Monday, June 04, 2007

Konversi Elpiji Hemat Subsidi Rp 90 Triliun

REPUBLIKA - Senin, 04 Juni 2007

MALANG --- Meski masih banyak yang keberatan atas kebijakan pemerintah mengkonversi pemakaian minyak tanah ke elpiji (LPG), pemerintah tetap bergeming. Sebab, dengan konversi pemanfaatan energi tersebut, menurut Wapres Jusuf Kalla, pemerintah bisa menghemat subsidi bahan bakar minyak (BBM) khusus dari minyak tanah saja, sebesar Rp 90 triliun per tahun.
''Kalau rumah tangga itu bisa diganti pemakaian minyak tanahnya ke elpiji, kita bisa melakukan penghematan subsidi sangat besar. Paling tidak penghematan subsidi itu bisa mencapai Rp 80 triliun hingga Rp 90 triliun,'' jelas Wapres di sela-sela acara pencanangan Agro Compleks, di kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), akhir pekan lalu.
Makanya, tegas Wapres, program konversi sebagai salah satu cara melakukan penghematan pemanfaatan energi dari minyak tanah ke elpiji itu akan terus dilakukan. Sehingga, pemerintah bisa menghemat subsidi itu untuk dialokasikan pada sektor lain, seperti untuk pendidikan yang masih memerlukan dana besar.
Selesai 2010Hal tersebut juga diakui Menteri Energi Sumber Daya Alam (ESDM), Purnomo Yusgiantoro. Menurut dia, konversi minyak tanah ke elpiji sudah dicanangkan. Pencanangannya dilakukan pertama kali di kawasan-kawasan yang padat pemakai energi elpiji.
''Untuk tahap pertama, kita sudah mencanangkan di Jakarta sebagai prioritas. Karena ini pelaksanaannya memang dilakukan secara bertahap, maka nanti setelah di Jakarta sukses akan dilaksanakan di daerah lainnya. Khususnya di kawasan Pulau Jawa dulu,'' jelas Purnomo kepada wartawan. Pada 2010, konversi elpiji diharapkan sudah selesai. ''Ketika itu seluruh rumah tangga di Indonesia sudah beralih pada pemakaian energi elpiji,'' kata Purnomo.
Menurut dia, konversi minyak tanah ke elpiji itu manfaatnya memang sangat besar. Alasannya, cadangan minyak tanah Indonesia selama ini terus menipis. Padahal, kebutuhan terhadap energi tersebut semakin meningkat. Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, kebutuhan di Indonesia atas minyak tanah itu sebesar 10 juta kilo liter. Padahal, kalau dikonversi ke elpiji, dalam satu juta kilo liter minyak tanah hanya membutuhkan 600 ribu ton elpiji.
Sesuai dengan kalkulasi tersebut, penghematannya sangat besar, bisa mencapai sekitar 400 ribu kilo liter minyak tanah. ''Makanya, pemakaian elpiji itu sudah dilaksanakan di kawasan Jakarta. Program ini, memang memprioritaskan di kawasan Jawa dulu,'' kata Purnomo.
Sementara Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Muhadjir Effendy, berjanji akan terus membantu pemerintah dalam mengembangkan penyediaan energi alternatif. Malah, UMM tidak fokus pada energi terbarukan dari tenaga air menjadi listrik, juga mengembangkan bio fuel, salar cell, dan energi surya.
''Itu semua sudah kita lakukan mulai 2007 ini. Kita sudah bisa memanfaatkan hasilnya pada 2008. Investasi awal untuk pengembangan semua energi terbarukan tersebut baru sekitar Rp 4 miliar,'' tandas Muhadjir sembari berharap pengembangan tersebut bisa membantu pemerintah dalam mengatasi persoalan energi alternatif. (aji )

0 comments: