Monday, June 04, 2007

"Kemarau basah"Hujan Masih Berpeluang hingga Oktober

KOMPAS - Senin, 04 Juni 2007

Jakarta, Kompas - Badan Meteorologi dan Geofisika memperkirakan, musim "kemarau basah" akan melanda Indonesia selama tahun ini. "Kemarau basah" yang dimaksud ialah musim kemarau, tetapi masih mengandung curah hujan karena pengaruh faktor fenomena La Nina dan pergerakan masa uap air.
Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Sri Woro B Harijono, Minggu (3/6), mengatakan, hingga Oktober 2007 mendatang, hujan berpeluang masih akan terjadi. Bahkan, kawasan Indonesia di utara garis Khatulistiwa curah hujan kemungkinan bahkan di atas normal.
Musim "kemarau basah" pada tahun ini, menurut Sri Woro, disebabkan oleh dua faktor, yaitu fenomena La Nina dan pergerakan uap air.
Untuk wilayah Indonesia bagian timur dan tengah, "kemarau basah" disebabkan oleh fenomena La Nina. Fenomena ini mengacu pada terbentuknya uap air atau awan di atas Samudra Pasifik bagian tengah yang bergerak menuju wilayah bertekanan rendah di wilayah Asia, termasuk Indonesia bagian timur dan tengah. "Suhu permukaan Samudra Pasifik turun 1 derajat Celsius dari rata-rata 22,5 derajat Celsius," ujarnya.
Sedangkan untuk wilayah Indonesia bagian barat, fenomena "kemarau basah" dipengaruhi pergerakan massa uap air atau dipole mode antara barat Sumatera dan Afrika sebelah timur.
"Saat ini tengah terjadi dipole negatif, yaitu adanya pergerakan massa uap air dari Afrika sebelah timur ke wilayah Sumatera bagian barat yang berpotensi mengakibatkan hujan sehingga di wilayah Indonesia bagian barat juga akan terjadi ’kemarau basah’. Kesimpulannya, hampir di seluruh Indonesia terjadi ’kemarau basah’," ujar Woro.
Fenomena La Nina dengan intensitas lemah ini, menurut pantauan BMG, sebenarnya telah terjadi sejak Maret 2007, dan dapat dirasakan dengan adanya kondisi suhu di Indonesia yang tidak panas. Mengacu pada analisis International Research and Institute (IRI) for Climate and Society, mulai bulan Mei 2007 hingga Oktober 2007, peluang terjadinya La Nina 55 persen. Sedangkan pada kondisi normal peluangnya 40-44 persen.
Berkebalikan dengan fenomena El Nino, yang mengakibatkan kekeringan berkepanjangan di Indonesia, anomali iklim La Nina ini biasa menyebabkan curah hujan berkepanjangan dan jika terjadi pada musim hujan bisa menyebabkan banjir. "Dari segi ketersediaan air, kemarau kali ini mungkin tidak akan menyebabkan kekeringan yang parah. Tapi, peluang hujan yang terjadi di saat kemarau bisa berdampak pada sektor pertanian," kata Woro.
Terkait dengan kondisi suhu muka laut di Indonesia, BMG mencatat, bulan Juni, Juli, dan Agustus 2007, suhu muka laut di perairan Indonesia umumnya normal. Sedangkan mulai Agustus hingga Oktober, suhu muka Laut Jawa dan Samudra Indonesia menurun, berkisar minus 0,25 derajat Celsius sampai minus 0,5 derajat Celsius. Sedangkan suhu muka laut di sekitar wilayah perairan Laut Jawa dan Samudra Indonesia umumnya di bawah rata-rata, sekitar minus 0,5 derajat Celsius. (AIK)

0 comments: