BISNIS - Selasa, 19/06/2007
Jakarta adalah salah satu kota terbesar dan terpadat di dunia. Dalam 10 tahun terakhir ini, terutama sejak kerusuhan Mei 1998, Ibu Kota Indonesia ini cukup sering diliput media massa, baik nasional maupun internasional. Sayangnya, tidak semua liputan itu bernada positif. Bahkan mayoritas liputan media mengenai Jakarta selalu menyangkut insiden, bencana, fenomena sosial, politik atau ekonomi, dan berbagai kejadian lain yang bersifat negatif. Sebut saja insiden keributan antara mahasiswa dan aparat keamanan yang sering berujung pada bentrokan fisik, bahkan sampai memakan korban. Juga menyangkut bencana banjir, kemiskinan, kriminalitas, korupsi, kemacetan lalu lintas yang parah, kecelakaan, dan aksi demonstrasi. Semua kejadian itu mengurangi kenyamanan dan ketenangan hidup warga Jakarta. Berbagai kejadian itu seperti sudah menjadi keseharian, bahkan ciri khas kota Jakarta. Kejadian itu seakan bahu-membahu menurunkan citra Jakarta di mata publik, baik di dalam maupun di luar negeri. Karena itu, semua kejadian tersebut harus segera diatasi secara lebih serius, lebih fokus, dan dengan lebih banyak partisipasi dan dukungan masyarakat. Bisa kita bayangkan bagaimana kesan para pendatang dan pengunjung Jakarta, terlebih para wisatawan ataupun palaku bisnis dan investor asing? Bayangkan saja, begitu tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, seorang pebisnis atau wisatawan asing harus dihadapkan pada antrean imigrasi yang begitu panjang dan lama. Apalagi tidak jarang kita mendengar perlakuan diskriminatif dari petugas imigrasi di bandara yang suka menakut-nakuti pengunjung berkebangsaan asing. Setelah berhasil melewati tantangan imigrasi, para pengunjung kurang terkesan ketika menggunakan fasilitas toilet umum di bandar udara. Hal ini entah karena kurang terawat atau jorok. Baru 10 menit menaiki kendaraan, para pengunjung itu kembali gelisah dan terheran-heran menyaksikan kemacetan lalu lintas yang begitu parah. Pada jam sibuk, untuk mencapai pusat kota saja dibutuhkan waktu hampir dua jam. Sayangnya, para pengunjung itu tidak punya pilihan lain karena sistem transportasi publik di Jakarta tidak memadai dan jauh dari kategori business friendly. Di tengah kemacetan itu, mereka menyaksikan pemandangan yang kurang enak saat menengok ke kiri dan kanan. Banyak perumahan kumuh atau pekerjaan pembangunan jalan dan bangunan yang terbengkalai, sehingga tidak sedap dipandang mata. Akibat dari semua itu, para pengunjung tadi tidak mendapatkan kesan pertama yang baik, sehingga mereka enggan berkunjung kembali. Dampak lanjutannya, mereka kemudian enggan mempromosikan Jakarta sebagai kota bisnis sekembali dari sini. Layaknya kota Metropolitan lainnya di dunia-seperti Hong Kong, Shanghai, Singapura, Tokyo, New York, Toronto, Vancouver, London, dan Paris-Jakarta sudah saatnya ikut berkompetisi menjadi kota bisnis nomor wahid di dunia. Jakarta harus mampu berkompetisi dalam "industri sentra bisnis global'. Artinya, Ibu Kota ini harus mau dan mampu memposisikan diri dengan tepat di antara kota-kota bisnis lainnya di seluruh dunia. Kota bisnis dunia Pertanyaannya, mengapa menjadi kota bisnis dunia sangat penting bagi Jakarta? Setidaknya tiga alasan utama. Pertama, komunitas bisnis yang solid akan menciptakan, meningkatkan, dan mendistribusikan kemakmuran untuk masyarakat luas. Ini telah dibuktikan oleh sejumlah kota pusat bisnis atau pemerintahan, seperti Vancouver, Toronto, Geneva, dan Singapura, yang terpilih sebagai "the best city to live in" versi majalah Business Travelers Asia Pacific. Pebisnis dari seluruh dunia tidak saja sering berkunjung ke kota-kota tersebut, tetapi juga menetap. Mereka bahkan membuka perwakilan perusahaan di kota-kota tersebut. Kedua, kota dengan komunitas bisnis yang solid menciptakan peluang bisnis dan meningkatkan daya kreasi dan kemampuan produksi masyarakatnya. Hal ini terutama karena lingkungan politik, sosial, dan ekonomi masyarakat yang kondusif, sehingga selalu menstimulasi setiap anggota masyarakat untuk berinovasi. Ketiga, kota dengan komunitas bisnis yang solid menciptakan masyarakat yang kompetitif yang selalu ingin memberikan nilai tambah melalui pemeliharaan dan pelayanan perangkat kehidupan masyarakat, baik perangkat fisik maupun perangkat sosial dan ekonomi. Berdasarkan survei majalah The Economist tentang peringkat kota-kota bisnis terkemuka di dunia pada 2007, para pebisnis memilih suatu lokasi atau kota bisnis berdasarkan tiga kriteria utama. Pertama, tersedianya fasilitas bisnis dengan kualitas yang memadai, seperti hotel, business centers lengkap dengan fasilitas Internet dan telekomunikasi terkini. Frekuensi penyelenggaraan acara-acara bisnis, seperti seminar, konferensi, eksibisi atau pertemuan lembaga-lembaga internasional, biasanya terbilang cukup tinggi di kota-kota tersebut.Kedua, jarak antara sentra-sentra ekonomi di kota tersebut cukup dekat dengan fasilitas transportasi publik yang memadai. Vancouver, misalnya, memiliki masalah utama dalam hal jarak antara sentra-sentra ekonomi yang cukup jauh. Namun, dengan fasilitas transportasi publik yang modern dan nyaman, para pebisnis dunia tetap memilih Vancouver sebagai salah satu kota bisnis paling diminati. Ketiga, tersedianya fasilitas hiburan atau infrastruktur pariwisata yang memadai. London, misalnya, terkenal sebagai salah satu kota paling multikultural di dunia. Selain sebagai pusat bisnis dan keuangan di Eropa dan di dunia, ibu kota Inggris ini juga merupakan salah satu tujuan wisata terkemuka. Akibatnya, semua kota bisnis terkemuka itu tidak saja diminati oleh pebisnis dan wisatawan di seluruh dunia. Lebih dari itu, penduduk di kota-kota tersebut sangat mencintai dan memelihara kota mereka dengan sangat baik. Artinya, tingkat sense of belonging masyarakat tidak saja tinggi, tetapi juga bertahan lama, ratusan bahkan ribuan tahun. Perlu business plan Dengan kekayaan sejarah dan budaya yang dimiliki, Jakarta mempunyai sejuta potensi untuk menjadi salah satu kota kunjungan terkemuka bagi pebisnis dan pelancong di seluruh dunia. Yang dibutuhkan adalah suatu rencana yang strategis, komitmen, dan partisipasi masyarakat yang tinggi. Sebut saja rencana itu sebagai Jakarta business plan. Lalu apa saja yang perlu menjadi elemen dan prioritas di dalamnya? Business plan itu terutama harus memiliki satu tujuan riil dan bersifat strategis terhadap peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran penduduk Ibu Kota. Tujuan tersebut adalah menjadikan Jakarta sebagai pusat bisnis di Asia Tenggara, kemudian Asia, dan mudah-mudahan dunia. Tujuan itu harus dideklarasikan oleh pemimpin daerah, dalam hal ini Gubernur DKI Jakarta, sebagai tujuan utama yang harus didukung oleh seluruh masyarakat Ibu Kota dalam tiga sampai lima tahun ke depan.
Tuesday, June 19, 2007
Jakarta harus jadi kota bisnis dunia
Posted by RaharjoSugengUtomo at 8:57 AM
Labels: HeadlineNews: Bisnis
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment