Monday, June 04, 2007

Indonesia Minta Bantuan Tiga Macan Asia

REPUBLIKA - Senin, 04 Juni 2007

SINGAPURA --- Indonesia meminta Jepang, Cina, dan Korea Selatan memberikan bantuan dalam pengamanan Selat Malaka. Menteri Pertahanan RI, Juwono Sudarsono, menyatakan, ketiga 'Macan Asia' atau negara makmur di Asia itu, dalam hal ini diharapkan bisa memberikan bantuan teknis.
''Bagi Indonesia, hal yang menjadi kekurangan selama ini adalah kapasitas efektif untuk mengerahkan sumber daya, peralatan, maupun kapal dalam langkah pengamanan. Kami meminta bantuan baik atas dasar hubungan bilateral maupun ASEAN,'' kata Juwono pada konferensi keamanan internasional di Singapura, Ahad (3/6).
Menurut Juwono, Indonesia memiliki tanggung jawab besar mengamankan Selat Malaka karena ukuran dan lokasinya yang strategis sebagai salah satu jalur lalu lintas kapal niaga tersibuk di dunia. Namun, ia mengakui Indonesia tak memiliki kekuatan finansial untuk melakukan pengamanan bila dilakukan sendiri.
Indonesia, Malaysia, dan Singapura, kata Juwono, memang telah melakukan patroli udara bersama. Meski demikian, ungkap dia, Indonesia memiliki keterbatasan dalam menjalankan operasi pengamanan itu. ''Ada tanggung jawab besar namun ada pula masalah besar,'' katanya.
Anggaran pertahananJuwono mengatakan, bila Indonesia mengalokasikan dana lebih untuk kebutuhan di bidang pertahanan, ini berarti akan mengurangi alokasi dana yang dilakukan pemerintah untuk program sosial dan ekononi. Seperti program pembangunan sekolah dan rumah sakit.
Pemerintah Indonesia, ujar Juwono, mengalokasikan dana untuk pertahanan kurang dari satu persen daro Gross Domestic Product (GDP) per tahunnya, yang sebesar 400 miliar dolar AS. Ini berarti alokasi dana untuk pertahanan sebesar 3.2 miliar dolar AS per tahun.
Sedangkan Singapura yang terkenal sebagai salah satu negara Asia yang angkatan bersenjatanya dilengkapi senjata modern, anggaran dana untuk pertahananya sebesar 5,3 persen dari GDP atau 6,87 miliar dolar AS. ''Jadi ada kesenjangan besar,'' kata Juwono.
Kondisi seperti inilah, ungkap Juwono, yang mengharuskan Indonesia bekerja sama dengan negara-negara tetangganya. Termasuk meminta bantuan Jepang, Cina, dan Korsel. Ia menambahkan, kemakmuran negara di Asia Tenggara dan Timur tergantung pada keamanan di Selat Malaka. Sebab Selat Malaka telah menjadi perairan yang ramai dan sebanyak 40 persen perdagangan dunia melalui laut akan melalui selat tersebut.
Sebagian kapal-kapal minyak dunia juga melewati selat sepanjang 960 km ini. Selat ini menghubungkan Samudra Hindia dan Laut Cina Selatan. Lalu lintas selat ini juga melalui Malaysia dan Singapura. ''Ini sangat penting bagi kami, negara-negara di wilayah di mana selat tersebut berada dan bagi perkembangan ekonomi dunia. Selama ini, AS masih mendominasi bantuan keamanan di wilayah Asia-Pasifik,'' kata Juwono.
Namun demikian, jelas Juwono, mungkin dengan kekuatan ekonomi yang dimilikinya, Jepang, Cina, dan Korsel bersedia untuk melibatkan diri dalam memberikan bantuan keamanan. Angkatan laut mereka bisa menyeberangi Asia Timur Laut dan Asia Tenggara.
Menteri Pertahanan Singapura, Teo Chee Hean, menambahkan, setiap gerak yang dilakukan angkatan laut Cina maupun Jepang yang mencapai Selat Malaka, tempat 70 persen minyak impor mereka melewatinya, harus sesuai dengan hukum internasional. ''Bantuan Jepang dan Cina untuk mengamankan Selat Malaka memang diperlukan. Namun demikian, ini harus merupakan langkah yang konstruktif. Selain itu, upaya tersebut harus tak melanggar hukum internasional,'' kata Teo. (fer/afp/ap )

0 comments: