Tuesday, June 05, 2007

Alarm Tsunami Membuat Panik Warga Aceh

KORAN TEMPO - Selasa, 05 Juni 2007

Jalan penuh sesak oleh orang yang berebut mengungsi.

BANDA ACEH - Dengan penyebab yang belum diketahui secara pasti, rangkaian sirene peringatan bahaya tsunami di Aceh kemarin meraung kencang. Akibatnya, warga yang masih mengalami trauma menyangkut bencana tsunami dua tahun lalu panik. Mereka berebut mencari tempat yang tinggi sambil membawa barang seadanya. Suasana hiruk-pikuk dan kepanikan tampak persis seperti bila terjadi bencana sesungguhnya.
Raungan pertama terjadi pada sirene yang terpasang di samping Masjid Kajhu, Baitussalam, Aceh Besar, sekitar pukul 10.30 WIB kemarin. Warga yang terkejut kontan berhamburan melarikan diri. Sirene tersebut berbunyi selama 30 menit.
Tiga jam kemudian, pukul 13.30, sirene di kawasan Ulee Lheu, Banda Aceh, ikut berbunyi, meski hanya selama dua menit. Lima menit berikutnya, sirene juga menjerit di kawasan Lhok Nga, Aceh Besar. Ulee Lheu dan Lhok Nga adalah dua dari beberapa kawasan yang mengalami kehancuran total akibat tsunami dua tahun lalu.
Sirene yang susul-menyusul itu membuat warga yakin sedang terjadi bencana tsunami, meski tidak ada getaran gempa. Warga yang sedang berada di luar rumah segera berlari pulang, menyelamatkan barang seadanya, lalu berebut mencari tempat yang aman di ketinggian.
Di sekolah-sekolah, murid yang sedang belajar berhamburan keluar, menangis, dan menjerit-jerit. Seluruh aktivitas belajar otomatis terhenti. "Kami semua ketakutan, anak-anak juga panik dan berusaha lari menjauh dari laut," kata salah seorang guru di Kajhu.
Warga yang panik umumnya berlari ke dataran tinggi, seperti Blang Bintang, Lambaro, dan Aceh Besar. "Kampung kosong, air laut memang pasang," kata Irfan, salah seorang warga Kajhu.
Beberapa toko di pusat belanja, seperti Pasar Aceh dan Peunayong, juga segera tutup. Karyawan perkantoran dan rumah sakit di Aceh pun panik. Mereka segera meninggalkan kantor untuk pulang atau menjemput anak-anak di sekolah dan mengajak mereka menyelamatkan diri. "Saya pulang sebentar untuk menjemput anak-anak di sekolah," ujar Fairus, anggota staf di Aceh Recovery Forum Banda Aceh.
Di jalan, suasana hiruk-pikuk, lalu lintas padat oleh sepeda, sepeda motor, truk, dan mobil-mobil pribadi yang berebut menuju tempat aman. Kepanikan ini sempat menimbulkan empat insiden tabrakan sepeda motor di Kota Banda Aceh. Tak ada korban jiwa, tapi para korban harus dilarikan ke rumah sakit.
Kepanikan baru mereda setelah petugas Dinas Informasi dan Komunikasi berkeliling menggunakan pengeras suara memberi tahu bahwa tidak ada tsunami. "Sirene berbunyi karena kesalahan teknis. Korslet," teriak petugas.
Dari Jakarta, Kepala Bidang Gempa Bumi Badan Meteorologi dan Geofisika Suhardjono menjelaskan, tidak terjadi tsunami di Aceh. Adapun sirene meraung, menurut dia, karena gangguan teknis yang belum bisa dipastikan penyebabnya. "Bisa karena korsleting, bisa juga akibat kesalahan di perangkat lunak sistem," katanya. Dia memastikan tak ada petugas yang mengaktifkan sirene tanda bahaya.

MAIMUN S ADI W WURAGIL SOFIAN

0 comments: