakan salah satu indikator kemajuan suatu bangsa. Depkominfo saat ini terus meningkatkan kegiatan information accessibility (ICT) melalui pembangunan prasarana ICT yang didukung infrastruktur telekomunikasi. (arif.pitoyo@bisnis.co.id)
Oleh Arif Pitoyo
Bisnis Indonesia

0 comments: