Friday, June 08, 2007

Kunjungan ke China: Jusuf Kalla Disambut Upacara Kenegaraan

Jumat, 08 Juni 2007

Beijing, Kompas - Tiga kali kunjungan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla dalam dua tahun terakhir menimbulkan impresi kepada Pemerintah China. Pada kunjungan ketiga hari Kamis (7/6), Wapres disambut dengan upacara kenegaraan di pelataran Balai Agung Rakyat oleh Wapres China Zeng Qinghong.
Upacara kenegaraan yang dilangsungkan di pelataran timur Balai Agung Rakyat membuat Lapangan Tiananmen ditutup sementara. Para pengunjung yang biasanya memadati lapangan untuk menuju "Kota Terlarang" terpaksa menyaksikan dari kejauhan.
Saat memulai pertemuan bilateral, Wapres China Zeng Qinghong secara terbuka menyatakan penghormatan kepada Jusuf Kalla yang secara sungguh-sungguh mempererat hubungan di antara kedua negara. "Tiga kali kunjungan dalam masa dua tahun menunjukkan perhatian Wakil Presiden Jusuf Kalla bagi peningkatan hubungan antara Indonesia dan China," kata Zeng.
Duta Besar Indonesia untuk China, Sudrajat, sebelumnya menyampaikan, hubungan ekonomi di antara kedua negara meningkat sangat pesat. Tahun 2006, nilai perdagangan di antara kedua negara telah mencapai 19,06 miliar dollar AS.
"Apabila Wapres menginginkan pada tahun 2008 nilai perdagangan mencapai 20 miliar dollar AS, saya yakin pada tahun itu nilai perdagangan bahkan akan bisa mencapai 22 miliar dollar AS," ujar Sudrajat.
Sudrajat menambahkan, keinginan Wapres untuk membangun infrastruktur kelistrikan sebesar 10.000 megawatt (MW) diperkirakan akan segera bisa terpenuhi. Hingga saat ini kontrak yang sudah disepakati dengan perusahaan China sudah mencapai 5.700 MW.
Sarat bisnis
Kunjungan Wapres ke China sarat dengan pembicaraan bisnis. Kemarin Wapres menerima kunjungan dari pimpinan China Railway Engineering Corporation (CREC) dan China National Overseas Engineering Corporation (Covec), Sino Hydro Corporation, serta China National Offshore Oil Corporation (CNOOC).
CREC dan Covec berniat untuk ikut dalam pembangunan rel kereta api (KA) di Indonesia. Pertengahan Mei lalu, mereka sudah menandatangani nota kesepahaman untuk pembangunan 517 kilometer (km) rel kereta api di Kalimantan Tengah dengan Gubernur Teras Narang.
Kemarin, Gubernur Riau Rusli Zainal menyampaikan keinginan untuk juga membangun jaringan rel kereta api di daerahnya. "Di Provinsi Riau kami membutuhkan jaringan kereta api untuk mengangkut hasil bumi. Bayangkan, untuk kelapa sawit saja kami memiliki 1,5 juta hektar perkebunan yang sudah berproduksi. Belum untuk pulp and paper. Jaringan jalan yang ada sudah tidak memadai untuk bisa mengangkut hasil bumi itu," kata Zainal.
Menurut Zainal, setidaknya daerahnya membutuhkan pembangunan rel kereta api sepanjang 400 km. Jaringan rel kereta itu akan menghubungkan Dumai-Duri-Pekanbaru-Muara Jambi di Provinsi Jambi.
Gubernur Riau menyadari investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan itu tidak sedikit. Presiden CREC Li Changjin menjelaskan, untuk pembangunan setiap kilometer rel kereta untuk KA dengan kecepatan 250 km per jam dibutuhkan sekitar 15 juta dollar AS. Biaya itu akan lebih murah untuk KA yang kecepatannya lebih rendah dari itu.
"Saya memperkirakan kebutuhan biaya sekitar Rp 3 triliun. Saya kira bagi Riau itu merupakan investasi yang wajar karena memang itu kebutuhannya. Namun, sekali lagi tentunya harus dilakukan pengkajian lebih mendalam dan kami pun akan melakukan koordinasi dengan Direktorat Jenderal Kereta Api," kata Zainal.
Kebijakan Satu China
Dalam pertemuan bilateral, Wapres China mempertanyakan sikap Indonesia berkaitan dengan "Kebijakan Satu China". China keberatan dengan diizinkannya pesawat Presiden Taiwan mendarat di Batam belum lama ini.
Jusuf Kalla menegaskan, kebijakan Indonesia terhadap China tidak berubah. Kalaupun Indonesia berhubungan dengan Taiwan, itu terbatas pada urusan perdagangan dan investasi serta menjaga kepentingan 100.000 tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Taiwan.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia MS Hidayat menilai, hasil pembicaraan bilateral cukup konstruktif. Pemerintah China menawarkan bantuan kepada Indonesia untuk bisa memenuhi swasembada pangan.
China juga menawarkan tambahan pinjaman 200 juta dollar AS dari pinjaman 800 juta dollar AS yang sudah diberikan dan antara lain dipakai untuk membangun Bendungan Jatigede di Jawa Barat dan Jembatan Suramadu (Surabaya-Madura). (TOM)

0 comments: