Wednesday, June 13, 2007

Korban Alas Tlogo Akibat Tembakan Langsung

KORAN TEMPO - Rabu, 13 Juni 2007

Marinir tetap menyimpulkan pantulan tembakan.

JAKARTA -- Hasil penyelidikan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menyimpulkan, empat warga Desa Alas Tlogo, Pasuruan, tewas akibat tembakan langsung prajurit marinir saat insiden bentrokan pada 31 Mei lalu. "Bukan akibat pantulan peluru," kata Syamsul Alam Agus, anggota tim investigasi Kontras, kemarin.
Kontras menemukan 27 titik yang menunjukkan jejak tembakan langsung. Tembakan itu antara lain mengenai sebatang pohon, dinding musala, tembok rumah warga, dan pakaian yang dijemur.
Agus mencontohkan korban tewas bernama Mistin, 21 tahun. Dia tertembak saat berlari karena dikejar aparat. Peluru mengenai punggung Mistin hingga tembus ke dada. "Serpihan pelurunya bersarang di tubuh anaknya, Choirul Anwar, yang sedang digendong," ungkapnya.
Korban yang juga diduga terkena tembakan langsung adalah Dewi Khotijah yang tengah hamil 3 bulan. Peluru mengenai bagian kening Dewi, tepat di bawah alis mata kanan, ketika dia mencoba menutup pintu rumahnya yang berjarak 20 meter dari jalan desa, tempat bentrokan terjadi. "Peluru marinir menembus pintu dan bersarang di kepala korban," kata Agus.
Korban lainnya, Sutam, 45 tahun, adalah warga desa yang pertama meninggal karena tertembak. Sutam, menurut Agus, ditembak marinir ketika duduk di bawah pohon di depan rumah Saupir. "Saat itu ia sedang melinting rokok," kata Agus menirukan kesaksian Saupir.
Adapun korban Rohman, 17 tahun, tertembak pada bagian kening dan menembus tengkuk belakang ketika menolong Erwanto, korban tertembak yang selamat.
Hasil investigasi Tim Pencari Fakta Nahdlatul Ulama juga menyimpulkan korban tewas akibat tembakan langsung. "Tembakan diarahkan langsung ke warga, bukan pantulan," kata Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Pasuruan Ahmad Taufik kemarin.
Menurut Taufik, memang ada fakta bahwa marinir melakukan penembakan ke segala arah. Tapi, kata dia, data di lapangan menyebutkan korban tewas akibat tembakan langsung. "Aparat menembak sambil mengejar warga," ungkapnya.
Dia membantah prajurit marinir dalam posisi terdesak. "Faktanya, keberadaan marinir tidak dalam bahaya. Mereka sedang menjaga aktivitas PT Rajawali, tidak sedang berpatroli," katanya.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Seksi Penerangan Pangkalan Marinir Surabaya Mayor Djentayu Suprihandoko mempersilakan lembaga swadaya masyarakat mengambil kesimpulan berbeda dengan temuan Polisi Militer TNI Angkatan Laut tentang arah tembakan dalam insiden di Desa Alas Tlogo, Kecamatan Lekok, Pasuruan.
"Kalau ada yang tidak percaya dengan kesimpulan kami, terserah. Yang jelas, kami tetap mengikuti dan percaya pada apa yang dikatakan komandan kami," ujarnya kemarin.
Sebelumnya, Komandan Korps Marinir Mayor Jenderal Nono Sampono menyatakan peluru yang ditembakkan anak buahnya tidak langsung mengarah kepada warga. Korban tewas, menurut Nono, lantaran terkena pantulan peluru yang diarahkan ke tanah.
Penembakan itu, kata dia, terpaksa dilakukan karena jiwa anak buahnya terancam oleh serangan massa. Menurut dia, prosedur itu sudah benar karena tembakan peringatan telah dilakukan. "Tembakannya menyentuh benda lain terlebih dulu, baru mengenai korban," ujar Nono.
Alasan Nono dikuatkan hasil operasi yang dilakukan untuk mengeluarkan serpihan peluru di tubuh Choirul Anwar, korban tertembak, di Rumah Sakit Syaiful Anwar Malang. "Peluru yang kami angkat dari tubuh korban berupa serpihan," kata Wakil Direktur Rumah Sakit Syaiful Anwar Malang Respati Drajad saat bertemu dengan Nono Sampono, Senin lalu.
TITO SIANIPAR BIBIN BINTARIADI

0 comments: